Little story about me

522 192 172
                                    

Imajinasi lebih buruk dibanding rayuan mimpi
                           Oceanna

ིྀ ིྀ ིྀ ིྀ

Langit terbentang luas diatas sana, angin berterbangan di sekitarnya, dan awan dengan berbagai bentuknya. Senja sore mulai hilang dan beranjak awan mulai gelap, layaknya air laut yang mulai surut, tapi kisah kita baru di mulai. Mana mungkin aku mengakhirinya?

Beberapa saat terpikir olehku, bagaimana jika malam itu aku tidak bertemu dengan mu, mungkin aku tidak akan pernah bertemu cahayaku.

Air mata masih mengalir di pipiku, satu-satunya penyemangatku pergi untuk selamanya, peperangan merenggutnya dariku 2 bulan lalu. Cahayaku redup kegelapan mulai menggantikannya, hidupku berubah karnanya, kenangan nya mulai menghilang bukan aku yang menghilang kan nya dia yang ingin pergi.

Hari ke 10 setelah kematiannya, semua kenangan tentang nya muncul dan mulai menghilang sejak saat itu hingga sekarang dia benar-benar menghilang, baik dari hidup ku bahkan juga kenangan tentangnya.

Hari-hariku mulai berganti, tawa berubah menjadi tangisan, kelembutan dari nya sekarang digantikan oleh orang baru, orang baru yang terus memberikan luka tak berbekas ataupun berbekas. Orang-orang disekitarku mulai melihat rendah diriku, tenagaku sekarang diisi dengan obat-obat yang ntah obat apa itu, mulutku selalu terbuka untuk apa pun itu, telingaku mendengar segalanya, mataku melihat sekitar tidak ada lagi tatapan tulus untuk ku.

"Matahari tidak pernah terbit lagi untuk ku"

Aku berayun sendirian di taman belakang rumahku, hujan turun dengan deras, beberapa luka ditubuhku mulai terasa. Lebam dipipi, bekas tamparan, beberapa goresan di tangan, kaki, hampir seluruh tubuhku memiliki luka versi masing-masingnya.

Aku merasa kesakitan, aku ingin menangis, tapi tidak bisa ada yang menahan nya, ntah apa yang menahan nya tapi itu sedikit membatuku, setiap air mata mulai mengalir dipipiku, hati ku terasa sangat sesak, beberapa pukulan akan mengenaiku, kata-kata jahat akan mulai terdengar dari tempat aku berada hingga seluruh lorong rumah.

Aku menatap keatas, air hujan mengenai pipiku, tatapan kekosongan yang terus melihat keatas hingga hujan mengenai nya. Aku mulai menuruni ayunan yang kunaiki melihat kedepan ayahku sedang menatap ku dengan tatapan benci dari kaca jendela di lantai 2.

Setelahnya ia mulai membuka kaca di depannya, lalu mulai memanggil namaku. "Ocean, hei Ocean!! " teriaknya, sejenak aku terdiam, hingga ia kembali menyebut namaku " OCEANN!!!!!"teriaknya, suaranya seketika melengking di telingaku yang membuatku tersadar, aku segera berlari menuju tempat ia berada.

"Dasar, apa yang kau lakukan disana? mencoba membuat orang-orang berpikir aku ayah yang buruk, kau ingin melakukan itu, ha" oceh nya dengan penuh kekesalan.

"Tidak yah "jawabku

"Tch, lebih baik kau segera pergi, aku muak melihat mu"sambungnya dengan sedikit menaikkan dagunya keatas.

"Aku minta maaf yah" ucapku lalu berjalan pergi meninggalkan nya.

Aku berjalan pergi menyelusuri lorong-lorong rumahku. Hingga aku sampai di kamarku, aku segera memasukinya, dan menguncinya berharap para pengganggu tidak akan memasukinya. Ah itu tidak bagus sesaat aku hendak menutupnya satu kaki muncul dari bawah menahan pintu kamarku. Dia mengetuk dan langsung membuka paksa pintu kamarku.

"Aku masuk" ucap nya

"Aduhh... " ucapku karna terjatuh

"Ada apa? apa yang kau ingin kan sekarang...kak Elina?" tanya ku dengan posisi hendak berdiri.

SOUL THE INEFFABLE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang