Dua Puluh Tujuh {KKN 1922}

62 10 6
                                    

"Duda semakin terdepan!"

_KKN 1922_

••

"Kak Ipy!"

"Kak! Uka intunya!"

Dari dalam kamar, Ivy bisa mendengar suara cempreng tersebut dari depan pintu. Buru-buru, dia membuka benda persegi panjang tersebut setelah selesai menyisir rambut pendeknya.

Ketika pintu terbuka, sosok kecil pun terlihat berdiri dengan wajah mendongak menatapnya balik. Alhasil, wajah Ivy harus menunduk agar bisa melihat sosok yang tak lain adalah Mia.

"Hai? Kenapa, Mia?" tanya perempuan itu lantas berjongkok tepat di depan Mia.

Anak perempuan berpipi gembil tersebut justru meringis. Memperlihatkan gigi yang belum sepenuhnya tumbuh sebelum berkata, "Kelual! Kakak dianggil!"

Meskipun cadel, Ivy bisa menangkap maksud dari anak Kaisar ini. Dia pun mengangguk, lalu mengunci pintu kamar sendiri diikuti tangan bergerak menggendong tubuh mungil Mia.

Hari ini adalah jadwal di mana semua penghuni kos harus membersihkan area kos seperti biasa. Begitu Ivy keluar menuju area dapur dan kamar mandi yang memang berhubungan, dia mendapati anak-anak lain termasuk ayah dari anak di gendongannya sudah mulai bertugas.

Jujur sahaja, dia syok saat Kaisar kembali ke kos ini. Terlebih untuk kembali menetap dan mengetahui alasan membawa Mia turut serta. Tanpa orang lain ketahui, euforia timbul di benak saat pria itu berkata bahwa dia batal rujuk dengan Moana.

Di otak perempuan itu bahkan sempat terbesit pemikiran jika dia mempunyai kesempatan untuk menjadi ibu sambung Mia. Bukan masalah dengan status Kaisar, yang terpenting adalah dirinya tidak menjadi perusak dalam hubungan rumah tangga orang lain.

"Vy, sini bantu gue bersihin kamar mandi!" Seruan itu berasal dari Marka yang berada di bilik paling pojok.

"Oke!" Ivy pun menurunkan Mia dari gendongannya.

"Mia di sini aja, ya? Kakak mau bersih-bersih dulu bantu yang lain dulu."

Dengan cepat, kepala Mia mengangguk pelan. Dia kini hanya memperhatikan pergerakan semua orang di depannya termasuk sang ayah. Sesekali dia mendekat, mengganggu orang yang tengah beraktifitas seperti Winter.

Bahkan perempuan itu sampai dibuat kesal dan berteriak histeris saat bajunya harus basah gara-gara perlakuan Mia. Jika saja dia bukan anak Kaisar, mungkin jemari Winter sudah menjewer telinganya sampai memerah.

"Kak, anak Kakak ngeselin banget, sih! Udah, ah! Gue mau mandi aja!" tukasnya sembari membanting pel-pelan di tangan kemudian pergi meninggalkan pekerjaan yang belum tuntas.

Bukannya takut, Mia justru tertawa ringan. Dia lantas beralih kepada Ivy yang berada di bilik tengah kamar mandi. Mengambil air yang ada di ember menggunakan gayung lantas menggugurkannya ke tubuh Ivy. Alhasil, pakaian perempuan itu dibuat basah dari bagian pundak kiri hingga bawah.

"Mia, kok nakal, sih?!" Refleks Ivy menjerit akibat terkejut disusul rasa dingin yang seketika menyergap raga.

"Hahaha! Kakak ucu!" seru Mia bertepuk tangan lalu keluar dari bilik tersebut.

KKN 1922 [Selesai!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang