Bab 23

2.3K 150 115
                                    

Gue butuh lo, seperti jantung butuh detak.
(GERALD MAHAPRANA)
-
-

Ramen setia menemani paginya untuk membangkitkan semangat memulai hari, sesaat bibirnya melengkungkan senyuman kecil ketika menatap gadis dihadapannya dan mulai menyantap hidangan spesial dari Bilqis itu.

Gak sabar nikah sama Bilqis, batin Gerald.

Ia tak bisa menahan senyuman kecil dari bibirnya sendiri.

"Kak Gerald kenapa?" tanya Bilqis sembari mengernyitkan dahinya.

"Gak papa kok, Istriku." Pupil Bilqis membesar karena sedikit terkejut, ia berusaha menahan senyumnya.

"Eh, maksud gue--" Gerald menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Loh pagi-pagi udah masak, masak apa, Sayang?" tanya Rista lalu mendudukkan tubuhnya disofa.

Bilqis menoleh. "Aku bikin ramen, nanti Mama cobain, ya?"

Rista mengangguk. "Ya udah Mama tinggal, ya," kata Rista pada Gerald dan Bilqis.

Gerald menusuk pinggang Bilqis dengan jari telunjuknya membuat gadis itu membuatnya berjengkit geli.

Bilqis menoleh, mencebikan bibirnya kesal. "Apa, Kak?"

Merasa ada kesempatan, Gerald segera menyambar bibir gadis itu, Bilqis membalas ciuman Gerald dengan lembut. Gerald tersenyum, Bilqis menjadi agresif dan pemberani sikap pemalunya sudah lenyap.

"Ramennya enak banget, Qis," puji Rista seraya menghampiri keduanya. Dengan cepat mereka melepaskan pagutannya, lalu duduk saling menjauh.

"Kok duduknya jauh banget? Lagi marahan?" tanya Rista, bingung.

🌷🌷🌷

"Kak Dirga gak usah ngerjain tugas OSIS dulu, Bu Ajeng bilang Kak Dirga harus banyak istirahat," bujuk Adeeba melihat Dirga sibuk dengan laptopnya.

"Gampang, gak harus mikir banyak kok," tolak Dirga secara halus seraya menggenggam tangan Adeeba.

Adeeba baru melihat bagaimana raut serius Dirga saat menjalankan tugasnya sebagai Ketua OSIS, begitu fokus, berwibawa dan dewasa, juga tak menghilangkan ketampanannya.

"Gue mau lakuin yang terbaik, gue gak mau ngecewain Ayah," lanjut Dirga tanpa mengalihkan pandangan dari layar.

Seluruh tubuhnya berubah membatu begitu dirinya menoleh dan tatapannya bertemu pandang dengan Ayahnya, ini diluar prediksinya.

Rafael ingin melihat kondisi perkembangan Dirga yang ternyata sudah membaik.

"Ayah," panggil Dirga pelan. Rafael perlahan melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan Dirga.

Adeeba dan Dirga segera menyalimi tangan lelaki itu, merasa mereka membutuhkan waktu berdua, Adeeba pamit keluar.

"Dirga udah gak papa, ini lagi ngerjain tugas kok," ucap Dirga dengan takut saat Rafael hanya menatapnya.

"Maaf, Nak," ucap Rafael gemetar dan kaku.

'Nak' satu panggilan yang Dirga tunggu sejak lama akhirnya keluar dari mulut Ayahnya.

Bola matanya mulai berembun, perlahan air matanya menetes hingga membasahi pipinya.

Air mata Rafael langsung meluruh saat itu juga, hatinya terasa sangat sakit melihat Dirga menangis, ia dengan segera memeluk Dirga sambil terus menangis.

Air mata Dirga semakin meluruh dengan deras, ia menjatuhkan kepalanya dibahu Rafael. Cukup lumayan lama berpelukan, Rafael kemudian menjauhkan tubuhnya dari Dirga.

Ia mengusap puncak kepala Dirga, lalu mengecup rambutnya perlahan.

"Maafin, Ayah," ucapnya lagi. Dirga mengangguk tanpa membantah.

"Ayah sayang Dirga," lanjut Rafael, tulus.

TBC

GERALD OR DIRGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang