Dua {KKN 1922}

264 16 17
                                    

"Jadian juga belum, jadi nggak ada hak buat cemburu, bukan?"

_KKN 1922_

•••

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.25 WIB. Saat paling tepat untuk mengguyur tubuh menggunakan air dingin, apalagi cuaca sedang cukup terik sehingga keringat dibuat bercucuran. Namun, bagi beberapa anak kos, jam tersebut masih terlalu siang untuk membersihkan diri, sebab terkadang mereka lebih memilih untuk mandi di malam hari---melupakan resiko yang ada.

"Vy, aku mau mandi duluan, ya!" ujar Iza pada Ivy di kamar sebelah yang sedang bermain ponsel dengan pintu sedikit terbuka.

"Iya, sok. Aku habis kamu aja," kata perempuan itu.

Iza pun keluar membawa handuk sembari menenteng keranjang kecil berisikan peralatan mandi lain. Resiko memilih kos dengan fasilitas kamar mandi luar, mengingat budget jua terbatas sehingga dia harus bolak-balik ke luar masuk apabila membutuhkan air guna keperluan selain minum. Ditambah mau tak mau perempuan yang memiliki tinggi sekitar 160 cm itu harus mengantre apabila ketiga kamar mandi tersebut sedang digunakan orang lain.

"Untung ada yang kosong," monolog Iza ketika melihat pintu kamar mandi paling pojok terbuka lebar.

Dengan senyum memperlihatkan deretan gigi, dia melangkah mendekat. Namun, saat kaki hendak masuk ke dalam sana, suara seseorang mendadak menginterupsi.

"Eh, aku duluan, ya!"

Sontak Iza menoleh, melihat sang pemilik suara di balik punggung. Sontak kedua kelopak matanya menurun, menyipit sekejap karena masih merasa asing terhadap perempuan cantik pemilik rambut panjang hitam berponi yang di tangannya juga memegang handuk dan keranjang tempat sabun. "Maaf? Tapi, gue duluan yang sampe sini, jadi gue yang berhak buat mandi dulu."

Namun, dia justru tersenyum menanggapi perkataan Iza sebelum mengulurkan tangan. "Kenalin, aku Dita anak sulungnya Pak Nurudin."

Mendengar nama pemilik kos disebutkan, Iza menebak bahwa dia sengaja agar dirinya mengalah. Namun, tidak semudah itu. Sudah susah payah diri memaksakan raga supaya bangkit dari rasa malas untuk bergerak sehingga bisa sampai di titik ini.

"Kalo gitu, kenapa nggak mandi di rumah aja? Anak kos juga ada hak buat mandi di sini karena bayar, bukan gratisan." Iza merespon demikian tanpa menanggapi uluran tangan sosok bernama Dita itu.

Dia kira Dita akan merespon ketus akibat nada bicaranya yang jua sinis, tetapi lagi-lagi orang di depannya ini malah tersenyum. "Jadi, aku duluan aja, ya? Soalnya buru-buru mau ngurus sesuatu, aku nggak bakal lama, kok. Tenang aja."

Rasanya Iza ingin menaikan nada bicara, tetapi dia ingat tempat dan waktu. Alhasil mulut sekadar membalas, "Maaf, ya, Kak ... nggak bisa. Soalnya saya juga mendadak mules, jadi nggak mungkin buat nahan."

Terpaksa Iza berbohong agar bisa mendapat keadilan.

Hingga mendadak di sela berdebatan mereka, sosok yang tak disangka-sangka muncul. Entah bagaimana bisa, dia langsung ikut mengeluarkan suara seakan mengetahui apa yang sedang Iza dan Dita perebutkan.

"Kamu nunggu sebentar aja, Za. Soalnya dia kalo mandi nggak lama, kok," ucap Tio terkesan berpihak pada Dita.

Jelas hal tersebut membuat Iza bertanya-tanya dalam hati. Perkataan Tio barusan seakan bermakna jika Dita memang kerap mandi di kamar mandi area sini pun lelaki itu selalu memantau sehingga bisa mengetahui mengenai durasi mandinya.

KKN 1922 [Selesai!]Where stories live. Discover now