"Jangan rame-rame, ganti-gantian aja" ujar alin.

"Yaudah gue sama diva duluan yaa ntar gantian" ujar dea.

Sebelum ada jawaban dari yang lain, dea segera menarik tangan diva untuk masuk ke ruangan azeyla.

Ceklek

"Azel!" panggil diva dengan pelan.

Terlihat di sana azeyla tengah duduk dengan tatapan kosong di sebuah kursi yang mengarah ke jendela ruangan.

"Zel!"

Azeyla tersentak kemudian menatap diva.

Diva yang peka pun memeluk azeyla dengan sayang.

"Capek ya zel?"

Azeyla mengangguk.

"Jangan terlalu di pikirin"

Azeyla diam.

Diva berbalik ke belakang dan menyerit saat dea hanya duduk diam di kursi kerja milik azeyla.

Dea mengotak atik laptop milik azeyla di sana.

"Lo ngapain de?

Dea menoleh.
"Lagi mau liat situasi di markas militer, takutnya ada masalah di pasukan 8"

"Masalah apa?" tanya azeyla.

"Cuma masalah kecil kok" jawab dea.

Azeyla terdiam sejenak.

"Lo lupa siapa gue?"

Dea cengengesan.
"Gak usah di pikirin zel... Gue bisa urus semuanya kok"

"Emang masalah apa?" tanya diva.

"Biasalah, pasukan yang kehilangan pemimpinnya biasanya akan terpecah dan mulai banyak orang yang ingin membuat pasukan mereka sendiri" jelas dea.

Azeyla mengeratkan pelukannya pada diva. Diva merasa tangan azeyla mulai mendingin.

Tok tok tok

Dea berdiri dan menghampiri pintu untuk melihat siapa di luar.

Ceklek

"Permisi dea" ujar miko.

"Kenapa bang?"

"Ini, ada titipan dari zevan"

Dea mengambil sebuah bungkusan di tangan miko.
"Apaan nih?"

"Makanan, buat zela"

Dea mengangguk.
"Makasih bang miko"

"Iya, jagain tuh zela kalo ada apa apa bilang!"

"Siap bang!"

Miko terkekeh.
"Abang balik dulu ya"

Dea mengangguk mengiyakan. Kemudian miko berbalik dan pergi dari sana.

Dea pun menutup pintunya dan berjalan ke arah azeyla dan diva.

Dark Princess (End) حيث تعيش القصص. اكتشف الآن