Bab 9

556 51 177
                                    

Warn : alur ngebut, dan lagi lagi bikin emosi.

•••••

BUGH!

DUGH!

"Eerrghhhh..."

Justin mendongkakkan kepala Travis dengan mencengkram dagu anak itu. Travis meringis saat Justin beberapa kali menendang bagian perutnya. Astaga, bagaimana ini sangat menyakitkan.

"Kemana aja hm? Siapa yang izinin kamu keluar? JAWAB!" Bentak Justin.

Travis menggeleng takut. "A-avis kan k-kerja juga kak" jawabnya takut.

Justin berdecih. "Enggak malu? Jadi artis kok lecehin perempuan. Mau rusak karir sendiri?" Tanya Justin meremehkan.

Travis terdiam. Ah benar, Justin sudah percaya kalo itu dirinya. Miris sekali hidup Travis. Hahaha.

"Haha iya kak, avis lupa. Apa perlu avis berhenti kerja aja? Biar kakak leluasa pukul avis terus?" Tanya Travis dengan nada lirih membuat Justin terdiam.

"Dimana kakak avis yang dulu? Dimana kak Juju yang selalu sayang dan ngejaga avis? Dimana kak Juju yang selalu nurutin semua kemauan avis? Dimana kasih sayang kak Juju dulu buat ke avis sekarang? Dimana? Bahkan kakak mukul avis enggak tau tempat. Ini tempat rame kak. Avis enggak malu, cuman avis enggak mau kalo kakak yang jadi tuduhan aneh aneh sama orang. Dokter sekaligus pemilik rumah sakit, melakukan kekerasan terhadap adiknya. Kakak gamau kan?" Ujar Travis panjang lebar.

Justin terdiam.

"Kak. Saudara yang lain pasti kecewa liat perubahan kakak. Kakak berubah drastis kak, kakak lebih percaya sama mereka dibanding avis. Kakak ga sayang lagi sama avis. Jujur, avis kecewa berat kak. Kecewa." Travis terkekeh di akhir.

"Sakit kak. Sakit pas kakak pukul avis, pas kakak tendang avis. Ini pertama kali avis di giniin. Sebelumnya, saudara yang lain belum pernah ngasarin avis. Tapi cuman kakak yang berani. Sakit juga ya? Avis emang ga berhak bahagia" lanjutnya lagi.

Justin diam membungkam tanpa sepatah katapun. Ia menarik kerah baju Travis agar anak itu berdiri. Justin menatap tajam Travis.

Kemudian mendorongnya hingga Travis kembali terduduk. Ia melenggang pergi dari sana meninggalkan Travis sendiri.

Travis terdiam. Perkataannya benar kan? Sungguh, ini sangat menyakitkan.

Kenapa kamu berubah dek? Kakak kecewa sama kamu.

••••

"Mom, boleh enggak masakin sesuatu yang spesial?" Tanya Niel kepada sang ibunda.

Vita mengangkat satu alisnya. "Mau ngajak gebetan kesini ya?" Tanya nya sembari menggoda sang putra.

"Ih bukan gitu lho mom, kok jadi mojokin aku gini si? Aku tu mau ngajak anak yang kemarin aku ajak kesini lho. Dia lucu, Niel jadi pengen dia jadi adek Niel deh" jelas Niel.

"Oh ya? Tapi kamu kan sebenernya juga punya adek, Niel.." ucap Vita sampai membuat senyum Niel luntur.

"Aku? Punya adek?" Tunjuk Niel pada dirinya sendiri.

Vita mengangguk. Ia mengajak Niel untuk duduk dulu di sampingnya.

"Kamu tuh sebenernya punya adek. Cuman, mommy enggak tau adek kamu dimana. Dan, maaf mommy bilang gini. Tapi Niel ini bukan anak kandung mommy sayang" jelas Vita membuat Niel terdiam tanpa seribu kata.

"Coba Niel tanya paman Harsa. Niel, kalo kamu mau tau, kamu itu amnesia. Bahkan mommy aja enggak tau siapa adek kamu. Selama ini, mommy dan daddy selalu bantu kamu biar inget keluarga kamu. Tapi, karena terlalu keseringan bikin kepala kamu sakit, mommy sama Daddy nyerah dan ngebiarin kamu buat inget sendiri." Lanjut Vita.

LOST MEMORIES [SELESAI✓]Where stories live. Discover now