BAB 33 - KAU MILIKKU

27 0 0
                                    

Revano sangat panik, sambil menyentuh pergelangan tangan Pavlo untuk memeriksa denyut nadinya. "Pav, Pav, kau kenapa?" Revano berusaha memastikan Pavlo baik-baik saja.

Yustine lompat melewati meja poker untuk ikut melihat kondisi Pavlo yang tiba-tiba seperti itu, dan baru kali ini Pavlo pingsan. "Rev, tenanglah, dia sepertinya baik-baik saja. Mungkin dia mabuk, atau kurang darah. Kan kau tahu sendiri dia ini jarang tidur," kata Yustine bicara konyol.

"Sorry Sir, our meeting ends here. I will take my master to the hotel first to rest. he seems tired," ucap Dion untuk mewakilkan.

'It's okay Sir, I'm happy to work with you. sometime let's meet again, another time.'

Dion dan tamu itu langsung berjabat tangan, dan Pavlo sudah di bawah pergi oleh Revano dan Yustine meninggalkan Dion yang nanti akan menyusul mereka.

Pavlo di bawah ke sebuah hotel yang dekat dengan Club, dan kedua kawannya pergi meninggalkannya sendiri. Yang entah kenapa kawannya itu tiba-tiba ada urusan penting.

Pavlo sudah mulai sadar, dan tubuhnya merasakan sensasi panas namun menggigil juga. Bahkan tiba-tiba miliknya ikut menegang, sampai membuat kepalanya sangat sakit, seperti hasratnya itu menggorogoti jiwanya. Nafsu membara yang tidak tertahankan selalu saja memaksanya untuk segera di tuntaskan.

Pavlo membuka baju atasannya, lalu melemparnya ke dasar lantai. Ia duduk di tempat tidur sampai-sampai tubuhnya berkeringat berlebihan, padahal AC di kamar itu sudah full namun kenapa dia masih merasakan tubuhnya ada yang tidak beres. Tidak mungkin ia menuntaskan hasratnya sendirian. Ia belum perna masturbasi sendirian seperti itu. Tidak, ia hanya butuh Riana sekarang untuk membantunya. Namun Riana tidak ada di sini.

Sonia berpakaian lingerie transparan berjalan di sepanjang koridor kamar hotel. Tubuhnya yang montok itu sangat menggairahkan di pandang, ia memakai sepatu ber-hak tinggi bagaikan seorang model di atas panggung berjalan. Setiap ada pria berjalan bersama kekasihnya, orang itu pasti akan memberinya kode dengan suara siulan nyaring. Sampai-sampai kekasih wanitanya marah-marah di sana.

Memang tidak di ragukan lagi tubuh Sonia bak bahenol, wanita janda kesepian yang membutuhkan belaian seorang pria saat ini. Sonia sangat yakin dan percaya diri, bahwa malam ini Pavlo mau tidak mau pasti akan tetap menidurinya sampai besok.

Itu karna ia sudah memberikan obat perangsang dengan dosis yang sangat banyak. Jika Pavlo tidak segera menuntaskan hasratnya ia akan menderita dan impoten untuk selamanya. Itulah yang di pikirkan Sonia sambil membuka pintu kamar Pavlo yang tidak di kunci sama sekali.

Pavlo geram melihat Sonia masuk ke kamarnya, dan berani sekali ia berjalan menghampirinya sambil membuka baju dan sepatunya perlihatkan tubuh telanjang tanpa sehelai apapun di sana, dan Pavlo yang tidak tahan Sonia menggodanya, seperti ingin menerjangnya saja. Bahkan nafasnya terus naik turun tidak beraturan di atas tempat tidur, sambil menyentuh otot perutnya.

Sonia mengelus perut Pavlo bagaikan menggelitik, agar Pavlo jangan diam saja melihatnya dengan tatapan tajam, sampai matanya itu terlihat merah dan menusuk memandangnya.

Tubuh Pavlo bergetar hebat ia sangat ingin meninju perut Sonia, sampai terpental dan mati di hadapannya. Beraninya Sonia memberinya obat perangsang lalu datang padanya bagaikan seorang pelacur murahan. Padahal Sonia ini masih punya hubungan keluarga dengan istri tercintanya yaitu-Riana.

