17. Berubah

5.9K 1.7K 1.6K
                                    

"Nggak ada yang bener-bener bisa dipercaya selain diri sendiri."

- Narendra Maheza -

Jangan lupa berternak babi🙌🏻

- Happy Reading -

•••
Tidak ada yang bisa Starla lakukan selain berkali-kali memberikan semangat pada Juan. Ia sendiri masih belum yakin kalau laki-laki yang sedang dekat dengan Mamanya adalah Rusdi, Ayah Juan.

Meskipun ia sudah lihat dengan mata kepalanya sendiri, laki-laki yang makan bersama dan bermesraan dengan Mamanya di tempat makan kemarin sore, ia masih berharap kalau bukan dia orang yang semalam Mamanya maksud.

Kalaupun benar Mamanya yang menjadi alasan Rusdi dan Susmita bercerai, Starla benar-benar merasa menjadi orang paling jahat di muka bumi ini.

Juan dengan begitu tulusnya percaya pada ia, bercerita tentang masalah keluarga dan ketakutannya akan kehilangan rumah untuk yang kedua kalinya. Tetapi, Starla pikir ia tidak akan bisa seterbuka itu untuk bercerita kembali pada Juan tentang Mamanya sendirilah yang jadi alasan keluarga Juan berantakan.

Sungguh, kalau bunuh diri tidak dosa, Starla sudah memilih mengakhiri hidupnya daripada menanggung semua beban ini. Ia tidak tahu, apa yang akan terjadi jika suatu hari semua ketakutannya akan terbongkar.

Sekarang yang bisa Starla lakukan hanyalah berusaha untuk selalu ada buat Juan, agar laki-laki itu tidak merasa sendiri dan kehilangan rumah untuk yang kesekian kali.

Ingin sekali ia bercerita pada Naren, setidaknya laki-laki itu mungkin bisa membantunya mencari jalan keluar. Sayangnya, Juan pernah mewanti-wantinya untuk merahasiakan masalah keluarga dia pada Naren.

"Naren terlalu cemara buat tahu seberapa berantakannya keluarga gue." Begitu katanya.

Satu persatu anak X MIPA 1 mulai berdatangan memasuki kelas, namun sampai pukul enam lebih lima puluh menit, batang hidung Naren belum juga kelihatan.

Padahal bel masuk akan berbunyi sepuluh menit lagi, tetapi bocah tengil itu masih belum ada tanda-tanda sampai di sekolah.

"Naren nggak masuk?" Tanya Starla pada Juan, ia pikir segala hal tentang Naren, Juan pasti tahu.

Juan mengedikkan bahunya, "dia nggak ngabarin apa-apa."

"Kok bisa itu anak jam segini belum berangkat, nggak biasanya," sahut Inara, perempuan yang duduk di sebelah Starla, tepat di depan Juan.

"Berangkat telat mungkin, soalnya kalo nggak masuk pasti dia ngabarin."

Tak selang beberapa lama, pintu kelas di dobrak dan muncullah Naren dengan nafas yang ngos-ngosan. Laki-laki itu berjalan cepat menuju bangkunya, duduk dan langsung meneguk habis air mineral milik Juan yang tergeletak di atas meja.

"Bussett, haus bang?"

Naren hanya mengangguk, nafasnya masih tersengal-sengal setelah berlari dari gerbang sampai ke kelasnya di lantai dua.

"Gue lari— dari gerbang— sampe kelas— dikejar-kejar— si Agung— gara-gara rambut— gue udah— panjang," tuturnya terbata-bata.

Juan menepuk-nepuk bahu temannya, "istirahat dulu, ntar lagi gibahin si Agung-nya."

Naren mengangguk lagi, ia mengatur nafasnya agar tidak tersengal-sengal. Setelah nafasnya sedikit teratur, ia berniat untuk cerita mengapa dirinya bisa telat dan berujung dikejar-kejar si Agung. Namun ceritanya tertunda karena Bu Venika sudah keburu memasuki kelas.

NARENDRA [TERBIT]Where stories live. Discover now