Bab 6

639 60 85
                                    

Hari ini Travis di ajak melihat lihat pabrik yang berhasil Justin bangun yang tak jauh dari rumah sakit tempat Justin bekerja. Pabrik apa? Tidak besar dan tidak terlalu ramai orang gemari juga. Tapi khusus penjual es pasti memerlukannya. Ini adalah pabrik es batu.

Justin mengajak Travis untuk memantau pegawai disana. Bukan hanya pabrik lho yang Justin bangun. Tapi, sebuah sekolah ternama yaitu 'The King JT High School' dimana nama J and T di ambil dari nama dirinya dan adiknya. Estttz, ada lagi lho...

Sebuah panti asuhan yang tak jauh dari sekolah itu juga milik Justin. Satu lagi!! Ternyata rumah sakit tempat Justin bekerja itu juga punya dia. SKSKSK astaga saya siap jadi istri anda tuan.

Bisa kalian bayangkan sekaya apa Justin? Wahh, kalian mau daftar jadi siapanya Justin nih? Kalo author jadi istrinya aja wakakakak.

"Bos? udah sampe?" Sapa seorang lelaki jangkung.

"Enggak usah seformal itu, kal. Kamu jangan kayak gitu, adek saya takut" ucap Justin.

Haikal mengangguk. "Oh iya, sorry sorry bos—eh Justin maksudnya." Haikal menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Saya kesini mau bantu bantu. Boleh kasih tau ruang pendingin es nya dimana?" Ujar Justin.

"Siap, lewat sini bos muda" nada meledek itu membuat Justin mendelik.

Travis? Jangan di tanya dia mah dari tadi diem diem Bae sambil mainin jas dokter Justin. Udah ini mah paket lengkap Justin nya.

"Ini ruang pendinginnya, kalo mau masuk, pake jaket ini nih soalnya dingin"

Justin mengangguk, mengambil jaket yang Haikal berikan padanya, memasangkannya pada adiknya, karena dia sudah memakai jas dokter. Justin mengajak Travis masuk ke dalam, melihat beberapa pegawai yang sedang mengeluarkan beberapa es nya untuk di kirim. Justin ingin ikut membantu tapi di tolak oleh Travis.

"Adek kenapa?"

"Jangan bantu, nanti tangan kakak merah" ucap Travis.

Justin tersenyum. Ia mengusak lembut surai Travis. "Enggak akan, masa kakak mau bantu gaboleh? Adek mau duduk di luar aja? Atau ikut?"

Travis tampak berfikir. "Gamau tangan kakak merah, kakak jangan bantuuu~" rengeknya.

Justin terkekeh. "Iya iya kita jangan bantu, liatin aja ya?"

Travis mengangguk lucu. Mereka hanya memantau saja sekarang karena kemampuan Travis. Travis tidak mau tangan sang kakak jadi merah akibat memegang es batu. Travis gini gini posesif terhadap kakak nya. Intinya ada peraturan yang Travis buat.

Tidak boleh menyentuh kakaknya kalo itu orang baru.

Jangan mau kenalan sama cewek genit.

Gaboleh kemana mana sendiri harus sama Travis.

Dan masih banyak lagi.

Beberapa pegawai udah keluar dari ruang pendingin, hanya sisa Justin dan Travis.

"Dingin, keluar yu?" Ajak Justin.

Travis mengangguk. Ia berjalan sambil memegang jemari sang kakak. Baru tangan Justin ingin memegang knop pintu nya, namun ternyata di kunci.

"Hey yang di luar! Buka! Kalian tidak mendengarku?!" Teriak Justin.

Namun tidak ada yang mendengar karena ruangannya kedap suara. Justin menarik Travis ke dalam pelukannya. Suhu disini dingin sekali.

Justin mengeluarkan ponsel di sakunya, mencoba menghubungi Haikal. AH SIAL! Sinyal hilang tiba tiba.

"Kakak dingin.." suara bergetar Travis membuat Justin kembali memeluk adiknya.

LOST MEMORIES [SELESAI✓]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt