Curhat 2 sahabat

7.6K 318 8
                                    

Arland dan Ica sedang makan malam di apartemennya.

Malam ini Ica menghidangkan sayur lodeh, cumi krispi, perkedel tahu, ikan pindang, dan ayam ungkep goreng untuk sang suami. Tak lupa ia juga membuat sambal terasi.

Beberapa waktu lalu saat pillow talk mereka sempat membicarakan kerinduan Arland terhadap masakan ibunya. Sang ibu sangat pandai memasak. Apalagi masakan khas Nusantara.

Sepeninggal ibunya Arland lebih sering makan menu modern saja. Sesekali ia mencoba makan di restoran tradisional namun belum menemukan yang cocok dengan lidahnya.

Setelah Ica bertanya panjang lebar mengenai rasa masakan yang diinginkan Arland, kini ia coba memberanikan diri memasak makanan itu.

Arland begitu senang menyaksikan makanan lengkap di meja. Ia merasa kembali ke masa kecilnya. Ia coba memasukkan makanan ke dalam mulut beberapa kali. Ia kaget Ica bisa memasak seenak itu, cukup mirip dengan masakan ibunya meski tak persis sama. Arland berkaca-kaca, ia mengingat masa kecilnya yang bahagia bersama orangtuanya.

Kagum dan terkesan pada istrinya. Padahal kata Ica dia baru pertama kali mencoba masakan tradisional seperti ini.

"Serius ini percobaan pertamamu Ca?" Tanya Arland sedikit tak percaya.

"Iya Mas, aku baru pertama masak sayur lodeh sama ayam ungkep" jawab Ica jujur.

"Keren banget lho Ca, kamu ada bakat masak ternyata. Enak banget" puji Arland.

"Hehe,, makasih Mas" Ica tersipu mendapat pujian dari suaminya.

"Kapan-kapan masakin lagi ya" pinta Arland.

"Oke Mas, tapi ga janji kalau sebanyak ini, takutnya kalau perut udah tambah besar atau dedek bayi lahir jadinya lebih sibuk" Ica coba menjelaskan.

"Iya aku paham kok. Masaknya pas kamu sempat aja" Arland tak mempermasalahkan. Ia juga tidak apa-apa kalau Ica tak sempat memasak lagi, tidak pernah terbayangkan olehnya bisa makan masakan seperti ini lagi dengan puas setelah ditinggal ibunya.

Hari ini menjadi hari yang terasa istimewa baginya. Arland senang, dia tidak salah memilih Istri. Entah Ica mencintainya atau tidak, tapi perempuan itu selalu berusaha memenuhi tanggung jawabnya untuk menyenangkan suami.

"Ini aja tadi ku pakai semua alat masak karena saking bingungnya. Jadi numpuk semua di cucian, hehe" Ica merasa malu. Masak sedikit saja sudah menghabiskan seluruh alat masak di dapur sederhana milik Arland.

" Gapapa Ca, hasilnya ngga mengecewakan kok" puji Arland lagi.
Senyum Ica terkembang, pipinya memerah dari tadi dipuji terus oleh sang suami.

"Kamu jangan nyuci, nanti kelelahan. Biar cuciannya aku saja yang membersihkan" perintah Arland yang tak mau istrinya kelelahan.

"Eh jangan Mas, aku ngga capek kok. Aku aja yang nyuci, Mas capek kerja seharian" tolak Ica.

"Kamu kan juga kerja seharian Ca, udah deh kalau dikasih tahu suami itu nurut, jangan banyak protes" Arland memulai sesi ceramah.

"Iya mas, aku nurut" jawab Ica yang tak mau sesi ceramah semakin panjang.

"Gimana pekerjaannya Mas?" Tanya Ica mencari topik baru.

"Ya gitu Ca, biasa aja. Banyak proyek baru, banyak proyek yang sukses, ada juga yang ga sesuai rencana" jawab Arland.

"Yang Mas meeting kemarin proyeknya gimana?" Lanjut Ica
............

Mereka berbincang-bincang dan saling bertukar kisah. Arland senang Ica mau mendengarkan suka duka kehidupannya.

Dulu ketika bersama Arula hanya fokus dengan kisah mereka berdua. Tapi dengan Ica ia bisa berbagi semuanya. Termasuk ketika bercerita permasalahan pun Ica selalu menyimak dengan baik. Meski tidak banyak memberi saran namun Ica selalu menyediakan waktu dan telinganya untuk mendengarkan sang suami.

Mengandung Bayi BosWhere stories live. Discover now