"Ke kantin aja yuk, aku traktir," ajak Fahri.

Mata Vira langsung berbinar mendengar kata traktir. Tetapi ia tidak boleh terlihat heboh.

"Nggak, kak, nggak usah. Ayo ke kantin, tapi gak usah di traktir," ujar Vira seraya menggeleng.

'sok nolak'

"Loh kenapa? Nggak, pokoknya aku traktir kamu nanti. Ayo," paksa Fahri. Yang mana itu adalah keinginan gadis itu, dipaksa biar kelihatan jual mahal. Fahri menarik satu tangan Vira membuat si empu terkejut.

"Eh?"

"Kenapa?" Fahri menoleh mendapati Vira sedang menunduk, cowok itu ikut menunduk dan akhirnya menyadari sikap lancangnya, "Oh sorry," reflek melepaskan tangan Vira.

Fahri tipikal cowok yang love language-nya physical touch. Pada mantan-mantan sebelumnya, ia sering genggaman tangan, pelukan, tidak lebih dari itu. Tetapi sepertinya kali ini Fahri mendapat cewek yang tidak biasa di sentuh lawan jenis. Entah kenapa Fahri merasa bahagia. Membayangkan ia adalah cowok pertama di dunia percintaan gadis itu.

Biarlah Fahri berkhayal. Biarkan cowok itu melambung tinggi karena sikap welcome Vira padanya. Biarkan Vira terus ber-akting di hadapan cowok itu.

"Iya, nggak pa-pa kok," aksi Vira selanjutnya membuat Fahri terkejut. Vira menggandeng tangan Fahri menuju kantin.

"Sumpah, gue geli banget liat Vira kek gitu, anjir!" Cheryl menggelinjang kegelian.

"Ke kantin juga yuk, guys. Xena sama Fariza udah pergi duluan," celetuk Irene yang diangguki yang lain.

=

"Mau makan apa?" tanya Fahri ketika sudah duduk di bangku kantin.

Vira terlihat berpikir dengan menengadahkan wajahnya yang membuat Fahri gemas untuk kesekian kalinya, "Nasi goreng mawut aja."

"Pedes?"

"I-" Vira kembali berpikir, ia teringat sesuatu. Cewek polos imut itu biasanya tidak bisa makan makanan pedas. "Nggak."

Terpaksa Vira memesan jenis makanan yang ia tidak suka. Bagi Vira, makanan pedas adalah life. Bahkan mottonya 'No spicy no life'. Tetapi untuk sekarang, Vira harus mengesampingkan pedas untuk kelancaran perannya ini.

"Okay, bentar ya," Fahri beranjak menuju stan penjual.

Vira menengok ke belakang, mendapati teman-temannya yang nampak sedang memantaunya. Entah, Vira juga tidak mengerti kenapa teman-temannya itu kepo sekali.

Tak berselang lama, Fahri kembali datang membawa dua piring nasi goreng yang terlihat berbeda dari segi warna. Vira mengumpat dalam hati melihat Fahri meletakkan nasi goreng pedas di mejanya sedangkan untuk Vira nasi goreng tanpa cabe. Fahri ini sengaja membuat Vira ngiler kah? Vira jadi merasa tak karuan melihat orang di depannya makan dengan lahap sedangkan ia sendiri seperti tidak punya nafsu makan pada makanan di depannya walau terlihat menggiurkan.

Fahri menyadari hal itu, lantas bertanya, "Kenapa?"

"Ah nggak kok," jawab Vira cepat seraya tersenyum kikuk yang lagi-lagi terlihat menggemaskan di mata Fahri. Fahri balas tersenyum lalu kembali fokus makan.

Vira makan dengan pelan. Tidak seperti biasanya yang makan gak jaim, sekarang Vira makan dengan penuh keanggunan.

Fahri menghabiskan makanannya lebih dulu, namun ia tidak beranjak. Cowok itu memperhatikan Vira yang sedang makan dengan telaten.

"Nanti pulang bareng, mau nggak?"

Vira mendongak, tatapan mereka bertemu. Vira terdiam untuk beberapa saat, hanya menatap satu sama lain. Sepersekian detik Vira kembali menunduk.

"Boleh."

Fahri bersorak dalam hati. "Okay. Nanti aku jemput kamu di kelas."

Vira hanya mengangguk. Tidak ada salahnya menerima tawaran itu. Tadi pagi Vira berangkat bersama Sheryl lagi, dan Sheryl pun pasti tidak apa-apa jika pulang sendiri.

🌳

Tbc
Sorry if there is a typo!

PLAYER \ VSOOWhere stories live. Discover now