2. Malming gak berguna.

7 0 0
                                    

Sesuai janji Rakha tadi, begitu mereka menyelesaikan tugas dari Bu Nia, Ellena langsung menarik tas Rakha untuk segera pergi ke parkiran

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sesuai janji Rakha tadi, begitu mereka menyelesaikan tugas dari Bu Nia, Ellena langsung menarik tas Rakha untuk segera pergi ke parkiran. Tiba-tiba saja gadis itu lupa bahwa dua temannya yang lain, masih berjuang untuk menyelesaikan beragam rumus dan angka-angka.

"Kebab mana yang buka jam segini?!" tanya Rakha sembari melepaskan pegangan Ellena yang sangat kuat bak dipegang Hulk dari tasnya.

"Kita tunggu aja sampe buka!" sahut Ellena dengan percaya diri dan hendak melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Agak ngaco memang, beruntungnya Rakha penyabar.

Namun, pemuda itu menahan langkah Ellena dengan menarik kerah belakang seragamnya- ceritanya balas dendam, "ettt.. tunggu! Lo gue anterin pulang. Masalah kebab, gue bawain nanti malem,"

Cling! Begitulah suara lirikan tajam Ellena jika berada di sebuah kartun, "kalo bohong, kepala lo gue jadikan bola basket," sahut Ellena tanpa merasa berdosa setelah mengatakan itu.

"Bused! Mumpung malming, ntar malem gue juga jemput Bria. Buat main kerumahnya Juna." jelas Rakha.

Ellena terhenyak, matanya memicing dengan tajam melihat temannya itu. Namun, sedetik kemudian wajahnya berubah kembali seperti biasanya, "Okelah, ayo pulang!"

★☆★

Malam pun tiba, rembulan mengambil alih tempat dimana sang surya berada. Gadis yang selalu menguncir kuda rambutnya itu kini tengah berada diruang keluarga bersama kakak laki-lakinya. sembari menunggu Rakha dan Brianna datang membawa kebab yang menjadi makanan kesukaannya.

Sebenarnya dia hanya gadis sederhana, yang tidak pernah menyusahkan kedua orang tua dan kakaknya. Hanya saja, sifatnya yang terlalu hiperaktif membuat sang kakak dan sang Papa sedikit kewalahan. Meskipun sering membuat onar dirumah, Ellena ini anak yang penurut dan rajin juga.

"Dek," panggil Yoga- kakak laki-laki Ellena. Pemuda berbadan jangkung itu masih kelas 12 dan berada disekolah yang sama seperti Ellena. Alih-alih menjawab, Ellena hanya menatap kakaknya dengan tatapan heran.

Yoga meletakkan ponselnya keatas meja, "lo dirumah aja, kan? Gue mau main keluar,"

"Ada kak Haidar?"

"Malah gue mau main kerumah dia sama yang lain,"

Ellena menganggukkan kepalanya, "sana pergi. Sekalian mintain duit gue ke kak Haidar,"

"Utang bensin waktu itu?"

"Iya. Temen lo pada kere semua apa gimana sih? Dikira gue ATM berjalan apa?!" Ellena berbicara tanpa berhenti alias ngerap. Bagaimanapun, dia begitu kesal dengan teman-teman kakaknya itu.

Coba saja dulu Ellena tidak menawarkan pinjaman kepada teman-teman kakaknya, mungkin ini tidak akan terjadi. Ya ini memang salah dia sendiri.

"Emang kalo urusan duit lo paling gercep, ya? Iyadah, ntar gue mintain," pemuda jangkung itu bangkit dari sofa dan mengambil jaket denim nya yang tergeletak di kepala sofa.

𝐄𝐋𝐋𝐄𝐍𝐀Where stories live. Discover now