3.

343 58 14
                                    

Happy reading

🌳

"Assalamualaikum! Vira pulaaaang!"

"Waalaikumsalam."

"Loh kok papa ada dirumah?" Beo Vira. Melihat Papanya seolah melihat hantu.

"Memangnya kenapa kalo papa ada dirumah?" Tanya balik si Papa.

"Kan masih siang, kenapa Papa gak kerja?"

"Masih siang apanya Vira? Ini udah sore, 17.45. Jam 5 lewat 45 menit! Kamu sendiri kenapa pulang telat, hah?" Kini si Papa sudah berdiri di hadapan anak semata wayangnya sambil berkacak pinggang.

Vira diam dengan kepala menunduk dan bola mata yang tak bisa diam.

"Hahha skakmat!!" Seru si Papa menunjuk Vira girang.

"Iihhh Papa! Belooom! Vira lagi cari jawaban yang tepat supaya Papa percaya kalo Vira boong!" Sela Vira tak terima. Davira itu paling tidak suka kalau kalah debat sama Papanya.

"Ohh yaudah yaudah, cepat." Papa kembali berkacak pinggang dengan wajah serius menunggu anak cantiknya bicara.

"Mama mana, Pa?"

"Yahhh, malah ngalihin pembicaraan! Mama lagi mandi abis masak."

"Ooh.." Vira mengangguk-angguk mengerti, "Udah kelar ya masaknya?"

"Sudah!"

"Yaudah. Vira juga mau mandi."

Sebelum meninggalkan tempatnya, Papa langsung sigap menghalangi jalan Vira.

"Alasan pulang telatnya mana?" Sambil mengangkat dagu.

"Mama udah telpon padahal, emang Mama gak kasih tau Papa?" Vira cemberut menatap Papanya. tentu si Papa tau, bahkan ia yang menyuruh istrinya untuk menelpon anaknya.

Papa menggeleng, "Papa mau dengar sendiri dari Vira!"

"Tadi tuh abis pulang sekolah, Vira sama temen-temen hang-out dulu di rumah Irene. Tapi kita bosen jadi kita pindah ke cafe yang ada WiFi nya! Begitulah ceritanya..."

"Loh Vira? Katanya mau sampe malem dirumah temen? Kok udah pulang?" Mama datang membawa wangi sabun yang sangat menyengat.

"Sampe malam? Kenapa gak sekalian nginap, Vira?" Papa menatap gadis muda didepannya yang merupakan anak kesayangannya nyalang.

"Hehe.. becanda doang. Iya cuma becanda tadi bilang ke mama mau sampe malam, rencananya emang pulang sore. Gitu Pa..."

"Cepet mandi. Udah mau adzan Maghrib, kita mau shalat!"

"Siap Pa!" Sambil memberi hormat dan bergegas ke kamarnya.

Papa Davira emang gitu, protective banget sama anaknya. Papa Davira selalu menjemput Davira padahal gadis itu membawa motor pribadi, tak perlu jemputan lagi. Banyak peraturan rumah dan kekangan, itu semua Papanya lakukan untuk menjaga harta karunnya. Bagaimanapun juga, Papa Davira mengerti anaknya butuh kebebasan. Tak pernah melarang apa yang disenangi putrinya, asalkan tidak melanggar norma dan agama. Davira sendiri juga tidak pernah merasa tertekan atau dianggap anak kecil terus oleh orang tuanya. Davira bahagia, sangat senang mendengar banyak yang iri padanya karena perlakuan ayahnya.

=

Keesokan harinya

"Ri, kerasukan setan apaan lu jadi rajin. On-time banget ke sekolah."

"Ya harus lah, Val. Secara gue punya gebetan sekarang!"

"Dari dulu Lo juga punya gebetan, ogeb! Tapi gak pernah tuh on-time ke sekolah!"

"Kali ini beda. Karna sebenarnya gue baru tau namanya doang."

"Anjirlahhh! Belum jadi gebetan itu, goblok!" Rivaldi menggeplak kepala Fahri kesal.

Fahri tak menggubris. Matanya fokus menatap gerbang sekolah menunggu kedatangan si adek kelas bernama Vira itu.

"Woi panitia! KERJA!"

Mendengar teriakan keras itu, Rivaldi langsung mendumel kepada seorang gadis yang memakai baju panitia, sama sepertinya.

"Kerja apaan, gak dapat gaji!" Dumelnya seraya melangkah meninggalkan parkiran. Tinggallah Fahri sendiri. Teman-temannya belum ada yang datang. Rivaldi kan panitia jadi harus ke sekolah terus. Sedangkan Fahri, mau pdkt. Nah, temannya yang lain mau ngapain cepat-cepat kesekolah, gak ada cewek dan belum tanding juga.

We Lucky. 13 member. Circle yang terkenal karena anggotanya tampan semua, dan jomblo. Circle mereka terbentuk bermula dari masa pls di SMP, dan kebetulan ketiga belasnya sekelas. Tapi saat masuk SMA Alaska ini mereka jadi pisah-pisah kelas. Tapi itu tidak akan merubah apapun diantara mereka, mereka tetap sering berkumpul.

Lama menunggu akhirnya yang ditunggu Fahri datang. Vira bersama kedua temannya berjalan sambil mengobrol diselingi tawa.

Kebetulan di belakang Vira ada lima teman Fahri yang masuk gerbang juga.

Fahri melambaikan tangannya menyapa Vira. Vira membalas. Irene dan Tanisa bengong melihat mereka.

"Ck, kemarin itu kita belum resmi-"

"Resmi apaan?" Ketus Tanisa.

Fahri jadi cengo diketusin cewek. Fahri memaklumi, mungkin teman Vira perlu melindungi gadis itu yang notabenenya polos-imut. Takutnya terjerat masalah apalagi masalah sama cowok.

"Resmi kenalan, dek!" Balas Fahri ketus juga. Ia beralih menatap Vira dengan senyum manisnya, "Lo kenal gue gak?"

Vira menggeleng.

"Kenalin, nama gue Fahri Adi Pratama, calon menantu bokap-nyokap Lo."

"Idih najis!" Tanisa menyela. Fahri menatap Tanisa jengkel.

"Lo kenapa sih?! Cemburu? Suka ya sama gue?!" Tanya Fahri dengan kepercayaan diri yang high.

"Amit-amit dah, cewek cantik gak level sama spek bekantan kayak Lo!!" Tanisa berteriak didepan wajah Fahri.

Tanpa mereka sadari, teman-teman Fahri menonton sambil merekam. Mengabadikan momen langkah dimana Fahri ditolak cewek. Untung bukan pemeran utama. ya gak Far?

"Anjir..." Lirih Fahri semakin jengkel pada Tanisa.

Sedari tadi Vira berusaha menahan tawanya. Irene yang rada lemot hanya bengong.

"Oh iya, nama ku Davira Amelia-"

"Udah! Ayo kekelas!" Tanisa menarik kedua temannya pergi.

"Ada masalah apa sih tuh cewek?! Kenal aja nggak!" Fahri sepertinya jadi dendam.

"PMS kali."

Teman-teman Fahri datang menghampirinya lalu berjalan bersama kekelas sambil menertawakan Fahri.

🌳

TBC

Readers mau tau gak visualisasinya dangerous girls dan We lucky(we laki)
Boleh, tapi bantuin aku cari visualisasi untuk yang cowok. Terima kasih

Readers jangan lupa vote comment and follow aku yaaaa

22 Juli 2022

Written by Oktavi

PLAYER \ VSOOWhere stories live. Discover now