part 34

2.4K 186 22
                                    

Tanpa sadar kakinya mengayun untuk melihat siapa yang sekiranya berada di dalam mobil ambulance.

Ia terpaku saat melihat dua mayat yang saat itu sudah dikafankan. Semua orang yang menatap tak kuasa menahan air mata saat dua mayat itu dibawa masuk ke dalam rumah.

Ya, dua mayat itu tak lain adalah Siti dan juga anak perempuannya yang menjadi korban pembunuhan oleh orang terdekatnya sendiri, yang tak lain adalah Firman-- suaminya Siti.

Isak tangis dan suara raungan terdengar menggema di pagi hari itu, di mana matahari baru saja menampakkan sinarnya.

Bukan hanya manusia yang merasakannya, dunia pun seolah ikut berduka saat dua jenazah itu dikeluarkan dari dalam ambulance dan dibawa masuk ke dalam rumah, tempat di mana kedua orang itu meregang nyawa.

Hujan rintik-rintik tiba-tiba turun dari langit, padahal saat itu langit cerah dan matahari bersinar terang.

Tono mendekat dan membantu memasukkan jenazah yang terasa cukup berat karena jenazah sudah mulai membengkak.

Anehnya, jenazah yang seharusnya berbau busuk itu malah menguarkan aroma yang wangi, seperti wangi bunga melati.

Tono dan beberapa orang laki-laki yang membantu tidak sedikitpun merasa jijik, jenazah pun yang awalnya berat ketika diangkat beberapa langkah menjadi ringan, dan memudahkan mereka untuk meletakkan mayat di kasur yang telah disediakan.

Seketika rumah duka itu mendadak ramai, tetangga satu persatu berdatangan dan bertakziah di rumah almarhumah Siti.

Tak ada satupun orang yang berkata jelek tentang Siti, malahan pujian-pujian yang terlontar dari mulut warga, dan yang lebih mengherankan aroma melati itu terasa semerbak dan menyegarkan, membuat orang-orang tak henti membicarakannya. Amalan apakah yang kiranya di lakukan Siti selama hidupnya? mengapa aroma tubuhnya begitu wangi dan menenangkan?

Begitupun Tono, laki-laki itu langsung bergegas menuju rumahnya untuk memberitahu berita tentang kedatangan Siti dan juga anak perempuannya yang kini sudah berada di rumah duka.

Nunung yang saat itu masih tertidur karena semalaman bergadang, ia bangunkan dengan pelan dan penuh kehati-hatian.

Sementara itu ibunya sudah lebih dulu pergi ke rumah duka untuk melihat jenazah Siti dan juga anaknya.

"Nung ... bangun, Nung," ucapnya seraya menepuk-nepuk pelan paha istrinya.

Nunung perlahan mengerjakan mata dan menatap suaminya bingung.

"Sudah siang ya, Mas. Maaf ya, Nunung kesiangan," ucap Nunung, ia langsung bergegas untuk duduk, tapi suaminya menahannya.

"Bukan, Mas ke sini cuma ingin memberitahu, kalau jenazah Mbak Siti dan anaknya sudah tiba, dan kata keluarganya, hari ini beliau akan dimakamkan ba'da dzuhur," jelas Tono.

"Oh, kalau begitu, Nunung mau siap-siap Mas, kan jenazahnya pasti belum dimandikan, biar Nunung dan ibu saja yang melakukan beserta Mbak Lastri," Nunung kembali bersiap untuk bangun tapi suaminya kembali menahannya.

"Kenapa Mas? Nunung mau siap-siap ini kok ditahan terus," keluh Nunung, sedikit mencebik karena merasa Tono berusaha menghalangi niat baiknya.

"Nung, Mas mau bicara sebentar. Mas bukan menghalangi Nunung untuk melakukan perbuatan baik, tapi sejak awal Nunung kurang bisa menjaga amanah, sehingga Nunung banyak mengalami kejadian-kejadian ganjil sebelumnya,"

" Mas sudah telepon Pak Ustadz, kata Pak Ustadz, Nunung memang peka dengan makhluk astral. Takutnya, makhluk-makhluk itu semakin intens mendekati Nunung dan menjebak Nunung ke dalam hal yang kurang baik,"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 22, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mandiin MayitWhere stories live. Discover now