Tujuh Belas {KKN 1922}

65 10 21
                                    

"Ternyata benar, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan."

_KKN 1922_

•••

"Eh, si Jisung beneran ditangkap polisi karena kasus narkoba?"

"Katanya, sih beneran."

"Jisung siapa?"

"Anak sastra itu!"

Baru saja menapakkan kaki di koridor lantai satu kampus, Iza dan Ivy sudah disambut oleh berita tentang Jisung. Iza tidak menyangka jika kabar tidak mengenakan ini akan menyebar cepat bahkan sampai ke kampus tempatnya belajar.

Dapat dipastikan bahwa Jisung akan terkena DO.

"Vy, aku nggak nyangka bakal kaya gini," ujar Iza berbisik.

"Ya, mau gimana. Dia sendiri yang nekat, jadilah kaya gini." Ivy merespon seraya melirik wajah sosok di samping kirinya yang tampak gusar.

"Masih ngerasa bersalah."

"Jangan terus nyalahin diri sendiri. Mending sekarang kita ke kelas. Kelas pertama bakal dimulai lima belas menit lagi."

Ivy pun menarik tangan Iza menuju kelas di lantai tiga. Dia baru mengetahui soal temannya ini yang menolak pernyataan cinta Jisung semalam. Itu pun setelah kepanikan dalam diri Iza telah merajalela sehingga membutuhkan teman bercerita karena merasa bahwa alasan Jisung mengonsumsi narkoba adalah akibat penolakannya.

Tepat pukul 12.00 WIB, mereka pun keluar dari kelas setelah mata kuliah kedua selesai. Dua insan tersebut memutuskan untuk langsung kembali ke kos, maklum sahaja mengingat keduanya menyandang sebagai mahasiswi kupu-kupu.

Niat ingin langsung istirahat di kamar masing-masing seketika terenyahkan manakala netra dua insan itu disambut pemandangan kurang mengenakan.

Terutama Iza selaku pemilik kamar nomor 22 saat menyaksikan kamarnya digeledah oleh beberapa orang.

"Ada apa ini? Kenapa kamar saya digeledah gini?" tanyanya, mendahului derap langkah Ivy.

Hingga ternyata Pak Nurudin juga berada di sana, menambah tingkat kepanikan perempuan berlesung pipit satu itu.

"Cincin Winter hilang dan agar adil, saya memutuskan untuk menggeledah satu per satu kamar di sini," ujar beliau membuat jantung Iza berdegup bak bermaraton meski dirinya bukan pencuri tersebut.

"Awalnya gue ngira temen lo ini karena waktu itu dia nggak mampu bayar kos. Tapi, ternyata di kamar dia nggak ada!" Winter ikut bersuara sembari menunjuk Ivy terang-terangan.

"Siapa tau di dalam tas kuliahnya," ucap Anna tiba-tiba, memandang tas Iza dan Ivy bergantian. "Coba cek aja!"

Jelas dua kaum hawa itu tidak terima karena dituduh. Namun, apalah daya. Apabila menolak, maka rasa curiga orang-orang akan meningkat. Alhasil mereka hanya bisa pasrah. Terutama Iza di mana tas dan kamarnya digeledah secara bersamaan. Tasnya oleh Anna dan Yuki, sementara kamar oleh Winter serta Pak Nurudin.

"Nah, ini cincin gue!"

Seruan tersebut sontak mengalihkan perhatian semua orang setelah selama lima menit pencarian masih dilakukan.Terutama Iza yang melihat Winter menemukan cincin di bawah lipatan baju di dalam almari. Sumpah demi apa pun, seketika suhu tubuhnya meningkat drastis.

KKN 1922 [Selesai!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang