Tiga Puluh Lima {KKN 1922-ENDING}

126 11 20
                                    

"Ini bukanlah akhir, tetapi awal dari kehidupan."

_KKN 1922_

•••

Tak terasa waktu berjalan cepat. Tiga tahun telah berlalu, hingga kini keadaan kehidupan juga berubah drastis. Begitu pun dengan perempuan pemilik kulit kuning lasat dan lesung pipit itu.

Lorenza Aiza, perempuan berumur 25 tahun tersebut tampak keluar dari sebuah perpustakaan. Dengan memakai pakaian rapi, dia lantas mengenakan sepatu putih yang sempat dilepas sebelum benar-benar melangkah pergi meninggalkan tempat buku dijajarkan.

"Za?"

Iza berhenti seketika saat suara tersebut terdengar. Dia sontak menoleh ke kiri, di mana seorang lelaki dengan kemeja kotak-kotak sedang duduk di atas motor miliknya.

"Eh? Kok, nggak bilang-bilang kalo mau ke sini?" tanya Iza lalu mendekat ke arah sang tunangan.

Tio tersenyum. Dia mengulurkan tangan guna mengusap sekilas puncak kepala Iza lantas beralih mencubit pelan pipinya hingga membuat sang empu mengaduh.

"Kan udah aku bilang, aku paling nggak suka dipegang bagian pipi!" ujarnya mencubit pinggang Tio, anggap saja sebagai balasan.

Mereka berdua lalu tertawa kecil bersama.  Hingga detik berikutnya, pasangan berbeda usia tujuh tahun itu memutuskan untuk makan siang bersama di sebuah restoran.

Ini bukan kali pertama Iza dan Tio bertandang ke sana. Bahkan pemilik restoran tersebut sampai mengenal akrab mereka berdua sehingga Tio sendiri diberi kepercayaan sebagai manager di sana. Dalam artian, Iza akan menyantap makan siang di tempat bekerja sang calon suami.

"Aku mie goreng sama milk tea aja," kata Iza kepada waiters.

"Samain aja, Mbak," kata Tio, menyahut.

Waiters tersebut mengangguk. Namun, netra Iza bisa menangkap jelas sudut bibir perempuan itu tertarik ke atas seakan tersipu akan sesuatu seraya menuliskan pesanan di buku yang dibawa.

"Ditunggu ya, Kak pesanannya," ucapnya kemudian berlalu.

Iza berdecak tatkala waiters barusan berkata demikian hanya dengan menatap Tio. Seolah pelanggan di meja ini hanya ada lelaki itu seorang.

Namun, sejujurnya Iza tak merasa heran, sebab sangat ketara jika perempuan tadi menaruh rasa suka kepada Tio. Pun di otak masih teringat jelas kejadian beberapa hari lalu di mana dia memergokinya tengah mengambil diam-diam foto sang pujaan dari jarak jauh.

Jujur, seketika rasa khawatir Iza membuncah. Bukan berarti dia sukar menaruh rasa percaya terhadap kesetiaan lelaki di depannya kini. Akan tetapi, hati tidak ada yang tahu kapan ia bisa berpindah ke lain orang.

"Kalo aku minta kamu keluar dari resto ini gimana?" tanya Iza tiba-tiba, membuat alis tebal Tio bertaut.

Setelah mereka usai menyantap makanan di sana, Tio mengantarkan Iza pulang ke kontrakkan. Selama di perjalanan, perempuan itu selalu menutup mulut, enggan mengeluarkan suara meski sang kekasih terus bertanya beberapa hal.

"Kita udah lama nggak ke rumah pohon itu. Mau ke sana?" Tio menangkap pergelangan Iza kala sang empu hendak masuk ke dalam rumah.

KKN 1922 [Selesai!]Where stories live. Discover now