Sonia menyentuh bibir Pavlo begitu sensual. "Pav, kenapa kau diam saja." Sonia terus menarik tangan Pavlo untuk meremas payudara montoknya, namun Pavlo yang sangat kuat itu tidak mau menggerakkan sedikitpun tangannya, dan hanya memandangnya begitu jijik, seperti tubuhnya itu begitu kotor.

"Pav ... Aku mencintaimu, Pav-"

Pavlo menggesek giginya sampai terdengar nyaring, dan sangat ngilu di telinga Sonia. "Apa kau ingin mati," tandasnya mengancam.

Sonia hanya tertawa meresponnya. "Pav, aku hanya ingin membantumu saja, bukankah meniduriku saja, maka semua masalah yang terjadi padamu saat ini akan hilang? Aku beritahukan padamu Pav, jika kau tidak segera berhubungan sex denganku, maka milikmu itu akan impoten untuk selama-lamanya. Kemarikan tanganmu Pav, sentuh milikku ini!" Sonia terus bicara cabul dan sangat kotor di pendengaran Pavlo.

Sonia memajukan mulutnya, ia ingin mencium dan melumat bibir Pavlo yang basah dan merah itu. Saat itu terjadi, Pavlo malah membalik tubuh Sonia di bawahnya, seperti menindihnya. Sonia terus tertawan pekik, karna dia tahu Pavlo akan menidurinya.

"Kau ingin tubuhku," kata Pavlo dengan suara serak dan basah.

Sonia merangkul leher Pavlo. "Ayo, Pav, puaskan aku sampai besok."

Pavlo menyeringai sampai gigi ginsunya kelihatan. "Baiklah sayang." Pavlo membuka celana, tapi bukan mengeluarkan penisnya, melainkan pistol berisikan peluru ke arahkan samping mengenai kepala Sonia.

Sonia tersentak kaget, sampai ia menelan ludahnya kasar. Ternyata Pavlo bukan ingin menidurinya, melainkan ingin membunuhnya.

Dek! Dek!

"Pa ... Pavlo apa yang ingin kau lakukan?" gagu Sonia dengan mata melebar, sambil melirik pistol menyentuh samping kepalanya.

Pavlo tertawa cekikikan melihatnya. "Seharusnya aku sudah membunuhmu sejak lama Sonia. Kau pikir aku tidak tahu rencanamu barusan? Hahahah ..." Tawa gila Pavlo sampai menggema di sana. "Aku sudah tahu apa yang akan kau lakukan padaku, kau kira mereka yang kau suruh barusan tidak melaporkan semua perbuatanmu padaku pe-la-cur. Aku disini bosnya, aku pemilik Club ini, tidak ada yang berani padaku, kecuali kau yang beraninya melarutkan obat itu. Sini aku tatakan, minuman botol itu sudah di tukarkan, dan memberikannya pada mantan suamimu. Lihat suamimu di samping kamarku, dia sedang menikmati tubuh jalangnya lagi. Luar biasa bukan?"

Sonia meneteskan air matanya, dia sangat menyesal sekarang. Ternyata Pavlo bukan orang sembarangan yang mudah dia jebak begitu saja. "Pa .... Pav, maafkan aku sekali ini saja. Aku berjanji tidak akan mengusik hidupmu lagi. Tolong jangan bunuh aku Pav? Terserah kau mau apakan aku, asal kau jangan bunuh aku," harap Sonia bagaikan pengemis.

"Cih, cih, Sonia, Sonia, apa lagi yang aku harapkan darimu, selain Adik sepupumu saja yang aku inginkan. Sebelum aku membuat otakmu hancur disini! Aku ingin katakan kebenarannya padamu, bahwa aku sudah menikahi Riana sejak kau menikah dengan Rafka si penghianat itu. Riana adalah Istriku, sekaligus calon Ratu Britania masa depan. Setelah Riana lulus kuliah ... Aku akan katakan tunjukkan pada dunia bahwa Rianalah yang berhak menjadi Ratuku kelak, bukan Clara, sahabat murahan mu itu. Aku punya segalanya untuk menjatuhkan siapa pun itu, dan jangan berpikir aku yang tunduk begini pada orang tuaku, suatu saat aku tidak membunuhnya juga. Tenanglah aku akan membunuh orang tuaku, agar tidak ada yang menghalangi ke inginkan terbesarku untuk mencintai Riana," tandasnya. Sampai-sampai membuat Sonia menangis tidak percaya bahwa Riana yang menghilang selama ini sudah menikah dengan Pavlo.

Love Is Killing Me ✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt