Tiga hari setelah insiden...
Adimas datang ke sekolah seperti biasa bersama Kevin. Yang membuat beda hanya penampilan mereka, Kevin dengan segala luka lebam pada wajahnya dan lengan kiri Adimas yang masih berbalut perban.
Kedatangan mereka mengundang perhatian seluruh siswa yang berada di koridor. Ada yang terkejut, ada yang memberikan tatapan sedih dan ada pula yang memberikan tatapan sinis. Bahkan, mereka berbisik seperti tengah menggosipi kedua pemuda itu.
"Gue duluan, Vin!" Adimas menepuk pundak Kevin dan memasuki kelas melalui pintu belakang.
Atmosfir kelas benar-benar berubah total, padahal sebelum Adimas masuk, kelas ini begitu berisik, tetapi setelah dia masuk, mendadak semua orang diam. Jujur, itu membuat Adimas begitu bingung, namun dia tidak ingin mengambil pusing itu semua.
Semua mata memandangnya dengan jijik, lagi, dia tak menghiraukan tatapan itu. Dia terus lanjut melangkah menuju bangkunya, namun, bangkunya menghilang. Hanya tersisa bangku milik Ellena dan ada beberapa coretan dengan tinta spidol pada mejanya. Fyi; sebenarnya mereka memiliki meja masing-masing, namun disatukan oleh sekolah.
'dasar gak tau diri!'
'penjahat!'
'psikopat!'
'play victim!'
'jauh-jauh dari Ellena, sialan!'
'enyah lo dari sini!'
Dan beberapa kalimat lainnya yang membuat memori menyedihkan Adimas dimasa sekolah menengah pertama dan sekolah lamanya terputar kembali. Pemuda itu mencoba untuk menatap semua teman barunya, namun mereka semua tampak tak peduli dan menganggapnya seakan-akan tidak ada disana.
Apa-apaan ini? Bahkan, ketiga temannya Ellena hanya diam saat mereka mengucilkannya atas nama Ellena. Apakah mereka benar-benar teman Ellena?
Adimas mencoba menghilangkan coretan itu, namun coretan itu tidak hilang. Ini sungguh kelewatan, "lo semua ngelakuin ini ke gue padahal lo sendiri gak tau apa yang terjadi!" tegas Adimas.
"Udah, deh. Gak usah play victim, kita semua emang udah tau kalo emang lo yang buat Ellena belum bangun sampe sekarang!" ketus Angel, gadis itu benar-benar menunjukkan bahwa dia membenci Adimas.
"Gue gak play victim!" bentak Adimas dan menatap semua netra yang tengah memberikan dia tatapan pengucilan.
"Lo pikir, dengan lo semua ngelakuin ini ke gue, Ellena suka?!" Lagi, pemuda itu kembali membentak teman sekelasnya.
Bugh! Gion yang tengah duduk di atas loker kelas bersama Rakha menendang punggung Adimas, "masih berani lo nyebut nama Ellena disaat lo ngelukain dia? Penjahat ya penjahat aja!"
Baru saja Adimas ingin membalas perkataan Gion, tiba-tiba bel berbunyi. Karena dia bingung akan duduk dimana, jadi dia berinisiatif untuk meminjam bangku Ellena. Namun, saat Adimas hendak menarik bangku milik Ellena, seseorang menendang bangku itu dengan keras hingga terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐋𝐋𝐄𝐍𝐀
Teen FictionEllena Arunika Wicaksana; ya, itu namanya. Terlihat jelas dari namanya bahwa dia adalah seorang gadis yang begitu anggun, baik, tutur kata lembut, wajahnya yang indah bak princess Disney, nada bicaranya selalu pelan, dan- "Gak usah ngarang lo, Bulan...