13✓

172 46 23
                                    

"Kalian sudah tahu besok adalah hari pertunjukan perdanaku, bukan?" Tanya Jennie untuk kesekian kalinya hari ini.

Zico menengadahkan wajah dengan gaya dramatis. "Kami tidak mungkin lupa, Jennie. Demi Tuhan kau terus, mengingatkan kami setiap jam. Ada apa denganmu? Tenanglah sedikit."

Jisoo baru saja pulang ketika Jennie menariknya ke dapur, di sana Zico yang menggenakan piama sutra ungu sudah berdiri sambil memegang secangkir coklat panas dan langsung melemparkan pertanyaan tadi. Jennie terlihat sangat bersemangat. Juga tegang.

"Aku tidak bisa tenang," kata Jennie sambil berjalan mondar mandir di dapur mereka yang kecil. "Ini peran utamaku yang pertama. Pertunjukan ini harus berhasil. Harus! Kalau ini berhasil baik, maka kesempatan-kesempatan besar lain akan terbuka untukku. Aku akan terkenal! Aku akan mendapat banyak tawaran! Aku akan mendapat kesempatan berbagi panggung dengan aktor-aktor besar! Aku akan....."

"Wow, berhenti sebentar," sela Zico sambil mengacungkan sebelah tangan ke wajah Jennie. "Pelan-pelan saja. Aku tidak bisa memahami kalau kau berbicara secepat kereta api ekspres. Tarik napas dalam-dalam."

Jennie mengangguk-angguk dan menarik napas dalam-dalam, mematuhi kata-kata Zico. Namun ia langsung menggeleng. "Tidak, tidak. Ini tidak berhasil. Aku tidak bisa tenang. Apakah kalian sudah mengundang semua teman kalian ke pertunjukanku?"

"Tenanglah, Sayang. Aku sudah mengundang semua temanku dan aku jamin mereka pasti datang," sahut Zico. Lalu ia mengerdip ke arah Jisoo dan berbisik, "Aku sudah mengancam mereka."

Seketika Jisoo tertawa kencang.

Jennie menoleh ke arah Jisoo dan menyipitkan mata. "Bagaimana dengan Taehyung? Kapan dia akan kembali ke London? Waktu itu dia sudah berjanji akan mengajak semua rekan kerjanya ke pertunjukanku. Kalau dia tidak jadi datang....."

"Dia akan kembali malam ini. Setidaknya itulah yang dikatakannya padaku ketika dia meneleponku kemarin." Sela Jisoo cepat.

Dan Jisoo berharap itu benar. Taehyung sudah pergi selama lebih dari seminggu dan Jisoo berharap bisa segera bertemu dengannya, bukan hanya melihatnya di video yang dikirimkan Taehyung untuknya. Jisoo menghela napas dan menghembuskannya dengan pelan. Sepertinya ia mulai kacau. Taehyung baru pergi selama seminggu, tetapi kenapa ia merasa seolah-olah Taehyung sudah pergi lebih dari sebulan?

"Sekarang sudah larut dan aku sudah mengantuk," kata Zico sambil menguap, lalu menatap Jennie. "Dan kalau kau ingin aku tampil prima untuk pertunjukan perdanamu, kau akan membiarkanku tidur dengan tenang."

Jennie memberengut ke arah Zico yang berjalan ke kamarnya sendiri, lalu menoleh ke arah Jisoo dan tersenyum. "Aku juga harus tidur sekarang. Aku tidak mau sampai ada lingkaran hitam di sekeliling mataku besok. Selamat malam."

Jisoo balas mengucapkan selamat malam dan masih berdiri bersandar di lemari dapur beberapa saat setelah Jennie masuk ke kamar. Tubuhnya terasa lelah, namun pikirannya masih segar bugar. Dan seperti yang sering dialaminya akhir-akhir ini kalau sedang sendirian, pikirannya langsung melayang pada Kim Taehyung. Apakah Taehyung akan meneleponnya kalau ia sudah tiba di London? Mungkin tidak. Malam sudah larut dan Taehyung pasti sangat lelah.

Jisoo memejamkan mata dan menggeleng-geleng. Oh, dear. Ini harus dihentikan. Ia tidak bisa memikirkan Taehyung terus. Yang harus dilakukannya sekarang adalah mandi dan tidur.

Namun ketika Jisoo masuk ke kamarnya sendiri, ponselnya berbunyi. Ia mengeluarkan ponsel dari tas dan menatap tulisan yang muncul di layar. Wajahnya langsung berseri-seri. "Taehyung!"

"Wah, kedengarannya kau sedang gembira." Suara Taehyung terdengar agak lelah, namun masih ada tawa di dalamnya. "Kuharap itu karena kau gembira mendengar suaraku."

LOVE IT Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon