18. Incaran Petinggi Keraton

14 5 0
                                    

Bagian tersulit ketika berdandan untuk bekerja adalah memilih kostum yang sekiranya cocok untuk dipakai sampai malam nanti, sekaligus memastikan pakaian tersebut nyaman untuk dikenakan. Bagi Katya, sebenarnya tidak perlu pakaian yang mencolok atau mewah, cukup nyaman dipakai, tetapi masih menimbulkan kesan elegan yang menawan. Dipadukan dengan stilleto yang sering dikenakan untuk pergi ke bekerja atau ke acara-acara penting.

Seperti sekarang, setelah menyelesaikan riasannya yang bold dan tajam, Katya sedang bingung memilih antara blus satin putih atau kemeja formal biru muda yang akan dia padukan dengan celana kulot putih yang baru dia beli beberapa hari lalu. Kemarin, Katya sudah memakai blus, mungkin hari ini dia akan mengenakan setelan pilihan nomor dua, sekaligus memamerkan celana baru yang dia miliki untuk menambah koleksi ke teman kantornya.

Beranjak dari pakaian, kini Katya menuju rak sepatu yang terletak di ujung ruang tamu. Di situ terdapat jejeran sepatu yang dimiliki Katya dengan berbagai jenis, mulai dari kasual hingga formal semuanya ada di sana. Katya jadi teringat stilleto kesayangannya yang hilang di perumahan Sabrang akibat upaya bela diri dari kejaran orang jahat, padahal sepatu itu dibeli dengan hasil gaji pertama dan memiliki banyak kenangan. Namun, sekarang justru hilang entah ke mana dan Katya rindu sepatu itu.

Berdecak, akhirnya dia memilih sepatu wedges putih yang senada dengan celananya. Pagi ini Katya sengaja tidak memasak bekal, perutnya terasa sangat begah sejak semalam, entah karena masuk angin sebab pulang larut malam dari angkringan bersama Sabrang atau memang berat badannya yang semakin naik karena bahagia. Dia memilih untuk membawa salad buah yang dipesannya tadi pagi untuk sarapan sekaligus makan siang. Jadi Katya tidak perlu mengeluarkan uang untuk beli makan siang di kantin kantor lagi.

Sembari mengemas kotak berisi salad ke dalam tas jinjing, Katya mengecek ponselnya untuk mengirim pesan singkat pada Sabrang. Pesan terakhir yang dikirim lelaki itu tadi malam masih membuat Katya keheranan, seorang Sabrang menggunakan emotikon senyum di akhir kalimat. Belum lagi ucapan manis yang dilayangkan, membuat Katya mengernyitkan dahi sambil mengulum senyum tipis. Menggelikan, tapi dia juga senang dengan perubahan sikap Sabrang.

Pagi ini, Sabrang sudah berjanji akan mengantarkan Katya ke kantor hingga aman. Menurut pengakuan Sabrang, orang jahat yang mengintainya kini juga ikut-ikutan mengawasi Katya, sepertinya stilleto yang dilemparnya waktu itu digunakan sebagai media untuk mencari identitas melalui sidik jari yang tertempel di sol sepatu. Berlebihan memang, tetapi tidak ada yang tahu kelakuan orang jahat di zaman sekarang. Setelah mengirimkan pesan jika sudah siap berangkat, Katya melangkah keluar untuk menanti di depan pintu.

Ketika hendak menutup pintu dan berbalik, tangan Katya langsung menyentuh dada bidang Sabrang yang sudah berdiri di hadapannya. Mata Katya terbelalak mengamati penampilan lelaki itu, Sabrang memakai kemeja flanel hitam tak berkancing yang membalut kaus putihnya. Dia kepala sudah bertengger sebuah topi hitam yang menutup sebagian dahi.

Serius ini Sabrang? Ah, bukan! Kayanya ini cowok fiksi di novel remaja yang sering gue baca, deh! Eh, tapi dia nyata!

“Selamat pagi, Kak. Betul, dengan Kak Katya?” sapanya dengan ramah disertai senyum simpul. “Saya siap mengantar Kakak.”

Masih belum berhenti memandang Sabrang, Katya mengerjap. “Tunggu dulu. Kayanya gue salah orang, ini bukan Sabrang. Ngaku, deh! Siapa lo!” Katya memukul keras lengan Sabrang.

Lelaki itu meringis. “Sakit!” Kemudian dia mengaduh. “Sabrang itu cuma ada satu di sini, masa iya aku punya kembaran?”

“Sabrang yang gue kenal biasanya ke mana-mana pake hoodie doang! Dia gak mungkin stylish kaya gini.”

“Kaget, ya, Kak?” Tawa keras meledak dari belakang mereka, Bening berjalan santai mendekat seraya menggamit sling bag biru muda yang Katya berikan tempo hari sebagai kado. “Kalau bukan aku yang dandanin, pasti Kak Sabrang bakal jemput Kakak pakai dandanan ala wibu terus,” timpalnya berseloroh yang langsung mendapat toyoran di dahi dari Sabrang.

Manuskrip Tanda Tanya | [END]Where stories live. Discover now