BAB 17# Pavlo Menikahi Riana

42 4 0
                                    

*
*
*

Riana duduk melamun di atas tempat tidurnya. Perasaannya tidak keruan saat melihat acara Tv memberitakan pernikahan Sonia bersama Brian yang sangat meriah di gedung ternama. Sonia dan Brian tampak sangat bahagia memperlihatkan surat nikahnya dan juga cincin pernikahannya di awak media.

Riana meneteskan air matanya, saat Sonia dan Brian melemparkan sebuket bunga mawar merah bersama-sama, dan bunga itu di rebutkan oleh beberapa gadis dan pria lajang. Riana meremas dadanya, yang amat begitu sakit. Rasa sakit yang tidak akan pernah ia lupakan sepanjang hidupnya. Rasa sakit seperti pedang menghunus hatinya saat ini.

Ia selalu ingin untuk mati, namun tetap saja ia tidak bisa. Dia selalu gagal bunuh diri, karna Pavlo selalu datang menyelamatkan dirinya dan berujung pelecehan dan pemerkosaan terhadapnya, bahkan ruangan yang ia tempati sekarang di kelilingi oleh pagar besi, sehingga ia tidak bisa kabur dari rumah sakit itu. Ia bagaikan mayat hidup saat ini, entah kenapa ia begitu sulit untuk bangkit lagi dari keterpurukannya selama musibah dan masalah menimpanya.

Dimanakah kebahagiaannya itu? Dimana kasih sayang dan cinta itu? Kenapa ia sulit untuk menggapainya kembali, dan menerima kenyataan bahwa Brian sudah meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

Riana yang melamun sejak tadi, tiba-tiba Revano membuka pintu. Ia datang melemparkan beberapa dokumen dan beserta pulpen di atas paha Riana. "Cepat tanda tangani itu, Pavlo akan bertanggung jawab padamu."

Riana memalingkan wajahnya. "Tidak perlu," jawabnya, ia tidak mau di kasihani.

Revano mengambil dokumen itu lagi, lalu menyodorkannya secara paksa. "Jangan menolak lagi, sebelum Pavlo datang dan menyiksamu lagi. Apa kau mau Pavlo menidurimu lagi!" ancamnya.

Tangan Riana bergetar, mengambil dokumen itu di tangan Revano. Ia tampak mempertimbangkan, usai melihat judul dokumen itu.

"Setelah kau menandatangani surat ini, kau dan Pavlo akan menjadi suami istri. Rumahmu yang di sita Bank akan dikembalikan, kau bisa bersekolah di universitas ternama di Amerika selanjutnya, dan mulailah kehidupan barumu."

Riana tidak membaca isi dokumen itu, ia langsung saja menandatangani surat yang sudah lebih dulu di tandatangani oleh Pavlo.

Revano merampas dokumen itu, dan berkata. "Bersiaplah ikut denganku, aku akan antar ke pemberkatan. Tapi ingat, rahasiakan pernikahanmu ini dengan Pavlo, jangan ada siapa pun yang mengatahuinya, jika kau tidak ingin memperburuk keadaanmu lagi."

Suster berdatangan, membukakan cairan infus di tangan Riana, dan juga membuka perban di kepala Riana. Riana dan Revano pergi ke gereja saat malam itu juga.

Riana berjalan lebih dulu membuka pintu gereja, yang mana di dalam sana tidak ada lampu menyala, hanya ada banyak lilin di ruangan itu menyala di setiap jalan menuju altar.

Dan yang hadir di sana adalah pria-pria berjas, yang Riana tidak tahu siapa mereka semua. Walaupun ini adalah pernikahan kontrak, setidaknya Pavlo sudah banyak membantunya sampai disini. Pavlo sudah mengeluarkan banyak uang untuk menebus semua utang Ayahnya.

Menurutnya jika Pavlo hanya mengandalkan sekolah weslan saja itu tidaklah cukup, Pavlo pasti akan bangkrut setelahnya. Tapi ia harus apa untuk mencegahnya, Pavlo sendiri yang sukarela ingin membantunya, dan anggap sebagai hadiah sudah menidurinya.

Riana terharu melihat ruangan itu, ia tidak menyangka bahwa pernikahan yang akan di adakan lebih sederhana dan sangat menyentuh hatinya, ketimbang pernikahan yang di selenggarakan Brian bersama Sonia.

Biarawati membawa Riana menuju ruangan ganti, mereka membantunya untuk berhias. Riana menatap cermin di hadapannya, entah kenapa jantungnya sejak tadi berdegup kencang saat ini. Baginya ini seperti mimpi, tapi ini juga bukalah mimpi, ini nyata, kenyataan yang tidak perna ia duga atau terpikirkan sebelumnya.

