Sehat kembali

8.8K 354 15
                                    


Arland kembali merasa menjadi laki-laki yang sangat breng**k. Ia yang menyeret Ica dalam keadaan ini tapi dia bahkan masih tega menyakiti hati istrinya yang tengah mengandung.

Akhirnya Ica sudah cukup stabil dan bisa ditemui. Arland masuk dan menatap pilu tubuh istrinya yang tergolek lemah. Ica yang melihat wajah suaminya kembali terisak. Rasa sesak memenuhi dadanya.
"Hei,, tenang dulu. Dengerin aku" bisik Arland lembut sambil mendekap istrinya yang tubuhnya bergetar akibat tangisan.
"Kamu satu-satunya istriku. Ga akan ada wanita lain lagi dalam hidupku. Prinsipku nikah sekali seumur hidup Ca, Ica ga akan pernah tergantikan oleh siapapun" Arland berbicara dengan menatap mata istrinya.

Ica jadi merasa bersalah melihat tatapan sungguh-sungguh dari suaminya.
"I,, iya Mas,, aku tahu. Tapi,,," Ica tak kuat melanjutkan ucapannya karena rasa sesak akibat tangisan yang semakin menjadi.
"Sstttt,,," Arland meletakkan telunjuknya di bibir Ica "Mas minta tolong ya, tolong doain Mas agar hati Mas bisa sepenuhnya dipenuhi Ica, bantu Mas meminta kepada Sang pemilik hati"
"I,,Iyya Mas" jawab Ica sesenggukan.

Kondisi Ica semakin membaik. Perutnya sudah bisa terisi makanan meski dengan posisi berbaring, Ica belum kuat mengangkat kepala. Arland dengan telaten menyuapi istrinya, juga bermonolog dengan bayi dalam kandungan Ica. "Sehat-sehat ya dek. Yuk bantuin Bunda biar cepet sehat" Arland tersenyum saat mendapat respon gerakan pada perut Ica.

Ica pun tersenyum melihat interaksi suami dan calon anaknya.
"Cepet sembuh ya" Arland mengecup kening istrinya yang masih terasa panas. Demam Ica masih belum turun makanya Ica merasa sangat pusing dan lemah.

"Dah sekarang kamu minum obat ya" kata Arland setelah sepiring bubur habis disuapkan pada Ica.
"Emh,, ga mau obat itu pahit" tolak Ica.
"CK,, ini demi kesehatan kalian" Arland berdecak mendapat penolakan.
"Ih tapi beneran pahit, Mas ga ngerasain sih" rengek manja Ica.

Arland langsung memasukkan sesendok obat cair itu dalam mulutnya.
"Eh Mas mau ngapain?" Tanya Ica heran.
Tanpa menjawab Arland langsung memegang leher belakang Ica dan mendekatkan wajah mereka.
Cup!
Ica kaget saat bibir mereka bertemu. Arland memasukkan obat ke dalam mulut Ica dengan cara berciuman. Meski kaget namun Ica cukup menikmatinya. Ia juga dapat menelan obat pahit itu dengan mudah.

Cukup lama mereka dalam posisi begitu hingga Ica berontak karena sulit bernapas.
"Ih Mas kok gitu sih?" Protes Ica.
"Biar kamu ga protes, aku juga ngerasain obatnya. Arland menjawab dengan mendecakkan bibirnya. Ternyata obat itu memang benar pahit.

Arland segera memberikan segelas air untuk Ica, agar rasa pahit itu tak terlalu lama dalam mulut istrinya. Sementara ia langsung menuju wastafel untuk kumur-kumur.

"Bener kan pahit, aku ga bohong" ucap Ica setelah minum air.
"Iya pahit Ca, tapi demi kesembuhan kalian" jawab Arland.

Keesokan harinya Ica dijenguk oleh banyak staff kantor. Beberapa sahabat Arland pun turut hadir menunjukkan rasa simpatinya.
"Cepet sehat ya Bu Royhan. Kasihan si Bapaknya nelangsa" canda Januar, salah satu sahabat Arland.

Ica hanya menanggapi dengan senyuman. Jujur ia masih takut dengan circle Arland yang isinya orang sukses dan bergelimang harta. Ia takut salah bersikap dan membuat malu suaminya.
"Haha,, jadi kapan nih nyusul? cobalah dibuka kembali hatinya" saran Arland pada Januar.
"Gimana ya Bro, gwe beberapa kali coba buka hati tapi bayangan Sarah masih tetep ada" jawab Januar dengan wajah yang menjadi kusut.

Januar adalah sahabat Arland yang paling lama. Mereka dulu juga terkenal sebagai pengusaha sukses yang masih single meski sudah tak lagi muda. Arland hingga usia 38 tahun baru menikah untuk pertama kali, yaitu menikahi Marisha.
Sedangkan Januar menjadi duda incaran banyak wanita. Setelah kepergian Sarah istrinya yang meninggal saat berjuang melahirkan calon anak mereka, Januar belum bisa membuka hati kembali. Kini usianya sudah 39, 8 tahun ditinggal sang istri namun Januar belum bisa move on.

Ketika Arland masih berbincang dengan Januar, Raina dan Bu Diyah datang menjenguk. Ica begitu senang melihat wajah sahabatnya. Mereka bercerita panjang lebar. Sedangkan para laki-laki kini hanya diam menyimak.

Januar cukup terpaku pada Raina. Gadis itu mengingatkannya pada sosok Sarah, gerak-gerik dan cara bica mereka mirip sekali. Meski Sarah masih jauh lebih cantik menurut Januar. Secara singkat menyimak obrolan, pria itu juga suka dengan cara pandang Raina. Timbul rasa tertarik Januar kepada gadis itu.

Beberapa minggu kemudian.
Di kantor
Ica sudah bekerja, ia masuk kerja kembali 5 hari setelah hari dimana ia pingsan. Pekerjaannya tidak begitu menumpuk karena sudah ada tambahan orang di divisi mereka.
Sebenarnya Arland kembali menyuruh Ica berhenti kerja setelah sakit. Namun tetap ditolak, Ica merasa sangat sayang meninggalkan pekerjaan yang telah 4 tahun dijalani. Dulu awalnya Ia sangat kesulitan pada pekerjaan itu. Namun dengan usaha kerasnya akhirnya kini mulai cukup mudah dalam bekerja. Mengingat perjuangan itu, akhirnya enggan untuk menyudahi begitu saja. Arland tahu kalau istrinya tidak ada bakat dalam bidang itu, makanya menyuruh berhenti saja.

Memang Ica berbeda dengan Raina yang sangat mudah memahami pekerjaan. Sekali baca saja Raina sudah paham harus melakukan apa. Sedangkan Ica, meski berulang kali baca, kadang ia tetap tidak paham harus bagaimana. Seringkali Raina atau beberapa temannya yang harus menjelaskan.

Sekarang gaji Ica banyak terpotong karena sering izin dan kinerja tidak maksimal. Namun ia tetap senang bekerja, masalah uang ia sudah dapat banyak jatah bulanan dan uang jajan khusus dari sang suami.

"Hari ini kita diajak makan bersama manager finance" Ucap Bu Diyah pada semua staff bawahannya.
Mereka berbincang mengenai acara tersebut.

"Oh ya Bu, saya mau izin. Besok saya mulai pakai hijab ya" ucap Raina cukup sopan pada Bu Diyah.
"Sudah yakin Na? Sudah mantap?" Bu Diyah coba memastikan.
"Insyaallah Bu" jawab Raina yakin.
"Kalau sudah mantap, saya dukung sekali. Tapi nanti jangan sampai lepas lagi karena omongan orang lho, bukan apa-apa, disini cukup banyak yang julid. Bisa dibilang sok alim, sok suci dan sebagainya. Jadi kamu harus lebih kuat. Kalau saya sih senang dan mendukung sekali" Bu Diyah coba menasehati.
"Oke Bu" Raina berucap ceria.

Kantor Arland memang membebaskan busana karyawannya. Yang penting sopan dan rapi, kesejahteraan karyawan juga cukup baik makanya banyak yang betah kerja disini. Bu Diyah pun begitu, dulu dia bekerja di sebuah perusahaan besar dengan gaji fantastis. Namun setelah menikah ia tidak mungkin lagi bekerja disana, meski gaji disini tidak seberapa tapi Bu Diyah senang, ia bisa membawa bayinya ke day care yang tersedia di kantor. Jadi ketika waktu istirahat bisa menjenguk atau mengasuh anaknya.

"Na, yang ceritanya kamu di deketin Ustadz itu jadi?" Tanya Ica karena penasaran. Besok sahabatnya itu sudah berhijab. Mungkinkah karena disuruh oleh calon suaminya.
"Sepertinya sih jadi Ca, tapi aku pakai hijab emang niat dari dulu kok. Sebelum ada Ustadz juga Abah selalu nyuruh aku berhijab. Tapi aku baru berani sekarang" jawab Raina yang mengerti rasa penasaran sahabatnya.
"Semangat ya Na, aku dukung semua keputusan kamu" ucap Ica.
"Makasih ya Ca, doain juga semuanya lancar" Raina berbicara dengan binar di matanya.
Ica turut bahagia melihat sahabatnya.

Di apartemen
Arland dan Ica sedang makan malam bersama.

Malam ini Ica menghidangkan sayur lodeh, cumi krispi, perkedel tahu, ikan pindang, dan ayam ungkep goreng untuk sang suami. Tak lupa ia juga membuat sambal terasi.

Terimakasih sudah membaca.

Update lagi kalau sudah 50 vote dan 10 komen ya. Aku juga mau baca pendapat kalian tentang cerita ini. Jadi cerita ini ngga cuma menghibur bagiku tapi juga bisa menghibur untuk kalian semua.
Selalu ditunggu kritik, saran, masukannya ya.
Terimakasih

Jangan lama-lama vote dan komennya ya. Aku juga pengen cepet menyapa kalian lagi di BAB selanjutnya.
See you 😘

Mengandung Bayi BosWhere stories live. Discover now