6. Impresi Kuriositas

17 5 0
                                    

Di sinilah Katya berada sekarang, di dalam mobil Rubicon hitam edisi keluaran tahun 2020. Bersama dengan Bening dan juga Sabrang yang fokus menyetir di jalanan Kota Jakarta yang super macet. Ah, padahal Katya bisa saja memesan ojek daring untuk pergi ke kantor, tetapi Bening memaksanya untuk ikut sebagai ucapan terima kasih sudah diberikan sarapan dan merapikan rambutnya sebelum berangkat kuliah.

Dari balik rear-view, Katya bisa menangkap mata Sabrang yang sejak tadi curi pandang memperhatikan gadis itu. Sial, Katya jadi merasa kikuk, apakah dandanannya terlalu menor? Apakah bajunya terlalu norak dan pasaran? Spekulasi liar tentang hal itu muncul bergantian, bergumul satu sama lain yang membuat dirinya jadi tidak enak. Jika bukan karena Bening, pasti dia sudah menolak mentah-mentah!

"Kak Katya suka masak dari kecil?" tanya Bening dari kursi samping pengemudi. Mulutnya penuh dengan roti panggang yang dikunyah dengan cepat. "Ini enak banget sumpah. Mirip di kafe yang pernah aku makan sama temen-temen, daerah Bintaro."

"Itu pipi kamu belepotan alpukat. Dilap dulu," dari balik kemudi, Sabrang bersuara, sama-sama sadar bahwa adiknya makan dengan berceceran. Suaranya rendah, tajam, dan terdengar menusuk. Buru-buru Bening mengambil tisu di dasbor mobil, mengelap kasar sisa makanan, dan menyimpulkan senyum miring.

Mendengar suara Sabrang sontak membuat perut Katya mulas. "Aku emang suka bantuin mama di dapur dari kecil, mungkin turun menurun dari beliau, ya."

"Pasti mama Kak Katya juga cantik. Tuh, nurun ke Kakak juga," celoteh Bening yang menarik gelak di dalam mobil, kecuali Sabrang tentunya, lelaki itu hanya memutar bola mata, melirik arloji dan berharap untuk segera lenyap dari mereka berdua.

"Kamu jangan bikin aku berasa kek pick me girl, deh, Ning. Nanti aku bilang, 'biasa aja, kok' sambil manyun," Katya berujar sembari mengikuti gaya-gaya pick me girl yang sekarang sedang marak di internet, mereka berdua kembali terkekeh-kekeh. Seolah seperti menemukan kawan berbincang yang cocok dan satu frekuensi.

Sangat sulit mencari orang yang memiliki satu frekuensi ketika mengobrol atau bercanda, ada banyak dari mereka yang justru sulit sekali untuk didekati hanya karena sering membawa perasaan dan seperti merasa terluka akibat candaan yangh dilontarkan. Bening merasa bersyukur bisa memiliki tetangga seperti Katya, mungkin dia akan sering main ke apartemen sebelah, sekadar untuk membuka topik cerita baru atau bertanya soal perkuliahan padanya.

Sabrang menurut Bening adalah lelaki yang paling sulit untuk diandalkan saat bertukar pikiran mengenai sesuatu yang mengendap di hati, terutama soal perasaan perempuan yang abstrak dan perlu divalidasi dengan pendapat perempuan lain, karena mereka lebih mengerti bagaimana harus bersikap. Sabrang memang sering memberi ide bagus, tetapi kebanyakan adalah ide logis yang bahkan sulit untuk dilakukan atau dicerna.

"Tuh, udah sampe," kata Sabrang singkat. Mobil berhenti di dalam sebuah parkiran setelah berbelok ke kiri dari landmark kampus pusat yang bertuliskan Universitas Maharashtra. Katya melongo saat melihat kampus yang super megah, di atas gedung tingkat tujuh terdapat tulisan Fakultas Hukum, lengkap dengan warna merah khas dan slogan viva justicia yang mengekor di bawahnya.

Katya tidak menyangka jika anak ini berkuliah di salah satu universitas swasta termahal di Kota Jakarta. Seingat Katya, hanya ada beberapa teman-temannya yang berkuliah di sini dan mereka mengambil jurusan Kedokteran, karena memang bagus. UKT yang dibayarkan tiap bulannya saja bisa membuat mata Katya berdarah-darah, belum lagi uang SKS yang harus diambil.

"Makasih, Kak." Bening mencium punggung tangan Sabrang sebelum beranjak keluar. "Kak Sabrang anter Kak Katya sampe kantornya, loh! Awas kalau diturunin di pangkalan ojol apalagi di pinggir jalan!"

Tangan Sabrang dimainkan di udara, tanda mengusir Bening untuk segera masuk. "Iya, bawel banget. Kamu juga di kampus inget, jangan main sama anak-anak yang sekiranya negatif, kalau kamu ketemu lagi sama orang-orang kek waktu itu, cepet hubungi Kakak, terus kabur atau cari tempat aman. Kalau tetep ngeyel, nanti Kakak kuliahin kamu secara online."

Manuskrip Tanda Tanya | [END]Where stories live. Discover now