$15

26 12 0
                                    

Kini Zifa bisa melihat orang tuanya dari luar setelah ditunjukkan ruangannya oleh Dokter Atika. Zifa hanya bisa melihat dari kaca. Ia melihat orang tuanya sedang tertidur tenang dengan tangan dan kaki yang ikat di tempat tidurnya. Itu pasti membuatnya tersiksa.

"Mah. Maafin Ayah, ya" Gumamnya sambil menitikkan air matanya yang sudah tidak bisa ia tahan lagi

Sekarang Zifa terduduk di bangku yang ada didepan ruangan tersebut, dirinya menangis sambil melihat coretan hasil tulisan berserta gambar dari tangan Ibu Zee

Dikertas pertama ia menuliskan nama Zifa hanya dengan kata Ifa disertai gambar basic rumah anak sd yaitu segitiga dan kotak dan juga ada gambar hati yang besar ditengahnya.

Di kertas kedua, hanya ada coretan abstrak.

Dikertas ketiga, ada gambar bunga berwarna-warni yang ia gambar dengan spidol

Dan kertas terakhir ia tulis nama ayah dengan huruf yang besar-besar

Zifa semakin histeris menangisnya. Separah apapun penyakit, Ibunya masih tetap ingat dengan Ayah.

Setelah melihat ini semua, Zifa tidak bisa menyalahkan Ayahnya maupun Icha (Ibu tirinya). Ia menyadari bahwa setiap orang ada masanya, tetapi kedua orang tuanya tidak bisa mempertahankan masa disaat mereka berdua saling mencintai.

Saat Zifa sedang  menangis ada seseorang yang duduk disebelahnya dan menyodorkan satu tangkai bunga. Karena terkejut, spontan ia menengok dan melihat dengan mata sembabnya

Zifa terdiam lalu mengelap air matanya dengan lengan miliknya. Ia benci dengan pria yang ada di sampingnya.

Pria itu semakin menyodorkan bunganya, sampai ia taro di atas paha gadis tersebut. Zifa yang melihat itu dengan cepat langsung berdiri dan membuat bunganya terjatuh di lantai

Pria itu tertawa, "Bahkan lagi nangis pun lo nggak bisa nerima bunga dari gua" sambil mengambil bunga yang terjatuh di lantai

"Bisa nggak lo pergi dari sini?!" ucapnya dengan suara lemah akibat menangis. Zifa juga tidak tahu mengapa pria itu tiba-tiba ada disini, apakah keluarganya juga mengidap penyakit yang sama?

Pria tersebut ikut berdiri menghadap Zifa, sambil menyodorkan bunganya di depan wajahnya "Gua bakal pergi" ucapnya sambil melirik bunga tersebut

Zifa ikutan melirik bunganya, ia tau maksud dari pria tersebut. Tanpa lama-lama lagi Zifa menyerobot bunga itu dan menggenggamnya, beberapa kelopaknya sudah ada yang rontok.

Pria itu tersenyum lalu mengangguk. Dan ia segera pergi, namun tidak jadi. Dirinya malah kembali lagi kehadapan Zifa

"Oh iya satu lagi, lo bisa temuin nyokap lo" ucapnya sambil membuka pintu ruangan yang terdapat Ibu Ze dengan kunci yang ia bawa. Dan sekarang pria itu benar-benar pergi.

Zifa memandangi kepergian pria itu lalu melempar bunganya ke atas bangku setelah itu ia masuk ke dalam ruangan Ibunya

Gadis itu mematung saat melihat Ibunya dari jarak yang sangat dekat. Dirinya ingin memeluk sekaligus menciumnya karena sudah rindu berat, tetapi hal itu tidak terjadi karena takut membangunkannya. Zifa memegangi jari telunjuk sang ibu,

"Mah ayo kita pulang" sambil menangis lagi

TBC

Ada yang penasaran sama sosok pria itu nggak sih?

$EKEJAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang