06. Pulang Bareng

37 9 0
                                    











"JIHAN PAHLAWANKU, AKHIRNYA KAMU DATANG NAKK!!" Jihan melengos melihat salah satu sahabatnya datang sambil merentangkan tangan. Tak perlu bertanya kenapa, ia langsung membuka tas dan mengeluarkan bukunya.

Jelita namanya, teman sebangku sejak kelas 10. Namanya sangat bagus dan anggun, tapi tingkahnya tidak anggun sama sekali.

Setelah menerima buku dari Jihan, Jelita lalu membawa ke kerubungan anak-anak yang tadi juga antusias melihat kedatangan Jihan.

Inilah perbedaan Jihan dengan murid berprestasi lainnya. Meskipun ia pintar, ia tak segan untuk memberikan contekan kepada temannya. Ia hanya ingin memiliki teman. Bukan orang yang mencibir karena menganggapnya pelit dan anti sosial. Itu saja.

Perkara nilai saja ia sudah pusing, apalagi jika menghadapi orang yang tak suka padanya.

Jihan lalu menuju ke mejanya. Pelajaran dimulai 15 menit lagi, ia memilih membuka buku pelajaran nanti.

Tak lama setelah itu, dua orang memasuki kelas dan duduk di depannya. Lusi dan Bianca. Mereka juga sahabatnya, berempat bersama Jelita.

Sebenarnya Jihan tipikal orang yang susah untuk bersosialisasi. Dengan Jelita pun karena mereka sebangku. Begitupula Bianca dan Lusi yang saat kelas sebelas ini bertempat duduk di depannya. Ketiganya memang termasuk orang friendly.

Bianca menoleh melihat kerumunan yang sudah ia tahu penyebabnya. "Bayangin deh kalau pasang tarif per soal. Kaya lo," katanya.

Jihan dan Lusi tertawa. Namun setelah itu Lusi meringis, "btw lihat yang nomer 5 dong, gue belum satu heheh." Tak lama setelah itu Lusi ikut bergabung ke kerumunan.

"Jihan."

Yang punya nama mendongak, menatap Bianca yang memerhatikannya dengan raut bimbang. "Apa?"

Bianca akhirnya memberanikan untuk bertanya, "kemarin yang nyanyi pacar lo?"

Mata Jihan membulat mendengar itu. "Lo lihat gue?"

Bianca mengangguk. Melihat respon Jihan membuat Bianca menganggap jika itu benar. "Sebelum Jiwa liat lo--"

"Lo kok tau namanya?" Potong Jihan cepat.

Bianca hanya tersenyum. "Dia temennya kak Adam temen kakak gue. Pernah ketemu, jadi ya familiar. Selain itu juga dia sering terlihat sama Handaru si mostwanted. Katanya sih mereka sepupuan," ucapnya sambil melihat raut wajah Jihan yang setia memerhatikannya. "Kemarin sebelum dia lihat lo gue udah tahu lo disitu mau gue panggil ikut gabung tapi lo nggak noleh ke gue. Sebelum itu juga gue udah lihat waktu lo makan di kantin sama dia," jelasnya.

Jihan diam, tidak tahu harus menjawab apa.

"So, jadi lo beneran pacaran?"

"Nggak tahu," kata Jihan lesu. Sebenarnya ia masih malas memikirkan hal itu.

Bianca melengos, paham dengan sang sahabat yang sejak dulu selalu menyangkal hal yang berhubungan dengan perasaannya.

Keduanya diam hingga Bianca memecah keheningan, "gue dukung kalau lo sama yang ini. Gue bisa cari info dari kakak gue. Mungkin ini waktunya lo nikmati masa putih abu-abu. Nggak melulu tentang bagaimana lo harus meraih prestasi. Lo bisa memikirkan perasaan lo lagi. Jangan abaikan jika memang itu bisa membuat lo bahagia," ucap Bianca tulus.

Jihan tersenyum tipis. Tak lama setelah itu bel berbunyi. Jelita dan Lusi kembali ke tempat duduk mereka. Pemberitahuan tentang guru tidak hadir membuat sebagian murid menggerutu karena telah susah payah membuat PR dan sebagian lagi berseru senang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 06, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tell Me That You Love Me Where stories live. Discover now