15. Honey is Dripping From His Eyes

2.3K 486 78
                                    

"Aku juga mau punya Dosen seperti Prof!" Ningning berseru sebal. Menatap layar ponsel yang menunjukkan channel milik Loey, tidak melakukan livestreaming sebab si pemilik akan pergi berkencan hari ini.

"Kau tidak dengar apa kata Tao? Prof itu pelit nilai!" Yuqi berusaha untuk menyadarkan temannya yang tengah dimabuk wajah Professor.

Dihadiahi dengan lirikan sinis, Ningning dengan sabar menjelaskan, "Coba deh bayangkan, setiap hari melihat Professor, lalu ketika pulang bisa melihat wajah suaminya, terus kalau beruntung bisa melihat mereka berdua bersama. Dunia ini tidak terpaku dengan nilai akademis. Kalau kita bahagia hanya dengan melihat wajah mereka, ya kenapa tidak?"

Lalu, perempuan berdarah Tiongkok itu menutup wajahnya frustrasi, "Kenapa sih Professor harus mengajar di Kampus nomor satu?! Aku yang bodoh ini hanya bisa masuk ke Kampus nomor dua!"

Melihat temannya yang sudah tak terselamatkan, Yuqi memilih untuk menyerah. Menarik perempuan itu untuk masuk ke kafe yang berada di area kampus mereka, berhubung langit mulai mendung.

Suara terkesiap di sebelahnya, membuat ia menoleh cepat, "Kenapa? Kenapa? Kenapa?"

Lengan Yuqi langsung ia peluk. Lalu, berbisik, "Itu Prof," tunjuknya ke pria di depan mereka. Memakai blazer cokelat sepaha dan turtleneck rajut berwarna cream. Rambut hitam yang terlihat lembut, bergerak tiap kali kepala itu menoleh. Tanpa memakai kacamata yang biasa bertengger manis di badan hidung, dan masker putih yang sudah turun ke area bibir.

Di sampingnya, pria lain dengan tinggi menjulang berdiri. Yang mana sudah bisa mereka tebak siapa. Ketika dua orang ini livestreaming berbelanja beberapa waktu lalu, mereka kira Professor termasuk ke kategori pria dengan tinggi kurang. Tapi, saat dilihat secara langsung, Professor bahkan lebih tinggi dari mereka berdua. Memang Loeynya saja yang ketinggian.

Berusaha setenang mungkin, dua perempuan itu ikut mengantre di belakang dua pria tersebut. Sekilas, Baekhyun menoleh ke belakang menatap mereka. Tapi, langsung kembali melihat ke depan.

Chanyeol melirik jendela kafe yang mulai dipenuhi dengan rintik hujan. Lalu, sedikit membungkuk untuk berbisik, "Hujan. Tiketnya bagaimana?"

Pria yang lebih tua mendongak. Bibir tersenyum. Tangan kanan naik mengelus sekilas pipi kekasihnya, "Tidak apa-apa."

Selangkah demi selangkah mereka ambil ketika antrean mulai memendek. Baekhyun menoleh mencari tempat duduk untuk mereka berdua. Ketika sudah giliran mereka yang memesan, ia keluar dari antrean karena ingin menjaga tempat yang ia temui agar tidak diambil orang.

Melihat itu, pergelangan tangan Baekhyun langsung diraih, "Baby," Chanyeol tarik pelan, masuk ke personal space yang seharusnya ada, lalu melepas pergelangan tersebut hanya untuk berganti melingkar di pinggang, "Mau apa?"

Di belakang, Ningning sudah memukul-mukul lengan Yuqi karena gemas. Yang menjadi samsak tiba-tiba, hanya bisa menghela napas pasrah. Kemudian, mendorong perempuan itu untuk pergi duduk saja, yang langsung dituruti.

Ningning tidak menyangka, meja yang ia pilih ternyata bersebelahan dengan meja yang Baekhyun tandai sedari tadi. Karena ketika ia duduk, pria itu menyusul melewati belakang kursinya untuk duduk di meja sebelah. Dalam hati, perempuan tersebut sudah berteriak berguling-guling karena girang bisa melihat lebih lama idolanya dari dekat. Di luar, Ningning tetap membuat wajah kalem seperti perempuan bangsawan. Walau sesekali, dia akan melirik ke arah pria tersebut.

Masker yang melekat di wajah, Baekhyun lepas. Menyilangkan kaki, ia merogoh saku untuk mengambil ponsel. Mengecek email yang masuk. Memastikan orang-orang yang ikut penelitiannya kemarin sudah mengirim bahan-bahan mereka agar bisa Baekhyun cek nanti.

Ketika menyadari Chanyeol yang mulai berjalan ke arahnya, layar ponsel langsung dikunci. Baekhyun menatap dengan senyum di wajah.

Everyone can see, honey is dripping from his eyes.

Sipit itu berbinar penuh dengan afeksi dan cinta. Tak mengalihkan pandangan, bahkan ketika kekasih mudanya duduk di kursi yang berhadapan.

"Apa habis ini kita langsung cari makan saja?" tanya Chanyeol.

Baekhyun mengangguk, "Boleh. I'll listen to you."

Bibir bawah dijilat pelan. Meraih tangan kiri Chanyeol. Membuat cincin di jemari mereka beradu ketika saling menggenggam.

"Ngomong-ngomong," Chanyeol menarik tangan yang lebih kecil agar bisa disentuh oleh bibir, "Aku bilang ke penontonku kalau kau suamiku."

Senyum di wajah Baekhyun kembali mengembang, "Kalau begitu, kau istriku?"

Yang lebih muda terkekeh.

Membuat hati Baekhyun terasa meleleh dari suara rendah yang masuk ke telinga. Sorot mata melembut. Genggaman tangan mengerat, "Mau menikah sungguhan denganku?"

Mata almond menatap lurus, "Bagaimana denganmu?"

Dengan tangan yang bebas, Baekhyun berpangku dagu. Menatap wajah itu dengan lekat, "Yeol-ah, kau masih harus bertanya?"

Kali ini, Chanyeol yang tersenyum lebar.

"I'm all yours," bisik Baekhyun.

Bersambung.

"Honey is dripping from his eyes."

When your love is obvious in the twinkling of your eyes, making it seem as if honey would drip from your eyes.

US [ChanBaek]Where stories live. Discover now