part 27

2.4K 160 8
                                    

"Baiklah Ibu Nunung, kalau begitu simak ucapan saya dengan sebaik-baiknya, jika Ibu di ganggu jin, maka lakukan...,"

"Perkuat iman. Kekuatan Jin qorin akan melemah selaras dengan kekuatan iman seseorang, semakin kuat iman semakin lemah Jin Qorin,"

"Menjadi muslim yang taat karena Allah subhanahu wa ta'ala akan menolong hamba-hambanya yang taat,"

"Jangan lupa perbanyak dzikir, membasahi lidah dengan perbanyak dzikir kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan memohon perlindungan Allah dari gangguan jin qorin yang memang bertugas menyesatkan manusia," papar Pak Ustadz dengan jelas dan lugas.

Nunung dan Tono mendengarkan dengan seksama, tapi begitu Pak Ustad menyelesaikan ucapannya, Nunung tidak bisa menahan rasa penasaran dan saat itu berada di dalam batinnya.

"Maaf Pak Ustadz, Saya mau bertanya. Dari tadi Pak Ustad selalu mengatakan Jin Qorin. Apa sebenarnya Jin Qorin itu Pak Ustadz?"

Pak Ustadz menggangguk sebelum akhirnya ia menjawab pertanyaan Nunung barusan.

"Jin Qorin adalah makhluk gaib ciptaan Allah subhanahu wa ta'ala yang diberikan tugas untuk mendampingi kehidupan manusia,"

" Iya bertugas untuk menyesatkan dan menjerumuskan manusia dalam hal perbuatan yang tidak baik,"

"Jin Qorin itu mampu menampakan dirinya dalam berbagai wujud, misalnya makhluk halus seperti hantu,"

"Setelah manusia meninggal, Jin Qorin akan tertinggal dengan memori kuat tentang tuannya,"

"Mereka bisa mengaktifkan 4 dari lima indra manusia yang berasal dari mata, hidung, telinga dan mulut. Karenanya, Jin Qorin dapat melihat, mendengar, mencium bau,serta berbicara. Jin Qorin seperti inilah yang seringkali disalah artikan sebagai arwah gentayangan,"

Nunung dan Tono manggut-manggut mendengarkan penuturan Pak Ustadz yang begitu jelas dan gampang dicerna.

"Kalau begitu Pak Ustadz, jadi tidak masalah jika istri saya masih keukeuh untuk menjadi pemandi mayat?" sela Tono.

"Sebenarnya tidak masalah, Pak. Asal Bu Nunung mengikuti apa yang barusan saya ucapkan. Percayalah, semakin Bu Nunung kuat, semakin lemah makhluk yang ingin mengganggu dirinya," jawab orang tua berpeci itu.

"Hari sudah larut. Silahkan Bapak Tono dan Ibu Nunung istirahat di kamarnya sudah kami persiapkan khusus untuk tamu,"

"Tapi sebelum itu, izinkan kami untuk menawarkan bapak dan ibu makan seadanya di rumah kami. Memang sederhana tapi kami harap bisa mengganjal lapar ibu dan bapak untuk sementara," ujar istri Pak ustadz sopan.

"Ta--tapi, Pak Ustadz...,"

"Jangan sungkan Pak Tono, ayo," Pak Ustadz beranjak dari duduknya.

Dengan perasaan sungkan akhirnya Tono menerima ajakan Pak Ustadz karena memang dari tadi perutnya keroncongan.

Ia meraih tangan Nunung dan wanita itu mengikuti langkah kaki suaminya menuju ke arah dapur bersama Pak Ustad dan juga istrinya.

Mereka makan dengan hikmat dan penuh rasa syukur. Meski jamuan yang disiapkan Pak Ustadz terkesan sederhana, hanya lauk tempe goreng tepung dan tumis terong pedas, tapi rasanya begitu nikmat.

Selesai menyantap makanan, mereka bercengkrama beberapa saat sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar dan beristirahat.

***
Pagi harinya saat Nunung dan Tono bersiap untuk pulang, Tono menyelipkan amplop putih yang berisi uang pada Pak Ustadz saat mereka bersalaman.

Awalnya Pak Ustadz hendak menolak, tapi Tono lemah lembut meyakinkan Pak Ustadz bahwa itu bukanlah bayaran, melainkan ucapan terima kasih karena telah menerima kehadiran dirinya dan istrinya serta membantu menyelesaikan permasalahan yang saat ini sedang menimpa keluarga mereka.

Nunung dan Tono pulang dengan hati puas. Mereka kembali melewati perjalanan yang sama ketika mereka datang ke rumah Pak Ustadz.

Sepanjang perjalanan, Tono tak henti mengucapkan doa-doa yang ia hafal hingga kendaraan roda dua itu terparkir di depan rumahnya.

Tentu saja kepulangan Tono dan Nunung itu disambut hangat dan rasa was-was oleh sang ibu--Sumini dan kakak perempuan Tono.

Berbagai pertanyaan terlontar dari mulut keriputnya, begitu juga dengan kakak perempuannya.

Setelah menjelaskan secara detail, barulah Sumini merasa lega. Ada perasaan bahagia juga mendengar menantunya itu akhirnya mengandung.

Hari-hari setelah itu mereka lalui dengan perasaan senang dan bahagia. Tidak membahas perihal tentang memandikan jenazah.

Hingga tibalah hari itu, hari di mana Nunung kembali mengalami hal yang ganjil.

Dalam mimpinya, ia berulang kali bertemu dengan anak tetangganya yang menangis minta tolong.

Karena terus-menerus bermimpi buruk, Nunung akhirnya memutuskan untuk bertandang ke rumah anak yang selalu datang dalam mimpinya itu.

Tidak ada sesuatupun yang aneh pada gadis kecil itu. Ia malah bertanya," kenapa Tante melihatku seperti itu?"

Yang tentu saja kalimat itu membuat orang tuanya menatap heran ke arah Nunung, yang sejak Ia datang memang perhatiannya tidak lepas pada bocah kecil itu.

"Kenapa Mbak Nunung? apa ada sesuatu yang bakalan terjadi dengan anak saya?"

Nunung tersadar, ia menganggap itu hanya sekedar firasatnya saja. Mimpi buruk sebagai teman tidur.

Ia lega saat mendapati anak kecil itu sehat dan tidak kurang satu apapun.

Setelah kejadian itu, Nunung tidak pernah lagi bermimpi tentang anak kecil itu.

Hingga ia kembali mendengar desas-desus tetangganya, yang mengatakan jika sudah beberapa hari ini mereka tidak bertemu dengan anak kecil dan ibunya itu.

"Mungkin Mbak Siti lagi tinggal di rumah ibunya. Meski heran sih, Mbak Siti sama sekali tidak berpamitan. Biasanya kan apa-apa Mbak Siti selalu bilang,"

"Tapi suaminya ada terus di rumah, cuma ada sedikit keanehan, tiap malam suaminya itu pasti pergi. Dia pulang cuma waktu siang saja,"

"Sebelum kepergian Mbak Siti itu, aku sempat mendengar teriakan Mbak Siti, yah, mudah-mudahan Mbak Siti tidak sedang bertengkar dengan suaminya,"

Nunung mendengarkan celotehan tetangganya itu di warung Bu Sulis. Ia tidak ikut berkomentar. Otaknya kembali dirasuki dengan pikiran-pikiran buruk dan menerka-nerka.

' Apa ini ada hubungannya dengan mimpinya tempo hari? apakah mungkin terjadi sesuatu dengan kedua orang itu?"

Walaupun kembali ke rumahnya dengan membawa tentengan belanjaan yang ia beli dari warung Bu Sulis.

Nunung sempat menoleh ke arah rumah anak kecil yang memang terlihat sepi dan seperti tidak ada kehidupan di dalamnya.

Ia lalu menghentikan langkahnya dan memperhatikan rumah itu dengan seksama. Ada sesuatu yang membuat Nunung begitu penasaran dan enggan untuk beralih dari tempat itu.

Degh!

Jantung terasa berhenti berdetak saat ia melihat siluet seseorang sedang melintas dari dalam rumah.

Hordeng tipis itu seperti membentuk suatu bayangan, seseorang yang berdiri di baliknya dan seolah sedang memperhatikan dirinya.

"Apa mungkin Mbak Siti dan Laila sudah pulang?" Nunung berbicara pada dirinya sendiri.

Didera rasa penasaran, Nunung melangkahkan kakinya menuju rumah itu. Ia yakin sekali, ada orang di dalam rumah itu.

Namun, ketika ia semakin dekat dengan rumah itu, Ia merasakan sesuatu yang janggal. Bulu kuduknya seketika meremang. Nunung ...

.

Mandiin MayitWhere stories live. Discover now