Kelas Professor Jacob

77 16 2
                                    

Sebelum kejadian, pukul 06.20

Sejak pengumuman itu, nama Lucy melonjak naik. Tapi wajah Lucy jadi murung karena dia dibebani ekspetasi. Ah, tidak juga. Lucy hanya tidak suka menjadi sorotan. Belum lagi bagaimana caranya ia harus mempertahankan nilai. Beasiswanya terancam musnah.

Hari ini, bencana datang kembali. Semalam wali kelasnya mengurimkan surel yang berisi pengumuman jika hari ini ada kelas tambahan. Ya, pelajaran yang selalu membuat Lucy mengutuk. Kimia. Yang katanya juga akan diisi oleh Prof. Jacob Easton. Tamatlah riwayat Lucy.

Kenapa Prof. Jacob tiba-tiba masuk kelas A? Bukannya pengajaran beliau hanya untuk kelas khusus?

“Kusut amat, tuh muka. What’s wrong?” Lucy menoleh ke sebelah kanan. Ada Serena yang entah sejak kapan sudah duduk di sampingnya.

Lihatlah wajah seorang Serena Grace. Orang kaya memang beda. Serena sudah tiga kali berada di urutan terbawah. Dia menolak untuk dikeluarkan dan memilih untuk membayar denda yang jumlahnya tiga kali lipat dari biaya SPP sekolahnya. Dan lihat,wajahnya saat ini. Baru saja kehilangan uang yang sudah menyentuh ratusan juta, Serena masih tampak sangat biasa saja. Melangkahkan kakinya dengan ringan dan raut wajahnya jauh lebih cerah ketimbang si penjabat baru rank satu.

Lucy berdecih. “Lo baca pengumuman semalam gak, sih?” tanya Lucy.

Kini tampak Serena menyerengit. Sudah jelas dia tidak melihat pengumuman semalam. “Lo sekolah dapet bakat apa, Ren? At least, selama satu tahun setengah di Ukiyo ini lo dapet apa?”

Serena hanya tertawa bodoh. Lalu ia kembali fokus pada ponselnya untuk mencari pengumuman yang Lucy maksud. “Hah? Kimia? Prof. Jacob? Mati gue!” pekiknya.

Lucy mengelus wajah Serena yang memang sangatlah cantik itu. Wajar, dia begitu terkenal di media sosial. Orang mengenalnya dengan istilah seleb. Terlebih Serena berpacaraan dengan putra sulung anggota dewan. Namanya cukup dikenal banyak orang.

“Udah, sana. Kan, bisa bolos. Tinggal bayar doang, kan? Sana, gih. Mau gue telfonin si Revan?”

“Heheheh jangan gitu, dong. Maaf, ya selalu jadiin nama lo korban kalo mau jalan sama Revan.”

“MAKANYA BELAJAR!” Tidak bisa berbohong jika ada setitik rasa kecewa Lucy pada Serena. Dia berusaha begitu keras untuk masuk ke Ukiyo agar bisa satu sekolah dengan Serena.

Tapi kenyataannya, Serena malah masuk dengan uang dan saat di posisi terancam dia hanya memanfaatkan uang.

Ya, namanya juga sekolah bergengsi. Jenis gengsi semua ada di sini.

***

Lucy memilih keluar kelas dan pergi ke kantin untuk membeli minum. Lengkap dengan satu buku catatan kimia untuk persiapan jika hari ini benar-benar Prof.Jacob yang masuk ke kelasnya.

Rasanya masih tidak percaya guru senior serta donatur besar Ukiyo masuk ke kelasnya. Seharusnya kelas beliau adalah kelas khusus untuk beberapa orang yang berani membayar lebih untuk kelas beliau. Untuk kelas social setingkat Lucy, jumlah uangnya tidak mampu digapai.

Seharusnya Lucy memang perlu mempersiapkan diri. Namanya sebagai peringkat pertama dalam penilaian umum, jelas sudah diketahui beliau. Kalau dia tampak bodoh, bisa-bisa beasiswanya langsung ditarik langsung di tempat.

Saat sampai di kantin, dia melihat Theo di sana. Lantas Lucy langsung menghampiri lelaki yang tampaknya juga sedang fokus dengan bukunya.

“Hei, tumben belajar di kantin,” ucap Lucy tiba-tiba. Membuat Theo sontak menutup buku yang sedang dia coret-coret.

Worst Class Where stories live. Discover now