Bara refleks mengerem karena terkejut.

"Anjing! Suara Lo bisa pelan gak sih hah?!" Marah Debara seraya melepas helm full face nya. Membuat Hanin meringis.

"Tadi Hanin panggil Kakak gak denger."

"Alasan Lo bangsat!" Bara kembali memakai helm nya dengan suasana hati mendadak kesal. Hanin selalu pintar memancing emosi nya.

Hanin mencebikkan bibirnya, memang telinga Bara saja yang bermasalah.

Lama hening, Hanin kembali bersuara, "Kalo sekarang udah denger belum kak?"

"Hm," deheman dari Bara membuat senyum Hanin merekah. Karena memang sebenarnya Bara sejak awal mendengar panggilan Hanin tadi, tapi malas meladeni. Eh ternyata Hanin malah hampir membuat gendang telinganya pecah.

"Boleh nanya gak?" ucap Hanin kembali.

"Basi banget sih Lo! Tinggal bilang apa susahnya?!" emosi Bara. Emang gak sabaran si setan satu ini!

Salah lagi! Kadang Hanin bingung sebenarnya Bara ini pasti setan yang menyamar jadi manusia dengan spek malaikat saja.

"Kak Bara kenal Ares?" tanya Hanin hati-hati.

Bara mendengus.

"Arespata maksudnya,"  sambung Hanin takut-takut Bara salah tanggap.

"Menurut Lo?!"

Hanin menjawab cepat, "Iya!"

Tak mendengar sahutan lagi dari Bara. Hanin hanya menyimpulkan sendiri, Bara memang kenal. Tapi sebenarnya pertanyaannya bukan itu! Aish Hanin susah banget ngomongnya dah!

°°°

"Kok bisa ya kebetulan gitu ca?" curhat Hanin pada Elisya ketika mereka tengah mengobrol sebelum bel pertama jam pelajaran dimulai. Hanin menceritakan beberapa hal yang ia alami kemarin, terutama tentang pertemuannya dengan Respa.

"Lo gak ngerasa aneh gitu?" selidik Elisya. Sempat tadi ia dibuat mengomel oleh Hanin. Karena kemarin Rey menelponnya untuk menanyakan keberadaan Hanin. Padahal ia tahu saja tidak Hanin kemana, tapi untuk menyelamatkan anaknya Bunda ini ia terpaksa berbohong, di dalam hari merutuki Hanin yang tak berpesan apa-apa.

"Aneh lah, kok bisa pas-pasan begitu. Kita tuh jadi mirip kayak rantai makanan..," ujar Hanin asal. Membuat Elisya ingin sekali menarik bibir Hanin hingga ke tiang bendera biar susah bicara.

"Iya, Lo pihak yang paling dirugikan. Bara si Harimau, Respa si elang. Dan elo cuma ulat kecil yang berharap bisa dilindungin sama si rumput, dan Devon rumputnya! Puas lo?!" amuk Elisya. Mana ada rantai makanan yang begitu.

Hanin mencebik, "Lo mah ish! Kok malah bahas rantai makanan jadinya?"

"Lo duluan ya Haninda!" geram Elisya. Emang mengobrol lama-lama dengan Hanin. Membuat darahnya naik.

"Iya iya deh, gue salah."

Elisya mendengus, lalu lanjut bicara, "Gue gak tahu ya Nin sebenarnya ini permasalahan awalnya apa. Tapi gue cuma mau bilang, hubungan yang diawali tanpa cinta itu kemungkinan berhasil kemungkinan--"

"Hancur berantakan!" sahut Hanin cepat.

"Good. Dan lo tahu kan konsekuensinya. Debara dan dunianya itu ibarat air di ujung samudra Nin. Kak Bara itu keliatan kasar dan tempramental. Sekali pun Lo beralasan ini cuma karena rasa belas kasih. Seharusnya lebih dulu Lo perduli sama kondisi diri sendiri."

"Caa..."

"Nin.., orang kayak Kak Bara itu keras dan belum tentu akan perduli sama perasaan Lo. Jadi, kemungkinan apalagi yang pingin Lo mungkinkan dari dia?"

Hening Untuk Bara [TERBIT] Where stories live. Discover now