Ia juga tidak menyangka bahwa ternyata ia berjodoh dengan kakak kelasnya sendiri, kakak kelas yang paling terpopuler dan juga indola sekolahnya. Kakak OSIS yang sering memarahinya jika ia selalu datang terlambat, dan tidak mematuhi aturan sekolah. Kakak OSIS yang tidak perna bicara padanya jika itu bukanlah hal penting. Kakak OSIS sekaligus suaminya, mereka saat ini akan mengucapkan janji suci di hadapannya Tuhan. Menikah di saat bersamaan Brian menikah.

Riana berjalan pelan membawa sebuket bunga tulip berwarna warni. Semua Biarawati melemparkan kelopak bunga mawar di atas kepala Riana yang berjalan pelan menuju Pavlo, yang sudah menunggunya. Dan ada anak-anak kecil bertengger di tangga, mereka menyanyi lagu merdu pernikahan untuk mereka.

Saat Riana berdiri di belakang punggung Pavlo, Pavlo langsung berbalik badannya, menatap Riana. Ia mengambil satu tangan Riana, lalu mengecup punggung tangan Riana yang sudah menjadi istrinya.

Riana terus terdiam melihatnya. Dia baru sadar bahwa Pavlo ternyata sangatlah tampan, lebih tampan dari pada Brian. Pavlo sangat memukau dan berkerisma, auranya itu memancarkan sosok kuat dan sangat tajam, seperti dialah sosok yang lebih kuat di banding apapun itu.

Lalu apakah dia harus bangga sekarang, karna berhasil menikahi Pavlo? Namun sangat di sayangkan, pernikahan mereka bukanlah atas dasar cinta, namun keterpaksaan. Di antara mereka tidak saling mencintai, dan pernikahan ini tidak akan bertahan lama, karna pada dasarnya ini hanyalah nikah kontrak saja. Setelah acara pemberkatan ini selesai, ia dan Pavlo akan berpisah, berpisah untuk selamanya. Ia akan pergi memulai kehidupan barunya di negara lain. Dan Pavlo entahlah?

Pastor meletakkan Alkitab di atas kepala Pavlo, saat mengucapkan janji suci pada Riana.

"Saya Pavlo Dirgantara Elister, akan menyatakan sumpahku di hadapan Tuhan, bahwa aku menikahi Riana, sebagai pertanggung jawabku padanya, tidak kurang dan tidak lebih," ucap singkat Pavlo.

Riana memejamkan matanya sebentar, lalu ikut mengucapkan hal yang sama seperti Pavlo, "Aku Riana Maxlou dalam suka dan duka untuk Pavlo yang sudah membantuku," ucap Singkat Riana.

Mereka memang tidak mengatakan hal lain seperti mempelai pada umumnya, seperti membuat sumpah tali rangkap tiga, hidup semati selamanya. (SAH)

Pastor juga paham atas Riana dan Pavlo, karna bagi Pastor menikah kontrak memang seperti itu saja sumpahnya, tidak boleh berlebihan. Karna jika mereka membuat sumpah hidup bersama sampai tua, lalu mereka melanggarnya, itu adalah dosa menginkar janji di hadapan Tuhan. Pastor juga tidak akan menyuruh mereka berciuman, ataupun memakai cincin pernikahan sebagai ikatan pernikahan.

Setelah upacara pernikahan itu selesai tidak akan ada juga berbulan madu nantinya, karna Riana akan di bawah pergi meninggalkan Pavlo, beserta meninggalkan negara ini.

*
*
*

Sasa dan Rangga meminggirkan mobilnya di tepi jalan Seberang gereja. Mereka sejak tadi keliling mencari Riana dimana-mana tapi mereka tetap saja tidak menemukan ia dimanapun itu, mereka sudah memasuki, mol, tempat penyewaan rumah, dan bahkan masuk ke dalam-dalam pasar, karna mungkin saja Riana dan Ibunya sedang berbelanja membeli beberapa sayur-sayuran. Dan lebih parahnya lagi mereka juga pergi kekantor polisi untuk melapor kehilangan Riana, yang bisa saja polisi itu mengatahuinya. Namun polisi itu tidak juga tahu.

Sasa mencoba lagi menelpon nomor Riana, atau mengirimkan pesan lewat akunnya seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan Email. Namun saat ini Riana masih belum membaca pesannya itu.

"Dimana kita mencarinya lagi. Aku lelah, kalau kayak gini lebih baik kita pergi ke acara pesta pernikahan itu, disana aku bisa makan sepuasnya," kata Rangga mengeluh, karna sejak tadi belum makan apapun.

Sasa memarahinya. "Diamlah. Aku tidak akan bisa tenang kalau aku belum bisa menemukan Riana."

Love Is Killing Me ✓Where stories live. Discover now