10✓

192 48 9
                                    

 

    Hari sudah menjelang sore ketika Taehyung terjaga. Kepalanya masih terasa berat, namun tidak berputar-putar lagi. Taehyung turun dari tempat tidur dan menyadari bahwa kakinya juga terasa lebih mampu menopang tubuhnya. Ia meraba keningnya. Sepertinya suhu tubuhnya juga sudah turun. Bagus. Taehyung ingin cepat-cepat sembuh. Ia benci merasa tidak berdaya seperti ini.

   Taehyung baru hendak bangun dan berjalan ke pintu ketika ponselnya berdering. Seulas senyum tipis muncul di wajahnya ketika melihat siapa yang meneleponnya. "Mm, Noona," gumamnya begitu ponsel ditempelkan ke telinga.

   "Pembicaraan kita kemarin belum selesai, Taehyung." Kata Jieun tanpa basa-basi. "Tapi, ngomong-ngomong, ada apa dengan suaramu?"

  "Tidak apa-apa, Noona." Ujar Taehyung, lalu berdeham pelan. "Tenggorokan ku hanya agak kering."

  "Baiklah. Kalau begitu, bagaimana kelanjutan ceritamu kemarin?"

  Taehyung mendesah dalam hati. Ia ingat pembicaraan terakhir dengan Jieun. Saat itu Jieun bertanya apakah ia sudah bertemu dengan seseorang di London. Sebenarnya Taehyung belum ingin bercerita kepada kakaknya tentang Jisoo. Taehyung memang menyadari bahwa Jisoo mulai menerimanya dan Taehyung senang dengan hubungan mereka sekarang. Mereka sering bertemu, mengobrol, dan menghabiskan waktu bersama. Namun entah kenapa Taehyung selalu merasa masih ada sebagian diri Jisoo yang menahan diri. Seolah-olah gadis itu masih tidak sepenuhnya percaya padanya.

   Tetapi apakah itu hanya perasannya sendiri?

  "Kim Taehyung, aku sedang bicara padamu."

  Taehyung harus menyeret perhatiannya kembali kepada suara Jieun di telepon. "Maaf, Noona. Sekarang aku masih bingung."

  "Katakan padaku, apakah dia cantik? Tanya Jieun, mengabaikan kata-kata Taehyung.

  "Ya," gumam Taehyung, lalu menarik napas dan menghembuskannya. "Seperti Dewi."

  "Apa?"

  Taehyung tertawa pendek. "Dia punya wajah yang cantik. Setidaknya itulah yang kupikirkan ketika aku pertama kali bertemu dengannya."

  "Begitukah? Lalu apa lagi?"

  Taehyung kembali mengenang pertemuan pertamanya dengan Jisoo. "Awalnya dia terlihat dingin dan sulit didekati. Tapi kalau kau berhasil mendekatinya dan mengenalnya lebih baik, kau akan tahu bahwa dia sebenarnya orang yang menarik. Dan semakin kau mengenalnya, kau akan mendapati dirimu merasa...." Taehyung terdiam. Kata-kata itu sudah berada di ujung lidahnya. Kau akan mendapati dirimu merasa gembira setiap kali berada di dekatnya, tetapi Taehyung tidak mungkin mengatakannya kepada kakaknya. Akhirnya ia hanya bergumam, "Yah, begitulah."

  "Kau mendapatkan semua kesan itu hanya pada pertemuan pertama?" Tanya Jieun dengan nada tidak percaya. "Astaga, dia pasti gadis yang luar biasa. Berarti kali ini eomma sudah membuat pilihan yang benar."

  "Apa? Apa hubungan semua ini dengan eomma?" Taehyung mengerutkan keningnya.

  "Kita sedang membicarakan gadis yang ingin dijodohkan eomma denganmu, bukan? Gadis yang kau temui kemarin siang?" Jieun balas bertanya. "Atau apakah kita sedang membicarakan dua orang yang sama sekali berbeda?"

  Taehyung mengerang dalam hati. Ternyata yang di maksud kakaknya adalah Minatozaki Sana yang di temui Taehyung kemarin siang, bukan Jisoo. Astaga, otaknya sudah kacau. "Oh, maksud Noona gadis yang itu?" Gumam Taehyung datar.

  "Kau membicarakan gadis yang berbeda? Ternyata aku benar. Kau memang sudah bertemu dengan seseorang di sana."

   Taehyung menghela napas dan menghembuskannya panjang-panjang. Akhirnya seulas senyum tersungging di bibirnya. "Ya," gumamnya, lalu cepat-cepat menambahkan sebelum Jieun bisa menyela, "Tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakannya."

LOVE IT Where stories live. Discover now