Pesan yang tak terbalas

20.3K 775 32
                                    

Ica mengirimkan pesan WA kepada Arland. Pemberitahuan bahwa ia mengandung janin laki-laki itu. Ia juga mengirim foto pemeriksaan dari dokter.

Satu dua hari tak terbalas, ia kembali mengirimkan pesan lagi.

Hingga satu dua minggu berlalu masih belum ada balasan juga. Ia kembali mengirim pesan dengan nada ancaman.

Ica dipanggil ke ruangan Bu Diah.
"Kamu sudah hampir dua bulan ini kinerjanya semakin buruk ya Marisha" tegur Bu Diah.
Bu Diah sebetulnya tak tega mengingat kondisi Ica, namun jika dibiarkan pasti akan merusak kinerja divisinya.
"Kamu saya pantau, kalau masih seperti ini lebih baik kamu berhenti bekerja saja" ucap Bu Diah.

Marisha tak tahu harus bagaimana. Terlintas pikiran ingin mengakhiri hidupnya saja. Namun ia juga tak mau membunuh bayi di kandungannya.

Rumor di kosnya sudah menyebar.
Yang awalnya hanya berbisik kini terang-terangan memaki Ica.
"Oh ini toh yang mukanya polos, ternyata hamil anak haram" ucap kawan kos nya dengan santai.
Kini semuanya mengindari Ica, dan menatapnya dengan pandangan hina.

Ica semakin tak kuat. Ia kembali mengirim pesan. Jika dalam seminggu pesannya tidak dibaca maka lebih baik dia dan bayinya akan mati.

Malam-malam pintu kamar Ica diketuk.
"Ca, betul kamu hamil?" Tanya ibu kos.
Ica hanya menunduk diam.
"Kalau kamu ga hamil, buktikan. Anak-anak kos sini udah pada heboh"
Kembali Ica hanya diam.
"Kalau kamu betul hamil silahkan kamu pergi dari sini." Ibu kos pergi setelah berkata begitu.

Ica kembali menangis tersedu-sedu. Kini ia terancam dipecat dan diusir.

Setelah diusir Ica pindah ke tempat kos yang lain. Di kantor belum ada yang tahu kondisinya sedang hamil tanpa suami. Kalau di kantor pun sudah tahu ia tak tahu harus bagaimana.

Kondisi Ica semakin memburuk, ia tak pernah makan dengan teratur, tidur pun tidak tenang. Mengerjakan tugas kantor pun tidak betul. Kondisi fisik dan mentalnya sangat terganggu.

Arland baru kembali dari bisnis trip. Senang sekali rasanya bisa terbebas dari gangguan Arula. Ia mengecek pesan masuk di ponselnya. Ada beberapa nomor tak dikenal. Ia memang tak pernah membalas pesan dari nomor baru.

Scroll berulang-ulang Arland melihat nomor dengan profil yang tak asing baginya. Ia memastikan dulu dengan menekan gambar foto.
Ia kaget mendapati foto itu adalah Marisha. Wanita yang telah ia renggut kesuciannya.

Ternyata ada banyak pesan setelah ia buka.
Mohon maaf Pak Saya Marisha,,,,,
Pesan pertamanya. Diikuti dengan foto surat dokter yang menyatakan perempuan itu tengah mengandung usia 3 minggu pada tanggal pesan itu dikirim.
Diikuti dengan spam pesan.

Tolong jawab pesan saya Pak
Pak,,,,,,
Pak,,,,,
Saya ga tau harus gimana

Pak,,,,,,
Pak,,,,,,
Pak,,,,,

Tolong jawab Pak,,,
Pak,,,
Pak,,,

Serta pesan terakhirnya.
Kalau dalam satu minggu masih belum terjawab mungkin saya dan bayi ini sudah tidak ada di dunia lagi.

Jantung Arland terasa jatuh membaca pesan tersebut. Ia gemetaran, ponsel yang ada di genggaman sudah jatuh seketika.
Dia langsung terbayang anaknya. Dia sudah kehilangan semua orang berharga dalam hidupnya. Dia tak mau lagi kehilangan seseorang, apalagi itu anaknya. Darah dagingnya.

Mengandung Bayi BosWhere stories live. Discover now