02. Sedikit Perhatian

111 15 4
                                    


"Menurut lo kalau gue pura-pura pingsan bakal jadi pusat perhatian nggak?"

"Gak ada yang mau ngangkat lo kali." Jawaban malas dari Handaru membuat Jiwa lemas dan menempelkan dahinya di punggung Haru.

Upacara bendera dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia sedang berlangsung hari ini di lapangan sekolah. Jiwa yang kabur dari barisan OSIS memilih untuk menempatkan diri di barisan kelasnya.

Alasannya klise sih, soalnya tempatnya sama-sama panas. Kalau di barisan kelas kan ia bisa berlindung di belakang Handaru si tiang, meskipun ia juga sama tiangnya. Sekarang ia paham kenapa para cewek ingin baris di samping atau di belakang Handaru.

Sebenarnya Jiwa merasa lemas pada tubuhnya karena belum sarapan. Tadi ia bangun kesiangan, apalagi ditambah kamar mandinya rusak yang mengakibatkan ia mengantri di kamar mandi sang kakak. Mana kakaknya kalau mandi lamanya bisa seperti ditinggal umroh dulu.

Untungnya saat sampai di sekolah upacara belum dimulai, ya walaupun para murid sudah pada baris sih. Tasnya saja tadi ia lempar di meja guru karena saking buru-burunya.

Yang penting ia tidak baris di barisan siswa telat. Malu dong, diakan anak OSIS.

Jiwa terus menggerutu, Haru yang mendengarkannya mencoba bersabar dan menahan diri untuk tidak maju selangkah yang mengakibatkan sahabatnya ini tersungkur karena bersandar pada punggungnya.

"Lama banget amanatnya anjir,"

"Mataharinya kayaknya lagi seneng banget ya nyiksa orang,"

"Ini kalau masih lama kayaknya gue bakal beneran pingsan deh,"

"Boleh gak sih pura-pura ijin ke toilet?"

"Menurut lo ini gue mending pura-pura pingsan apa kesurupan?"

"Diem!" Haru tidak tahan dengan celotehan Jiwa. Sebenarnya ia juga sudah lelah apalagi cuaca sangat panas menyengat.

Padahal ini upacara kemerdekaan, kan harusnya semangat bukan malah ogah-ogahan. Jangan ditiru mereka ya kawan.

Untuk hari ini kegiatan belajar mengajar diliburkan. Para siswa di sekolah hanya untuk upacara, setelah itu pulang. Besok juga kayaknya free class karena akan diadakan lomba-lomba.

Awalnya Jiwa ingin meliburkan diri, tapi mengingat kegiatan ini diabsen ia jadi mengurungkan niatnya.

Akhirnya setelah sekian gerhana upacara berakhir. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, Jiwa berjalan ke arah koperasi. Kantin pasti tidak buka mengingat hanya upacara saja.

Namun kesialan berpihak kepadanya. Ternyata koperasi juga tidak menjual makanan seperti biasanya. Hanya ada air mineral yang dijual.

Yasudahlah, daripada tidak sama sekali.

"Mbak, harganya berapa?" Tanya Jiwa sambil meletakkan satu botol air mineral.

"Lima ribu."

Suara gesekan sepatu dengan lantai yang masuk ke koperasi mengalihkan atensi keduanya.

Eh?

Pandangan Jiwa dan perempuan yang baru masuk itu terkunci. Antara terkejut dan tidak menyangka akan bertemu disini.

Mbak Nia, penjaga koperasi yang tidak tahu mengapa dua anak ini tiba-tiba menjadi patung jadi heran sendiri. Lalu ia berdehem untuk menyadarkan keduanya.

Keduanya pun saling membuang muka setelah bertatapan.

"Jihan mau beli apa?" Tanya mbak Nia.

'oh namanya Jihan' batin Jiwa.

Tell Me That You Love Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang