14. Adimas Menyesal.

4 0 0
                                    

🎶 HIGE DANdism - CRY BABY

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

🎶 HIGE DANdism - CRY BABY

★☆★

Keesokannya, Adimas datang seperti biasa ke sekolah. Dia senang karena Kevin baik-baik saja. Bahkan, teman sekelas Kevin begitu memperhatikannya. Ah, Adimas jadi iri. Mengenai apa yang terjadi dikelasnya, dia tidak menceritakan hal itu kepada Kevin, takut membuat dia khawatir.

Begitu tiba dilantai dua, entah mengapa langkahnya menjadi begitu berat. Dia enggan masuk ke kelas. Kemarin saja sudah begitu, apakah mungkin hari ini akan lebih buruk lagi?

"Nanti lo pulang duluan aja, Vin. Gue mau kerumah sakit lagi."

"Yaudah. Kalo mau dijemput, ntar telpon gue aja, ya?"

Adimas mengangguk dan tersenyum kecil. Setelah tiba didekat pintu kelas yang tertutup, Adimas menarik nafas dan meyakinkan dirinya untuk masuk ke kelas. Namun, ada yang membuat dia curiga, kenapa pintu ini tertutup? Apakah mereka memasang jebakan untuk Adimas?

Hanya pintu depan yang terbuka, maka dari itu dia masuk dari pintu depan. Begitu dia melangkah masuk, semua mata terkejut saat melihatnya. Dan benar saja, Adimas melihat ada jebakan diatas pintu. Syukurlah dia tidak memaksakan diri untuk membuka pintu itu tadi.

Adimas tersenyum tipis melihat beberapa siswa yang mendesah kecewa karena aksi mereka untuk menjebak Adimas gagal.

"Yah.. bajingan ini udah dateng!" ucap Gion sembari menendang kursi yang Adimas duduki. Pemuda itu hanya menghela nafas, hal seperti ini sudah dilalui olehnya. Ingin membalas juga tidak ada gunanya, yang ada Adimas akan di keroyok oleh semua temannya.

Kelas begitu berisik dan ramai, namun Adimas merasa sendiri. Dia tidak berani mengeluarkan ponsel dari dalam tas nya, maka dari itu dia hanya mengeluarkan komik yang baru dia beli beberapa waktu lalu.

Baru saja dia membuka komiknya, sebuah tangan merampas komik itu, "ini komik Detective Conan yang baru, lo gak mau baca, John?" Bagas menawarkan komik milik Adimas ke John yang tampaknya mulai muak dengan sikap teman sekelasnya.

"Balikin ke, Adimas!" tegasnya. Dia tidak ikut campur dengan urusan mereka yang mengucilkan Adimas. Bahkan, kemarin dia sudah sempat menasihati teman-temannya untuk berhenti menyiksa Adimas. Namun, bagaikan angin lalu, mereka semua tidak ada yang mendengarkan John.

"Lo yakin gak mau baca?" tanya Bagas dan menyunggingkan senyumnya.

"Gue bilang BALIKIN KE ADIMAS!" bentak sang ketua kelas. Bagas tidak senang karena dibentak seperti itu, pemuda itu membanting komik Adimas di meja dan pergi keluar kelas.

Adimas mengucapkan terimakasih kepada John dengan isyarat. John membalasnya dengan helaan nafas dan anggukan kecil. Adimas bersyukur karena masih ada yang melindunginya meskipun itu tidak akan merubah apa yang telah terjadi.

𝐄𝐋𝐋𝐄𝐍𝐀Donde viven las historias. Descúbrelo ahora