19| Lagi-lagi bertemu Masha

Beginne am Anfang
                                    

"Jajanin gue es krim dulu," kata Kak Dylan enteng.

"Gimana sih, orang tadi lo yang ngasih tahu gue sendiri mau ngajakin camping. Ini malah minta es krim. Niat ngajakin nggak, sih? Ah, nggak jelas banget lo!"

"Ya gimana? Gue pengen es krim."

Aku berhenti berjalan lalu menendang bokong Kak Dylan. "Bodo amat nggak mau ngasih tahu!" kataku sebal sendiri.

Kak Dylan mengaduh sambil mengusap-usap pantatnya. Lalu ia berbalik dan menatapku dengan tatapan tidak percaya. Sebelum Kak Dylan bereaksi, aku sudah terlebih dahulu berbalik lalu berlari kembali masuk ke dalam kamarku.

"Moza!" teriak Kak Dylan mengejarku.

Buru-buru aku menutup pintu kamarku lalu menguncinya. Kudengar suara gedoran dari luar diikuti sumpah serapah dari mulut Kak Dylan.

"Bukain nggak?" teriak Kak Dylan.

"Nggak mau!" balasku.

"Awas ya, nggak gue beliin bakso!"

"Bisa beli sendiri. Wek."

***

Minggu pagiku biasanya diawali dengan ikut berjoging bersama dengan Kak Eghi. Namun, hal itu tidak lagi kulakukan setelah tahu bahwa Kak Eghi menyukai Kak Shila. Jadi, kegiatan Minggu pagiku berganti dari jogging ataupung bersepeda bersama Kak Eghi menjadi bergelung lebih lama di tempat tidur. Dan ternyata aktifitas ini sangat menyenangkan. Tidur lebih lama dari biasanya di hari Minggu itu sangat luar biasa rasanya. Aku lebih menyukai kegiatan ini.

"Moza!" teriak suara dari arah pintu kamarku.

Aku menyibakkan selimut yang menutupi kepalaku lalu mengangkat kepala, menatap pemilik suara yang saat ini sudah berlari menuju kasurku.

"Ayo bangun!" katanya dengan semangat. "Ikut jogging bareng gue dan Eghi. Yuk?"

Aku kembali menarik selimut hingga menutupi kepalaku. "Nggak ah. Masuk ngantuk," kataku menjawab ajakan Kak Shila.

"Kata Eghi biasanya lo juga ikut dia jogging. Ayo, Moz. Habis jogging kita bisa jajan bubur ayam."

"Lain kali aja. Gue beneran masih ngantuk."

"Ah Moza...," rengek Kak Shila. "Ayo dong. Kita jogging bareng." Kak Shila menarik selimutku hingga membuat kepalaku tersingkap.

"Nggak. Gue mau lanjut tidur aja. Mumpung hari Minggu, Kak. Gue capek sekolah terus," kataku mencoba mempertahankan selimutku agar tidak kembali ditarik.

Terdengar helaan napas dalam dari Kak Shila. "Ya udah," katanya dengan putus asa. "Nggak gue ajak beli bubur ayam."

Aku hanya bergumam seraya kembali menutup mata. Dapat kurasakan pergerakan dari atas kasur yang menandakan bahwa Kak Shila sudah turun dari kasur. Tak lama kemudian kudengar suara pintu kamar tertutup.

Aku kembali membuka mata. Bagaimana bisa aku ikut jogging bersama dengan mereka berdua? Meskipun aku sudah mengikhlaskan hubungan mereka, tapi tetap saja pasti rasanya nyesek kalau jadi obat nyamuk di antara mereka berdua.

Sekitar satu jam lebih aku bergelung di bawah selimut, menyibukkan diri dengan melihat postingan foto teman-temanku di Instagram. Mendadak saja aku penasaran dengan akun Instagram milik Masha. Jadi, aku memutuskan untuk melihat postingan foto milik Masha.

"Masharianty13," gumamku membaca nama akun milik Masha. "Nomor 13, nomor sial. Kayak orangnya, sialan," gerutuku selalu saja merasa kesal dengan apa pun yang berhubungan dengan Masha.

Aku melihat beberapa foto milik Masha di akun tersebut. Aku berdecak sebal ketika menemukan foto Masha dan Ferrish tengah tersenyum ke arah kamera. Ada pula foto Masha bersama dengan teman-teman basket Ferrish. Tampaknya segala hal yang berhubungan dengan Ferrish masih berada di akun tersebut. 

Cinta Satu KompleksWo Geschichten leben. Entdecke jetzt