Marahnya seorang Bima.

2 0 0
                                    

Fatimah sudah bekerja di rumah Saskia, hal itu membuat Saskia ada teman berbincang lagi selain Bima di rumah.

Gadis itu bermain dengan Aksara di taman rumah, esok puasa dan malam ini Saskia sudah mengundang keluarga Bima dan teman teman Bima untuk hadir menemani Bima.

Gadis dengan gamis peach itu bermain dengan Aksara dengan penuh telaten, Bima tadi izin ke Mariana sebentar ada urusan dengan Fajar katanya.

Saskia berjalan mendekati gadis itu pelan, "Fatimah".

Panggilan itu membuat Fatimah yang terduduk mendongak, "Iya kak?".

Saskia ikut duduk, wanita itu memakai burka, "Fatimah ada suka dengan lelaki?".

Fatimah terdiam lalu menggeleng, Saskia faham gadis itu berbohong, ia bertanya lagi, "Fatimah ada suka dengan lelaki?".

Mendapat pertanyaan itu lagi kini Fatimah mengangguk.

"Siapa?," tanya Saskia membuat Fatimah terkekeh, "Tidak tahu".

Saskia mengusap pelan lengan gadis itu, "Menikahlah dengan Bima".

Kaget bukan main saat Fatimah mendengar itu, ia menatap kaget pada Saskia yang berucap tenang seperti itu, wanita memakai burka itu tampak tenang sekali saat mengatakan itu padahal itu hal yang begitu menyakitkan.

"Kakak bilang apa sih?".

Saskia berhembus nafas pelan, "Aku sakit, aku gak kuat lagi, sekiranya kamu mau menikah dengan Bima sesudah aku benar benar meninggal, sayangi Aksara".

Fatimah menggeleng, "Buat apa kak?".

Tak sadar air mata Saskia menetes, "Aku sakit trombosis arteri dan udah parah Fatimah".

"Kak Bima pasti bakalan terima kakak kok, Fatimah yakin, kak Saskia jangan pinta Fatimah yang aneh aneh".

Saskia faham Fatimah mencintai Bima, "Aku tau kamu cinta sama Bima".

Fatimah mengerutkan kening, "Yang suka kak Bima bukan Fatimah aja kak, kak Saskia jangan mikir begitu".

"Kak Saskia bisa sembuh".

"Aku udah gak bisa sembuh".

Saskia menggeleng, "Tolong menikah dengan suami aku sesudah aku meninggal".

"Sungguh aku wanita ikhlas akan ini semua, yakinlah Bima lelaki yang baik hati dan tutur katanya Fatimah, menikahlah dengannya nanti".

Fatimah melihat Saskia yang kini membuka burkanya dan menampilkan wajah dengan luka bakar wanita itu di sebelah kiri, wanita itu cantik namun tak mulus. Fatimah sedikit kaget .

Saskia tersenyum mengusap tangan Fatimah, "Kalau aja kamu gak lakuin itu entah sesedih apa aku".

"Ini amanahku untukmu Fatimah, jaga Aksara dan besok penuhi batin Bima, jadi istri yang berbakti untuknya".

Fatimah hanya terdiam dan meneteskan air matanya, namun tak sadar Bima mendengar itu dari balik pintu masuk taman, lelaki itu meringkuk.

Ternyata Saskia yakin pada Fatimah yang baru saja ia kenali dengan kebaikannya itu, Bima mengusap air matanya yang menetes begitu saja, sungguh rasanya sesak menyelimuti tubuhnya saat ia mendengar ucapan itu pada istrinya.

Ia kembali berdiri dan memasuki taman dengan berusaha menutupi apa apa saja yang ia dengar, Saskia menatapnya.

Lelaki itu duduk di kursi dekat meja dengan tatapan sendu menghadapnya, "Ayo masuk nanti dingin!".

Ajakan itu membuat Fatimah merasakan getaran pada dirinya, buktinya Bima benar benar mencintai Saskia apa adanya, bagaimana bisa Saskia memintanya menikah dengan lelaki yang sungguh sungguh punya cinta sejati.

Ketika Allah MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang