Sembilan {KKN 1922}

76 9 12
                                    

"Dia aja bisa deket sama cewek lain, lalu apa yang kamu harapkan?"

_KKN 1922_


•••

"Kamu yakin kalo Kak Dita juga suka sama Kak Marka? Bisa aja dia sukanya sama Kak Kaisar waktu bilang gitu 'kan?"

Ivy terdiam sejenak, memikirkan kembali perkiraannya. Namun, dirinya tetap yakin jika perempuan yang bekerja di kantoran itu memang menyukai Marka---sesuai perkataan semalam. "Yakin, karena dia nggak mungkin suka sama cowok yang adiknya taksir. Si Yuki, dia suka Kaisar 'kan?"

Iza mengangguk, setuju dengan alasan tersebut. "Kalo gitu, kalian sama, dong? Suka sama dua cowok sekaligus?" Di akhir kata, dia terkekeh geli, membuat Ivy memutar bola mata hitamnya kesal.

Ternyata saingan cinta Iza, kini menjadi saingan temannya juga.

Ketika sampai di kos, netra mereka berdua justru disambut oleh pemandangan asing. Dalam hal ini, Ivy-lah yang terlihat heran sekaligus penasaran. Pasalnya di depan sana, dia mendapati Kaisar sedang bersama seorang anak kecil perempuan dan seorang kaum hawa tak familier. Mereka bertiga terlihat sangat akrab.

"Mereka siapa?" tanya Iza, mewakili isi hati Ivy.

Sedangkan Ivy hanya terdiam, fokus memperhatikan interaksi orang-orang di depan sana. Anak kecil yang ditaksir berusia tiga tahun itu sedang berada di gendongan Kaisar, sementara perempuan cantik berambut panjang yang dilihat dari samping itu seakan melakukan tindakan lucu. Pastinya agar anak kecil tersebut tertawa---layaknya ibu kepada sang anak sendiri.

"Sini, Sayang. Ikut Mamah, ya ...."

Ketika mendengar sebutan mamah yang perempuan itu berikan, Ivy merasa kegelisahan muncul mendominasi hati. Tak sadar, dia masih setia berdiri di depan gerbang masuk---di area parkiran bersama Iza pula.

"Mereka keliatan kaya keluarga kecil, ya." Di sela praduga negatif Ivy, Iza malah berkata demikian. Kian menimbulkan perkiraan buruk pada benak perempuan berkaca mata cukup tebal tersebut.

Tak lama kemudian, perempuan berpakaian cukup modis beserta anak kecil menggemaskan di gendongannya tampak menjauhi raga Kaisar. Tentu mata Kaisar langsung menangkap keberadaan Iza dan Ivy ketika dia berbalik badan, bersamaan dengan tamu asing tadi yang keluar melewati gerbang serupa tempat mereka masuk ke Kos Putih ini.

Dari raut wajah, Kaisar seperti terkejut melihat keberadaan dua perempuan seumuran itu. Entah apa alasannya.

"Itu siapa, Kak?" Iza memberanikan diri bertanya, sekalian mewakili Ivy yang masih stay di titik semula tatkala kakinya melangkah maju.

Selama kurang lebih tiga detik Kaisar terdiam. Barulah dia merespon dengan diawali deheman lirih. "Adik dan keponakan saya."

"Oh, pantes wajahnya mirip." Iza mengangguk percaya, sebelum bola mata melirik ke samping di mana Ivy masih berdiri.

"Woi, ngapain di situ terus? Sini!" ujarnya disertai nada sedikit berteriak.

Ivy terkesiap. Timbul riak gelagapan di wajah, dia lantas melangkahkan kaki sebelum ekspresi wajah berubah linglung tatkala menghampiri Iza dan Kaisar yang berdiri berhadapan.

Namun, setidaknya dia merasa lega mendengar jawaban Kaisar jika dua kaum hawa tadi merupakan saudara dan keponakannya.

"Aku baru tau kalo kamu ada keponakan," ucap Ivy tiba-tiba. Jika dipikir-pikir terdengar aneh.

Pasalnya, panggilan 'kamu' spontan terlontar pun maklum jika dirinya baru mengetahui tentang keponakan Kaisar, sebab mereka tidak sedekat itu.

"Ya, mereka ke sini karena kangen sama gue."

KKN 1922 [Selesai!]Where stories live. Discover now