12. Rumah sakit

3.2K 594 748
                                    

Halo
Selamat baca
Jangan lupa follow, ya!

***
Setengah jam setelah Galaksi melakukan pemeriksaan, ia sudah terbangun sejak tadi. Sea juga sudah memberi kabar pada keluarga yang sedang dalam perjalanan dari bandara ke rumah sakit tempat Galaksi di rawat.

"Maaf udah buat kamu khawatir, ya." Kalimat pertama yang Galaksi katakan sejak setengah jam mereka terdiam.

Sea menoleh sebentar, lalu mengangguk pelan. Ia tidak lagi merasakan bahagia seutuhnya saat laki-laki ini bangun. Pikirannya becabang. Banyak sekali pertanyaan yang ingin ia lontarkan; siapa Flora? Kenapa Rigel mengenalnya? Kenapa Rigel tahu bahwa kemarin Galaksi berada dalam acara yang sama dengan Flora.

"Sea?" Panggil Galaksi.

"Hmm." Sea menoleh lagi.

"Udah makan siang?" Tanya Galaksi pelan.

Sea menatap arlojinya. Sudah menunjukkan pukul lima sore, dan lambungnya baru menerima bubur, itu pun satu cup bagi dua dengan Galaksi.

"Belum."

"Kenapa? Udah sore. Makan gih!" Titah Galaksi.

"Tadi malam, selain makan sama Flora, kamu ke mana?" Tanya Sea tidak bisa menahan diri lagi.

Sea menatap intens Galaksi, "Ohh, kamu anterin dia juga ya?"

"Masih mau bahas itu lagi?" Tanya Galaksi ikut memperhatikan Sea. Raut wajahnya belum begitu segar, bahkan rasa sakit kepala belum mereda seutuhnya.

Sea terkekeh. "Sejak kapan pembahasan ini selesai? Emang kamu udah kasih penjelasan ke aku? Kan belum." Ia membuang wajahnya lagi. Menolak untuk berlama-lama menatap Galaksi.

"Saya tiba di sini jam berapa?"

"Sepuluh. Kalo gak salah." Sea menjawab dengan dingin.

"Sekarang udah jam berapa?"

"Lima. Kenapa?" Tanya Sea.

"Kamu serius mau ngajak saya berdebat? Saya baru sadar, loh, Sea. Enggak berniat nanya gimana keadaan saya? Apa yang lagi saya rasakan?"

"Lah itu, kamu udah punya tenaga naikin suara kamu." Senyum sinis milik Sea keluar juga.

"Sea!" Tegur Galaksi terpancing. Ia mendadak emosi akibat nyeri tak tertahan di kepalanya.

"Apalagi?"

"Kamu udah gak peduli sama saya?" Tanya Galaksi.

"Emang kamu lagi kenapa? Udah sadar kan? Demamnya udah mulai turun juga!" Sea acuh. Entah kenapa, hatinya masih merasakan dongkol.

"Emang gak bisa kamu tahan rasa penasaran kamu? Kamu kasih dulu kepercayaan kamu ke saya, sampe kamu terima penjelasan dari saya?"

"Kapan?" Sentak Sea.

"Kapan kamu berencana jelasin ke aku? Apa nunggu hubungan kita berakhir? Kalo kamu lagi kejebak masalah, tell me! Di hubungan ini bukan tentang siapa yang paling jenius nyelesein masalah, tapi gimana caranya kamu ajak aku ikut andil ke masalah yang lagi kamu hadapi."

"Berulang kali aku kasih diri aku mantra. Kalo kamu gak mungkin lakuin ini semua, kecuali kamu udah terdesak untuk melakukannya, tapi apa yang buat kamu terdesak? Apa? Aku butuh jawaban itu!"

"Jangan ngerasa paling pintar! Paling hebat, dan paling bisa dalam banyak hal. Hubungan ini bukan tentang kamu. Bukan juga tentang aku. Tapi tentang kita. Kamu dan aku. Bukan kamu atau aku, tapi kamu dan aku. Ngerti gak sih perbedaan atau sama dan? Ngerti gak?" Emosi Sea. Dadanya bergemuruh hebat. Ia bahkan tidak peduli bahwa ia sedang berdebat dengan seorang pasien.

Sagala 2 Where stories live. Discover now