5. Baikan karena es krim

3.3K 584 518
                                    

Terima kasih antusias di part sebelumnya
Tapi boleh tidak, jangan hanya karena challenge baru semangat spam komennya :)

Sedih kalo jomplang.
Pas challenge rame.
Pas enggak, sepi :))
Tapi sekali lagi, terima kasih pemabac

Selamat membaca, ya!
❤️









***

Walau tampak seperti manusia pembangkang, tapi aslinya Rigel termasuk adik yang cukup nurut pada Galaksi;abangnya. Terbukti dengan ia memilih untuk tetap mengantar Sea ke salah satu mall yang cukup jauh dari rumah bahkan Rigel juga menawarkan diri untuk menemani Sea walau hanya sebatas menikmati nuansa buku di Gramedia.

Kalau hendak belanja, nanti dulu, Rigel tidak sanggup membayangkan jika harus menemani calon kakak iparnya berbelanja. Namanya perempuan, pasti banyak ribetnya. Kaki perempuan memang lebih kuat di banding kaki kaum laki-laki jika konteksnya mengelilingi mall. Rigel tidak sanggup, biar Galaksi aja untuk bagian itu.

"Beneran nih, gue balik? Ntar lu sendirian gapapa?" Sekali lagi, Rigel memastikan.

"Iya, gak usah. Nanti lu jatuh cinta sama gue, berabe." Sea asal saja mengatakannya.

"Eh kutu air! Kalo ngomong sekate-kate! Ngaco lu!"

Tentu Sea bercanda, ia hanya menggunakan kalimat Rigel yang sering sekali ia dengar jika Galaksi minta tolong padanya.

"Hati-hati lu baliknya. Infoin kalo udah sampai tongkrongan, biar gue tahu nyari lu di rumah sakit mana."

"Buju buset. Sea! Lu kalo ngomong, jahanam banget anying! Maksud lu, kalo gue belum nyampe tongkrongan, gue kecelakaan gitu? Amit-amit!"

Sea tertawa. Ia suka berbincang dengan Rigel sebab pria ini cukup unik dengan segala bahan obrolan yang ia punya.

"Udah ah, nyebelin lu. Pergi dulu gue." Pamit Rigel akhirnya.

"Gak mau salim lu?" Tanya Sea dengan wajah menyebalkan.

"Dih, siapa elu? Selingkuhan bapak gue? Calon mama tiri gue?"

Sea tertawa, "Dah ah, sana! Hati-hati, dan makasih banyak ya, Gel."

"Iya sama-sama. Jangan lupa beli Filosofi Teras, for me. Inget janji lu di jalan."

"Iya, Gel. Nanti gue kirim nomor rekening gue ya."

Baru saja Rigel menghidupkan sepeda motornya, ia langsung mendelik galak. "Pelit amat astaghfirullah. Awas aja ntar gue jadi dokter, terus lu sakit, gue suruh lu bayar sepuluh kali lipat."

"Jadi dokter aja dulu, gimana bayarannya mah ntar kita omongin," ledek Sea.

"Lu ya astaghfirullah, SEA!" Pekik Rigel. Ia ingin mengumpat, tapi ini Sea, tolong ingatkan dirinya, ini adalah princes yang ingin di lamar abangnya.

"Dah ya, bye!" Ujar Sea meninggalkan Rigel yang mencak-mencak saking kesalnya. Kalo aja tidak ingat Sea ini calon Kakak iparnya, mungkin helm bogo yang ada di tangan Rigel sudah melayang ke kepala Sea.

Sea memasuki mall dengan kekehan kecil. Sebenarnya alasan kenapa Sea menolak Rigel untuk menemaninya, karena tadi saat perjalanan ke mall, Rigel sempat menepikan motornya. Ada panggilan dari temennya untuk menyuruhnya buru-buru datang ke tempat yang Sea sendiri tidak tahu di mana. Ia hanya mendengar Rigel mengatakan, sejam lagi tiba.

Siapa yang tidak mau di temani oleh seorang Rigel? Tentu Sea mau. Ia pasti akan tertawa terbahak-bahak sepanjang jalan dengan Rigel, tapi kasihan jika anak itu selalu di korbankan oleh Galaksi yang tidak bisa menemaninya. Rigel juga memiliki dunianya, barangkali ia nongkrong untuk mengerjakan skripsi, ya, we never know lah.

Sagala 2 Where stories live. Discover now