BAB 45 - MENYAYAT HATI

57 1 0
                                    

~~~

Kediaman Wilson.

"Sa, apa benar dia di rumah Vano?" Yuta mengintip di pagar mencari keberadaan Riana.

Sasa mengantongi ponselnya kembali. "Kata Asisten orang gila itu sih, begitu."

"Duh, kenapa bisa sekacau ini sih. Sungguh, aku lebih takut sama Pavlo ketimbang calon suami Riana itu," decak Yuta.

Penjaga gerbang melihat hal yang mencurigakan langsung menegur Sasa dan Yuta, "Hai! Sedang apa kalian kemari?"

"Maaf Pak, saya ingin bertemu dengan Riana sebentar saja," kata Sasa memelas.

"Riana! Riana! Ini aku sahabatmu!" teriak Yuta memanggil saat menemukan Riana tengah duduk melamun di taman.

Riana yang mendengar suara itu, langsung membuang setangkai bunga mawar putih dan buru-buru melihat. "Kalian-" Ia begitu terkejut, sebab ada sosok pria lain lagi yang ia lihat di pinggir jalan memakai jas hitam seperti bodyguard mantan suaminya yang saat ini mengawasi mereka.

"Riana, kesinilah, ada yang ingin kami sampaikan!" panggil Sasa menarik tangan Riana untuk menjahui sebentar rumah Vano.

Saat mereka sudah menjauh, Sasa dan Yuta beritahukan semua apa yang telah terjadi sekarang, penjaga di rumah Vano sendiri begitu penasaran tentang apa yang mereka bicarakan sampai terlihat serius sekali. Bahkan ada sosok pria berjas juga di pinggir jalan seperti menunggu mereka yang kelihatannya berdebat hebat dengan Riana, yang mana Riana sendiri perlihatkan raut wajah takut seperti ada trauma dalam yang harus dia hadapi.

Sasa memohon, "Riana tolong mengerti. Aku tahu kau tidak mau lagi dengannya, tapi sekali ini saja kata Revano kau mengelabui-nya. Setelahnya ... dia pasti akan kembali hari ini juga ke Negaranya. Hmm ..."

Riana meremas gaunnya. "Haruskah ...." Ia mulai pertimbangkan lalu menatap sayub ke 2 sahabatnya.

Sasa mengambil ke 2 tangannya, lalu meremas jarinya. "Semua akan baik-baik saja, aku tahu perasaanmu sampai saat ini."

Riana tertawa pilu sambil menggeleng kepala. "Dunia ini benar-benar merebut semua kebahagian-ku." Setelah katakan itu dia masuk ke dalam mobil bodyguard yang sudah menunggunya.

Begitu juga dengan Sasa dan Yuta, membuat alasan pada penjaga rumah Vano, kalau Riana sedang pergi ke kantor Vano untuk menemuinya. Yah, walau penjaga gerbang tidak yakin sebab baru 1 jam yang lalu Vano berangkat.

*
*
*

Di waktu yang bersamaan, Lukky dan Puspa mencari keberadaan Riana. Bahkan Lukky dan Ibunya bertanya pada semua orang dekat dengan supermarket menggunakan foto Riana, itu karena Puspa dan Lukky yakin kalau Riana pasti tinggal di area tersebut. Katakan saja Puspa sangat ingin memeluk Putri tercintanya yang sudah lama menghilang, dan Lukky sebanarnya sangat menyesal sudah meninggalkan adiknya sendirian. Mereka berharap Riana yang tidak mengakui mereka sebagai keluarga mau memaafkan semua keselahannya.

"Saya sering melihat gadis ini dulu Tuan. Tapi saya lupa dimana itu?" kata wanita paru baya yang menenteng barang belanjaan, menuju ke perumahan elit.

"Coba nyonya ingat-ingat lagi?" Lukky berharap.

"Maaf, saya pikir ... Saya melihatnya hanya sekilas saja." Wanita itu langsung pergi, membuat Puspa dan Lukky menghela nafas lantaran kelelahan.

"Sebaiknya kau berangkat kerja Nak. Kau sudah terlambat."

"Tidak apa-apa Bu, lagian Pimpinanku belum mendatangi semua dokumen di kantor. Ayo masuk Bu, aku ingin melihat-lihat rumah di kompleks sana." Lukky sebanarnya ingin tahu apakah mantan Bos-nya masih berada di perumahan elit tersebut.

*
*
*

Riana berjalan takut-takut saat di derong masuk kedalam rumahnya sendiri oleh anak buah Pavlo, yang mana mantan suaminya sudah dari semalam menunggu di ruang tamu dan tidak memakai baju atasan, membuat Riana takut sekali melihat tubuh kekar Pavlo yang terukir bermacam-macam gambaran di seluruh tubuhnya, yang tampak terlihat seperti Dewa Mafia kelas atas.

