06. Kekalahan berujung fatal

22 4 0
                                    

Halaman 06. Kekalahan berujung fatal.

Laura mendongak, pandangannya tertuju kepada cewek berambut sebahu yang barusan berbicara. "Jadi, Kayla itu temen gue, sebenarnya sih gue sama dia beda kelas cuman akrab aja gitu," Ayara manggut-manggut, ingin mendengar lebih lanjut ceritanya. "Dia sempat curhat sama gue, katanya dia suka sama seseorang,"

"Kira-kira kamu tahu gak, seseorang nya siapa?" Tanya Ayara antusias. "Masalahnya gue gak tahu, Kayla itu kalo curhat suka setengah-setengah gitu loh." Ayara menghela nafasnya, menyenderkan tubuhnya kembali.

"Tapi ya, Ra. Yang gue tau Kayla itu sama seperti lo, orangnya gak mudah pantang  menyerah."

"Kalo emang dia temen kamu, harusnya dia sekolah dong hari ini."

Laura menyalipkan beberapa helai rambut yang menghalanginya. "Kalo dia sekolah mah gue juga pasti sekarang nyamperin dia, tapi katanya Kayla udah meninggal. Dua minggu lalu."

Ayara menghela nafasnya, tatapanya beralih menatap jendela yang sedikit terbuka. "Hmm, kayaknya dia bodoh banget ya orang nya?"

"Maksud lo? Gue gak ngerti sumpah." Ayara melirik sekilas, cewek itu menggeleng samar. "Nggak, bukan apa-apa."

Laura mengusap-ngusap belakang kepala, ia berusaha untuk mencerna perkataan yang terlontar dari temannya itu. "Ra, ada yang mau gue omongin." Banyak yang ingin Laura tanyakan kepada Ayara, cewek itu tiba-tiba datang langsung jatuh cinta kepada Gio, jelas sangat aneh bagi Laura.

"WOY ADA BERITA PENTING!!" Teriak salah satu siswi yang begitu sangat cempreng. Laura kian berdecak sebal, menutup kedua telinganya. "Duhh, apaan sih si Dania. Berisik banget, kuping gue sakit nih!" Gerutunya menatap cewek berambut panjang hitam legam, Dania berjalan jinjit-jinjit lantaran kedua kakinya hanya memakai kaos kaki bergambar kepala hello kity. Sedangkan kedua tanganya memegang sepatu warna putih.

"Berita apaan sih?" Tanya siswi bername tag Sella. "Makanya dengerin dulu dong, jangan dandan dulu napa." Sella meletakkan bedak nya, cewek itu lebih memilih menatap Dania.

"Berita apaan, gue kepo banget nih." Lisa menatap Dania, raut wajah cewek itu nampak serius. "Itu loh, di lapangan si kapten basket sama si ketua MPK lagi tanding basket."

"Maksud lo si Gio sama si El?" Tanya Sella sangat antusias. "Beneran gak, si Gio tanding basket sama si El, bukanya seminggu yang lalu mereka udah tanding, ya?" Lisa berdecak pinggang. "Masa tanding lagi sih." Katanya lagi.

"Gue gak bohong, kalo gak percaya buruan ke lapangan."

"Baru berapa babak emang?" Tanya Sella sembari memasukkan bedak dan sunsrice ke dalam tas dengan cepat. "Sekarang lagi babak terakhir penentuan, buruan deh takutnya nanti keburu selesai." Dania meletakkan kedua sepatu putih di lantai, cewek itu mulai memakainya kembali.

Sebenarnya di saat Dania berjalan ingin menuju kantin tak sengaja ia melihat bu Neti guru matematika sekaligus menjabat sebagai guru kesiswaan. Sebelum ibu paruh baya itu melihat sepatu yang di kenakannya, buru-buru ia melepaskan sepatu putih itu dan mengurungkat niatnya untuk ke kantin. Bisa bahaya kalo ketahuan, nanti Dania di amuk massal gara-gara melanggar aturan sekolah.

"Ayo buruan gue udah gak sabar pengen lihat si El Bara main basket," Sella mengibas-mengibaskan rambutnya ke kiri dan ke kanan bahkan Lisa pun memejamkan matanya di saat rambut pirang ke abu-abuan Sella mengenainya. "Gantengnya itu loh kebangetan!"

Ayara yang sempat mendengar perkataan mereka, sudut bibirnya terangkat, tatapanya beralih kepada Laura.

"Iya tau, lo pasti pengen nonton kan?" Tebak Laura sudah tahu duluan. "Nggak papa kan Lau? Cuman duduk sama nonton doang, kok."

O B S E S I [On Going✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang