Sepuluh {KKN 1922}

76 10 15
                                    

"Begitulah cinta, bisa membuat mata setiap insan menjadi buta dan hati menghitam sehingga berujung menghalalkan segala cara."

_KKN 1922_


•••

"Lah, baju gue ke mana?" Dengan netra memedar ke penjuru bilik kamar mandi, Iza merasa amat panik.

Pasalnya baju yang sudah sempat dipakai juga baju gantinya kini menghilang entah ke mana.

Jika begini, bagaimana bisa dia keluar? Hanya menggunakan handuk sahaja? Jika sampai dilakukan, maka Iza bisa dikatakan sangat gila karena pasti akan terlihat oleh penghuni lain---terutama kaum adam.

"Atau jangan-jangan, jatuh ke luar?" Dengan badan sudah terbalut handuk, ragu-ragu perempuan berambut terikat satu itu membuka pintu. Memeriksa apakah benar pakaiannya jatuh ke lantai.

Namun, sialnya hasil nihil. Semua pakaiannya termasuk dalaman hilang tanpa jejak!

Ketika dia berniat memanggil Ivy untuk meminta bantuan, tiba-tiba dari arah tangga sana Kaisar muncul disertai pakaian penuh noda hitam. Spontan Iza menutup kembali pintu kamar mandi sehingga gagal meminta bantuan pada temannya itu.

"Ck, gimana gue bisa keluar kalo gini caranya!"

Tok! Tok! Tok!

Jantung mendadak dibuat bermaraton tatkala suara tersebut mendera dari luar.

"S-siapa?"

"Udah selesai belum? Gue juga mau mandi, nih!"

Iza tahu itu adalah suara milik Winter. Tetangga kamarnya itu memiliki suara mudah dikenali, selain ceriwis, suaranya jua terdengar melengking di telinga.

"Pake bilik sebelah aja, gue masih belum selesai." Terpaksa, dia beralibi daripada harus memaksakan diri keluar tanpa busana.

"Kepake semua, lagian lo udah dari tadi! Buruan gantian, gue kebelet, nih!"

Dug! Dug! Dug!

Tangan Winter mulai menggebrak pintu kamar mandi tanpa memikirkan situasi, membuat kepanikan Iza kian meningkat di dalam bilik sana.

"Sabar!"

"Gimana mau sabar?! Lo kelamaan, nggak mikirin yang lain!"

Otak kecil Iza memikirkan segala cara yang ada. Sebenarnya bisa sahaja dia meminta bantuan pada Winter, tetapi perempuan itu pasti akan menolak.

"Buruan, woy! Nggak usah buat orang emosi!"

Seruan Iza dan Winter pada akhirnya saling menyahut. Jelas indra pendengaran insan lain menangkap perdebatan mereka berdua---termasuk Ivy sehingga mereka semua beranjak ditemani rasa penasaran menuju bilik kamar mandi.

"Ada apa, sih? Brisik banget kalian! Ganggu orang nonton tau nggak!" Itu suara Marka.

"Heh, suruh temen lo itu buat buru-buru keluar dari dalem! Udah dari tadi dia di sana! Gue juga butuh tau nggak!" Terlampau kesal, Winter sampai menunjuk wajah Ivy yang juga ikut serta berkumpul.

"Mbak, pake ini aja." Kebetulan sekali, saat itu penghuni bilik tengah keluar dan mempersilakan Winter untuk menggunakan kamar mandi kosong tersebut.

Namun, dengan angkuh Winter membalas, "Pokoknya gue mau pake kamar mandi pojok ini! Lagian, kenapa coba si Iza nggak mau keluar? Jangan-jangan dia berbuat hal aneh di dalem!"

"Enak aja! Fitnah lo!"

Ivy hanya mendesah panjang mendengar lagi perdebatan antara dua kaum hawa keras kepala itu. Saat mulut hendak terbuka ingin melontarkan kata, suara Iza dari bilik nomor tiga lebih dulu mendera. "Vy, tolong, dong ambilin baju di kamar!" ucapnya.

KKN 1922 [Selesai!]Where stories live. Discover now