²log 8 × ⁸log 16

191 9 0
                                    

04

Happy Reading🍓🍓🍓

______

Pagi ini kelas XI IPA 1 tampak hening. Semua murid hanya diam dengan kesibukan masing-masing. Ada yang sibuk memperhatikan pembelajaran. Ada yang sibuk dengan handphone yang di sembunyikan di bawah meja. Ada yang sibuk mencuri-curi waktu untuk memakan ciki-cikinya. Dan ada juga yang sibuk dengan alam bawah sadarnya.

Pagi itu mereka diajar oleh Pak Indra, guru matematika kebanggaan Banuratja. Sistem pembelajaran yang diterapkan pak Indra adalah sistem diam. Terserah apa yang dilakukan muridnya, yang penting tidak ada yang berisik. Kalau terdengar sedikit suara saja, Pak Indra tidak segan-segan menghukum mereka. Walaupun dibebaskan, tetap saja setiap murid akan ketar-ketir jika Pak Indra membuka sesi tanya jawab.

"Intinya jika muncul maksimum atau minimum maka gunakanlah turunan pertama dari fungsi. Kalau fungsinya belum jelas, diperjelas. Kalau fungsinya ada dua variabel buat jadi satu variabel supaya bisa diturunkan. Ketika menurunkan, kalian tetap wajib membuat diagram tanda seperti ini." Pak Indra menunjuk salah satu diagram di papan tulisnya. "Supaya ketahuan mana titik balik maksimumnya, mana titik balik minumumnya."

"Eh Ca." Keyli menyenggol lengan gadis disebelahnya. Sehingga gadis yang sedang sibuk dengan Handphone nya itu menoleh.

"Apa?" Tanya Caca bingung.

"Lo paham sama yang dijelasin Pak Indra?" Keyli bertanya dengan sedikit berbisik. Bahaya jika terdengar Pak Indra.

"Engga lah." Caca menjawab dengan gerakan mulut seraya menggelengkan kepalanya. Lalu ia kembali menunduk untuk melanjutkan aktivitasnya di salah satu aplikasi chatting. Biasalah si paling bucin!

Jawaban dari Caca membuat Keyli menghela nafas lega. Seenggaknya bukan hanya dia yang tidak paham. Jadi kalau nanti ada pertanyaan, dia punya teman yang juga tidak bisa menjawab.

Seorang gadis yang duduk di bangku paling depan terkekeh mendengar suara bisikan dari bangku belakangnya. Walaupun yang dibicarakan mereka tidak terdengar, tetapi suara bisikan itu tetap terdengar. Untung saja tidak sampai ke telinga pak Indra.

Kebetulan Ritma duduk di paling depan bersama Maudy yang merupakan anak dari kepala sekolahnya itu. Lalu kedua sahabatnya duduk di belakang mereka.

"Sekarang saatnya sesi tanya jawab." Lontaran kalimat nyaring dari Pak Indra mampu membuat semua murid mendongakkan kepala. Mereka berusaha bersikap tenang, padahal dalam hati sudah khawatir.

"Silahkan angkat tangan bagi yang bisa menjawab. Jika tidak ada, maka akan saya pilih secara acak berdasarkan absen," ujar Pak Broto seraya menulis soal di papan tulis.

"Ketinggian sebuah peluru yang ditembakkan ke atas pada saat t detik dirumuskan dengan h(t) = 36t-3t² (dalam meter). Ketinggian maksimum peluru tersebut adalah ... meter"

"Masih soal standar. Adakah yang bisa mengerjakan ke depan?" Hampir semua murid menundukkan kepala. Bagaimana bisa? Mereka saja sedari tadi sibuk dengan kegiatan masing-masing. Berbagai doa mereka lontarkan dalam hati, semoga sang juara kelas bersedia menyelamatkan nasib mereka.

Dua orang gadis mengangkat tangan dengan serentak. Sadar akan itu, mereka saling menoleh dengan tatapan mengintimidasi.

"Baiklah karna ada dua orang yang angkat tangan. Silahkan Maudy kerjakan soalnya, kemudian Ritma yang akan menjelaskan." Bukan rahasia lagi jika kedua gadis itu kerap bersaing dalam bidang akademik. Tetapi tetap saja Ritma selalu lebih unggul.

LOGARITMA Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon