22✓

184 45 8
                                    

Taksi yang ditumpangi Taehyung berhenti diseberang gedung apartemen tua bertingkat dua di pinggiran kota Tokyo.

"Di sinikah tempatnya?" Tanya Taehyung kepada si supir taksi dengan bahasa Jepang yang terdengar agak payah dan terpatah-patah. Tetapi setidaknya si supir taksi mengerti dan ia mengangguk sebagai jawaban.

"Tunggu sebentar," kata Taehyung kepada si supir. Lalu menggerakkan tangan untuk memperjelas maksudnya. "Tunggu sebentar di sini. Oke?"

Si supir mengangguk-angguk dan memberi tanda oke dengan tangannya.

Taehyung keluar dari taksi dan memandang berkeliling, sebelah tangannya terangkat ke mata untuk menahan sinar matahari. Daerah ini cukup sunyi, namun bukan sunyi yang menakutkan. Rasanya seperti sunyi yang menenangkan. Ia menunduk ke arah kertas lusuh di tangannya. Lusuh karena sudah sering dibuka untuk dibaca lalu dilipat kembali. Kalau alamat yang diberikan Zico memang benar, maka inilah gedung apartemen tempat tinggal Jisoo. Dan yang harus Taehyung lakukan sekarang adalah mencari apartemen bernomor 202 dan mengetuknya.

Taehyung baru hendak menyebrangi jalan ketika sesuatu menangkap perhatiannya. Dari seberang jalan ia bisa melihat seorang wanita keluar dari apartemen di lantai dua. Dan jantung Taehyung seolah-olah berhenti berdetak sesaat ketika ia mengenali wanita itu.

Jisoo. Itu Jisoo.

Mata Taehyung tidak terlepas dari sosok Jisoo yang sedang menuruni tangga batu di gedung apartemen itu. Taehyung begitu terpaku sampai butuh beberapa detik baginya untuk menyadari bahwa ada seorang laki-laki yang menuruni tangga bersama Jisoo.

Taehyung menyipitkan mata untuk melihat lebih jelas. Siapa laki-laki itu? Apa hubungannya dengan Jisoo? Apa....?

Namun pertanyaan berikutnya tidak sempat terpikirkan oleh Taehyung karena pada saat itu Jisoo dan laki-laki itu sudah tiba di lantai dasar dan Taehyung bisa melihat Jisoo sedang tersenyum.

Tersenyum kepada laki-laki di sampingnya. Senyum yang tidak pernah dilihat Taehyung sebelumnya. Orang-orang yang melihat senyum seperti itu tidak mungkin salah mengartikannya. Senyum itu berarti.... Oh, sialan. Sekarang laki-laki itu mengatakan sesuatu yang membuat senyum Jisoo melebar, lalu tertawa.

Taehyung langsung merasakan sesuatu menghujam jantungnya dan kakinya seolah-olah tertancap ke tanah tempatnya berdiri. Ia tidak bisa bergerak. Seluruh tubuhnya terasa membatu. Berat.

Jisoo sama sekali tidak menyadari keberadaan Taehyung di seberang jalan. Ia dan laki-laki itu berjalan meninggalkan gedung apartemen dan mulai berjalan menyusuri jalan, menjauhi Taehyung. Lalu Taehyung melihat laki-laki itu mengulurkan tangan dan mengandeng tangan Jisoo seolah-olah ia berhak melakukannya. Seolah-olah ia memberikan pernyataan kepada dunia bahwa Jisoo adalah miliknya.

Dan Jisoo sama sekali tidak menarik kembali tangannya. Jisoo membiarkan laki-laki itu menggenggam tangannya. Mereka berdua terlihat sangat gembira dan santai, seolah-olah mereka sudah sering melakukannya dan terbiasa melakukannya.

Taehyung tiba-tiba merasa sulit bernapas. Ia hampir yakin ada yang salah dengan dirinya. Debar jantungnya tidak beraturan, dadanya mendadak terasa sangat, sangat sakit. Dan nyeri. Ia terpaksa harus berpegangan pada taksi di sampingnya supaya ia tidak jatuh terduduk di tanah. Dan di atas segalanya, ia merasakan desakan besar untuk melukai seseorang. Terutama laki-laki yang berjalan bersama Jisoo tadi. Laki-laki yang mengandeng tangan Jisoo dan tersenyum pada Jisoo itu.

Oh, sialan....

Dalam kondisi setengah sadar, Taehyung masuk kembali ke taksi dan duduk bersandar dengan mata terpejam. Seharusnya ia merasa senang. Jisoo terlihat baik. Jisoo terlihat sehat. Jisoo terlihat gembira. Jisoo terlihat bahagia. Ya, seharusnya Taehyung merasa senang dengan itu. Bukankah ia memang ingin melihat Jisoo baik-baik saja? Bukankah ia memang ingin melihat Jisoo bahagia?

Tentu saja. Tentu saja, tapi....

Rasa sakit di dadanya semakin menjadi-jadi dan Taehyung meringis.

Ia memang ingin melihat Jisoo bahagia, tetapi ia ingin Jisoo bahagia bersamanya. Hanya bersamanya.

Apakah ia sudah menunggu terlalu lama? Apakah dua tahun terlalu lama? Apakah keputusannya untuk menunggu dua tahun telah membuatnya kehilangan Jisoo?

Apa yang harus dilakukannya sekarang?
Apa yang bisa dilakukannya sekarang?









                          ©Tbc



LOVE IT Where stories live. Discover now