Sweet or Sad Diner

8.3K 248 24
                                    

Kembali ke tempat Januar.

Perempuan itu kesini pasti mau bikin masalah. Lebih baik dia usir dari pada kena amukan Januar. Yang meskipun baik hati dan cukup royal ketika dia mengerjakan tugas dengan sangat baik tapi ketika dia salah Januar akan berubah menjadi singa yang siap menelannya bulat-bulat.

"Eh elu jongos jangan sok kenal sama gua ya. Jangan coba halangin gua ketemu si Januar.

Ziko masih dengan mode sabar untuk mengusir Arula baik-baik.

Namun seorang gadis yang duduk di meja bersebrangan dari meja Ziko lah yang merasa tidak sabar melihat itu semua. Gadis itu merasa tidak terima mendengar rekan kerjanya yang juga seniornya dikatai dengan kasar. Ia pun berjalan menghampiri dua orang yang masih melakukan percakapan.

"Maaf Ibu, seberapa tinggi pun derajat ibu, tidak pantas seorang manusia menilai rendah manusia lainnya" ucap gadis itu mencoba mengingatkan.

"Idih, siapa lagi ini mau nghalangin gua? Siapa lu? Jal*ng nya Januar?" Arula melotot memandangi gadis dengan nama dada Shafina ini dari atas ke bawah.

Gadis dihadapannya ini terlihat cantik meski terbalut pakaian formal yang tidak ketat. Kulitnya kuning Langsat, wajahnya halus dan berseri meski tanpa polesan tebal seperti wajah Arula.

Arula jadi yakin bahwa gadis ini pasti sudah menggoda Januar dengan kecantikan dan tubuhnya. Makanya orang sederhana sepertinya bisa bekerja tepat di depan ruang kerja Januar.

Memang begitulah Arula, penilaiannya tidak jauh-jauh masalah ranjang. Padahal Shafina ini gadis baik-baik yang sedang magang dan bisa bekerja langsung dibawah Januar karena mendapat rekomendasi mahasiswa terbaik dari dosennya yang tidak lain adalah om dari Januar sendiri.

"Maaf Ibu, ini kantor. Tolong jaga kata-kata anda"
ucap Shafina yang jujur saja tidak terima dibilang jal*ng.

Enak saja, dia sudah menjaga diri dan kehormatannya hingga waktu menikah tiba malah dikira jal*ng.

"Heh, jal*ng ngga usah sok ngatur kata-kata gua lu. Mulut juga mulut gua" jawab Arula.

"Ibu,, tidakkah anda punya kaca? Bukankah kata yang anda ucapkan itu lebih tepat untuk diri anda sendiri?"
Ucap Shafina dengan ketus. Ia mulai kehilangan kontrol diri.

"Sha, sudah. Tidak baik meladeni ucapan orang ini" bisik Ziko berusaha menenangkan juniornya.

Baru beberapa hari Shafina magang. Bisa bahaya kalau dia kena amukan bos Januar, pikir Ziko.

"Ga bisa Pak, orang kaya gini harus dilawan. Biar sadar diri" ucap Shafina pada seniornya.

Saking serunya adu mulut dan ribut-ribut mereka sampai tidak sadar jika sang big bos sudah mengamati mereka sambil bersandar di pintu ruangannya. Januar keluar karena untuk pertama kalinya di depan ruangannya ada keributan seramai ini.

Alih-alih memisahkan Januar malah hanya mengamati saja dua orang yang sedang perang caci maki. Lebih tepatnya Arula yang mencaci maki secara terang-terangan. Shafina yang membalikkan semua perkataan Arula namun dengan kata-kata yang halus namun menusuk. Serta Ziko yang sudah sangat kebingungan bagaimana agar situasi ini berakhir.

"Heleh,, karyawan miskin aja belagu" ujar Arula.

Januar yang melihat hanya membatin sambil menggelengkan kepala 'jika kamu tau siapa wanita yang kamu hina itu, kamu akan menyesali perbuatanmu La'

Ga habis-habis ulah mantan pacar sahabatnya ini. 'Lu nemu ulet bulu begini dimana sih Land,, Land,,' batin Januar heran.

"Bukankah disini bisa terlihat siapa yang lebih miskin? Miskin attitude maksudnya" jawab Shafina tersenyum sinis.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 27, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mengandung Bayi BosWhere stories live. Discover now