Terkejut

234 19 3
                                    


"Gue harus gimana? Gue gak punya temen, siapa yang harus gue hubungi?" Zevanya menggigit kukunya cemas. Dia bingung harus ngabarin ke siapa. Dirinya di Bandung baru dua Minggu. Belum mempunyai teman. Di tambah sekarang dia harus berurusan dengan laki-laki yang baru ia kenal kemarin. Tapi, seharusnya tidak mengeluh bukan? Bukankah dirinya yang mau masuk ke lubang masalah ini?.

Seorang dokter berjalan menghampiri Zevanya yang tengah duduk sembari gelisah. Dokter itu terus memperhatikan Zevanya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dokter bingung kapan Xabiru punya teman perempuan? Dan keluarga Xabiru juga tidak membolehkan putra-putra nya mempunyai seorang kekasih dari kalangan rendah. Siapa dia? Dia seperti bukan dari kalangan atas.

"Ehem" dokter itu berdehem. Zevanya tersadar dan mengangkat wajahnya menatap sang dokter yang menangani Xabiru.

"Dok"

"Kamu pacarannya Biru?" Tanya dokter itu.

Zevanya gelagatan bingung harus menjawab apa.

"Bagaimana keadaan Xabiru?" Zevanya mengalihkan pertanyaan tadi.

"Dia baik-baik saja. Saya tidak akan bicara banyak. Saya sudah menghubungi keluarganya. Saya tidak ada hak untuk ngasih tau kamu. Jadi, urusan kamu udah selsai. Kamu bisa pulang, terimakasih sudah menolong Biru."

Zevanya mengerutkan keningnya bingung. Sebenarnya siapa Xabiru ini? Kenapa hidupnya sangat privasi? Tapi dirinya sadar diri. Siapa dia, hanya orang yang kenal dengan Xabiru satu hari lalu.

Zevanya membuang napas nya panjang.

"Baik terimakasih. Tapi bagaimana keadaan Galang.?" Tanya Zevanya sebelum pulang.

"Dia juga baik-baik saja. Baru saja pulang, keluarga yang jemput."

Zevanya semakin bingung. Kenapa Galang pamit tidak bilang-bilang? Dan kenapa tidak menunggu atau menanyakan keadaan Xabiru. Bukankah Xabiru adalah teman dekat nya?

Zevanya hanya mengangguk. Setelah itu dia pamit dan berjalan keluar. Urusannya udah selesai. Sekarang dia serahkan Xabiru kepada keluarga nya. Saat Zevanya belum jauh dari kamar rawat Xabiru Zevanya membalikan badannya saat mendengar seorang remaja yang menangis di pelukan sang dokter tadi.
Zevanya tambah bingung. Iya benar memang ia akui kalau dia pantas bingung. Ia baru kenal Xabiru kemarin. Tapi dengan kejadian ini Zevanya penasaran ingin masuk lebih dalam ke kehidupan laki-laki yang baru ia kenal kemarin.

Zevanya berniat tidak jadi pergi. Dia menguping pembicaraan laki-laki itu dan dokter tadi.

"Om gimana keadaan Bang Biru?" Tanya laki-laki itu sembari menangis histeris.

"Syuttt, jangan nangis dulu. Masa kamu lemah, tapi Abang kamu kuat."

"Papa dan Bunda kamu mana?" Tanya dokter itu sembari melihat-lihat ke arah belakang walaupun dia tau yang sebenarnya.

"Papa dan ibun ke Jogja lagi ada pekerjaan di sana sekalian jenguk Bang Sean. Aku dari sekolah langsung ke sini. Aku di kasih tau sama Bang Gelang." Jelas Xavier.

"Aku gak tau Om Tadi pagi papa bilang Bang Biru baik-baik saja dan berangkat sekolah seperti biasa. Yang sialnya aku percaya begitu saja tanpa mengecek keadaan Bang Biru lagi." Sambung Xavier.

"Jangan benci Ayah kamu nak" ujar sang dokter sembari mengelus lembut rambut Xavier.

"Aku berhutang nyawa pada Bang Galang Om, kalau Bang Galang gak bawa Bang Biru ke rumah sakit. Mungkin sudah " Xavier tidak bisa melanjutkan bicaranya. Sakit, sungguh malang nasib kakaknya.

Zevanya yang mendengar itu matanya melotot. Kenapa Galang bicara dia yang menyelamatkan Xabiru? Kan jelas-jelas dia yang menolong nya bahkan Galang sendiri.

Xabiru Where stories live. Discover now