18. Sebuah penjelasan

3.9K 643 456
                                    

Happy reading bestiyyy

***

"Apa pun yang kamu tanya, akan saya jawab malam ini." Galaksi berbicara dengan tenang. Ia baru saja selesai mandi dan makan. Kedua adiknya belum kunjung kembali ke kamar, entah ke mana perginya, Galaksi bahkan tidak mencarinya.

Tangan kanannya terulur mengusap-usap puncak kepala Sea yang sedang merebahkan tubuhnya di paha Galaksi.

Tangan Sea menggenggam tangan kiri Galaksi.

"Flora itu temen kuliah saya di Jepang."

"Friend with benefit?" Tanya Sea.

Galaksi menyentil bibir Sea, "Gak. Just a friend," ujar Galaksi.

Sea terdiam beberapa detik, lalu kembali bersuara. "Gimana awal mula kalian bisa ketemu?" Tanya Sea lagi.

"Di kelas."

"Flora kesulitan beradaptasi dengan orang-orang di sana. Sampai akhirnya dia tahu kalo saya orang Indonesia, jadi dia ngajak saya kenalan."

"Masa dia yang ngajak kenalan?" tanya Sea tidak percaya.

"Emang pernah kamu lihat saya yang lebih dulu menjabat tangan selama kuliah?" Tanya Galaksi ikut kesal.

"Iya juga. Kamu kan gila hormat."

"Your eyes!" Ketus Galaksi.

Sea tertawa. "Terus-terus, gimana dia ngajak kenalannya?"

"Hai, gue Flora. Elu Galaksi ya?" Ujar Sea menirukan suara. "Gitu?" Tebak Sea sok tahu.

Galaksi menghela napas malas.
"Ada yang lebih bermutu gak pertanyaannya?"

"Katanya malam ini aku boleh nanya semuanya! Kok sekarang malah di batesin?" Gerutu Sea.

"Ya gak detail gitu juga kali." Melas Galaksi.

Sea tertawa. Wajah melas Galaksi selalu jadi hiburan tersendiri untuknya.

"Iya-iya, Sea bercanda. Enggak penting juga."

"Yakin?" Tanya Galaksi.

Sea hendak mengigit tangan Galaksi, namun ia berhenti, "Tak gigit, ya?"

"Tubuh saya ini pun kalo kamu minta untuk kamu makan, bakal gak saya beri."

"Krik-krik. Garing-garing," Ledek Sea.

Galaksi mengacak-acak wajah Sea, membuat wanita itu tertawa terbahak.

"Kenapa alurnya bisa sampai sekarang?" Tanya Sea dengan senyum yang tiba-tiba menghilang. Ekspresi Galaksi pun sedikit berubah.

"Saya enggak tahu."

Galaksi kembali memainkan rambut Sea, lalu menatap wanita cantik yang sedang menatapnya juga. "Yang saya tahu, saya punya hutang nyawa dengan Flora."

Raut wajah Sea berubah. Lebih ke cemas dan khawatir. Tidak ada aura cemburu di sana.

"Satu tahun pertama di Jepang, saya gagal melacak keberadaan kamu. Orang-orang yang saya kerahkan di Indonesia dengan uang yang sangat minim pun tidak berhasil nyari tahu di mana posisimu. Saya bertahan di Jepang hanya karena saya percaya, segala tenaga yang saya keluarkan, pasti akan membuahkan hasil."

"Maaf," ucap Sea.

"Saya cerita begini bukan untuk mengingatkan keputusan kamu lima tahun yang lalu. Bukan untuk nyalahin kamu. Alur hubungan saya dengan Flora menjadi seberantakan ini ada sangkut pautnya dengan kehilangan kamu, tapi bukan berarti ini salah kamu."

Sagala 2 Where stories live. Discover now