Pavlo berikan kode tangan pada anak buahnya untuk meninggalkan rumah, lalu dia tersenyum menyeringai menatap dari atas hingga bawah penampilan Istrinya yang sangat memukau begitu indah di hadapannya.

Riana tidak membalas kontak mata suaminya, ia malah menunduk memejamkan mata lantaran ia begitu takut, takut sampai Pavlo pertanyakan di mana ia tidur semalam dan beraninya ia kabur seperti menganggap dirinya penjahat.

"Sayang, kemarilah?" panggilnya lembut mengulurkan tangan dengan kepala miring bersama senyum makna lain.

Jantung Riana berdegup kencang, ia seketika merinding mendengar suara lembut bagaikan kapas itu. Riana tidak bergerak dari tempatnya, ia tahu ini salah dan ia tahu mantan suaminya tidak akan pernah melepaskan dirinya sampai kapanpun itu.

Wajah Pavlo kian berubah melihat Riana tidak bergerak sama sekali bagaikan patung pahatan di hadapannya. "Apa kau mau aku memaksamu kemari, Istriku tercintaku?" Terdengar seperti ancaman, namun terdengar menyayat di hati.

Riana meneguk ludahnya berusaha kuat meskipun dia begitu tertekan di campur depresi akut. "Maafkan aku, suamiku. Semalam-" perkataannya berhenti. "Aahk ..." suaranya tercekat, sebab Pavlo sangat cepat menghimpitnya di tembok, membuat ke dua mata iris mereka saling bertabrakan dalam dipenuhi obsesi cinta Pavlo itu sendiri padanya.

"Aku tahu kau pasti tidur di hotel kan? Sayang, aku sangat rindu padamu. Hari-hariku begitu gelap tidak melihatmu." Pavlo langsung meraup dan mencium bibirnya, nafsunya terus menggebu-gebu seperti meminta sesuatu lebih dari sekedar ciuman sensual.

Riana terus memberontak saat Pavlo berusaha memasukkan tangannya kedalam gaun untuk menyentuh Pussy-nya. "Pav, jangan seperti ini."

"Jangan panggil namaku sayang, panggil aku Suami-mu."

"Aahk!" Suara kesakitan sebab kedua tangannya di tahan ke atas kepala. Riana terus memberontak agar Pavlo berhenti merangsang bagian intimnya. "Tidak-tidak ... aakh!" Pavlo menggigit lehernya sangat kuat, bahkan sampai menghisap darahnya.

Nafas Riana memburu kesakitan karena dianiaya dan juga di lecehkan, ia ingin teriak meminta tolong percuma juga sebab orang macam apa Pavlo ini.

Pavlo menjilati telinganya lalu berbisik sensual padanya, "Baby, aku sangat benci padamu, karena kau tidak menghargai ku sebagai suamimu, kau membuatku terlihat bodoh disini menunggumu seperti orang gila dan berteriak di jalan. Apa kau tahu dosa dan kesalahan apa yang kau perbuat pada calon Rajamu ini, hmm ...."

Pavlo kembali menggit bagian lehernya di area lain, bahkan tangannya ikut menjambak rambut Riana ke atas, membuat wajah Riana biru dan kemerahan seperti kulit kepalanya ingin lepas.

"Ini sungguh sakit, akh... aah..." ucap Riana lemah atas siksaan Pavlo padanya, namun hasrat sensualnya benar-benar di buat memuncak sampai ke ubun-ubun kepala. Ia tidak tahu apakah bekas siksaan dari mantan suaminya akan hilang sampai hari pernikahannya besok.

~~~

Di waktu yang sama di depan pekarangan rumah-Riana, ada Lukky dan Ibunya. Lukky memastikan kalau mobil yang terparkir di depan rumah tersebut adalah mobil bosnya.

"Lukky, buat apa kita kesini Nak? Rumah ini sudah ada penghuninya."

Lukky hanya diam, ia masih penasaran kenapa bos-nya bisa ada disini tanpa pengawal kantor atau pengawal kerajaan. "Ini mobil Cucu Ratu Bu. Apakah aku melanggar aturan privasinya atau tidak, tapi setidaknya aku hanya ingin sekedar menemuinya sebentar."

"Lukky, jangan gagabah Nak, nanti kau dapat masalah," nasehat Ibunya.



























BAB 45 - MENYAYAT HATI

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Is Killing Me ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang