³log 8 × ²log 81

137 5 0
                                    

12

____

~ Gue selalu berusaha terlihat sempurna di hadapan semua orang, hingga gue lupa betapa hancurnya hidup gue ~

____

Happy Reading 🍓🍓🍓

•••

Ritma tertawa miris melihat dirinya di cermin. Rambut indah yang selalu dirawat sedemikian rupa terlihat sangat berantakan. Ia memegang rambutnya dan menyisakan helaian rontok di telapak tangannya. Darah yang sudah mengering juga menghiasi pelipisnya.

Gadis itu memukul dinding kamar mandi. Ia membenci ketidak berdayaannya. Ia membenci kelemahannya. Ia membenci kepalsuannya. Ia membenci semua yang ada pada dirinya. Entah dosa apa yang sudah di perbuat, hingga Ia harus menjalani kehidupan yang seperti neraka.

"GUE BENCI SEMUANYA." Gadis itu memukul dadanya yang terasa sesak. Ia lelah dengan semuanya.

Ritma beralih menuju sower dan membasuh dirinya disana. Bahunya bergetar dengan air mata yang terus mengalir. Ia terduduk dibawah guyuran air dengan berjuta rasa sakit.

Setelah puas di kamar mandi selama satu jam, Ritma keluar dengan wajah yang sangat pucat. Matanya terlihat membengkak dan memerah. Ia mengambil plester dalam laci untuk menutupi luka di pelipisnya.

Gadis itu beranjak menuju meja belajar, bagaimanapun Ia tetap harus berjuang untuk seleksi olimpiade. Ia tidak boleh gagal. Sebenarnya ada rasa takut di hatinya, mengingat Loga yang sangat aktif saat pelatihan. Bahkan cowok itu selalu mendapatkan skor tinggi saat mengerjakan soal. Kemampuan cowok itu memang tidak bisa diremehkan.

Ritma merasakan sesuatu saat meraba isi tasnya. Paperbag kecil pemberian cowok itu. Ia mengeluarkan sebuah novel dari dalam sana. Novel yang sama persis dengan novel yang Ia inginkan saat di Gramedia. Apakah mungkin cuma kebetulan?

"Selesai olimpiade nanti gue baca deh," gumamnya lalu menyimpan novel tersebut dalam laci meja belajar.

🍓🍓🍓

Loga baru saja akan memasukkan motor sportnya ke dalam garasi. Tetapi terhenti saat ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ia mengangkat panggilan tersebut.

"Apa?"

"Markas diserang bos."

Tanpa menjawab Loga langsung mematikan panggilan sepihak. Ia memutar motornya menjauhi perkarangan rumah. Motor sport hitamnya dilajukan dengan kecepatan sangat tinggi. Sepertinya ada yang ingin bermain-main dengannya.

Loga terus mengendarai motornya seperti orang kesetanan. Ia tidak memperdulikan teriakan beberapa pejalan kaki yang terkejut akibat deruman motornya.

Motor tersebut akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan tua. Disana sudah terjadi pertengkaran yang sangat sengit. Loga turun dari motor lalu sedikit merapikan rambutnya. Ia tersenyum smirk saat mendekati lokasi keributan.

"Lo emang ga ada kapok-kapoknya," desis Loga dengan tatapan tajamnya.

Cowok yang baru saja melumpuhkan lawannya menoleh ke sumber suara. Ia tersenyum miring. "Akhirnya lo dateng juga."

"Maksud lo apa nyerang markas gue?!" Bentak Loga dengan emosi yang memenuhi kepalanya.

"BANCI ANJING! KALAU EMANG MAU BERANTEM HARUSNYA DI LAPANGAN," timpal Saka yang masih berusaha melumpuhkan lawannya. Bahkan Ia melawan dua musuh sekaligus.

LOGARITMA Where stories live. Discover now