Epilog

34K 1.3K 30
                                    

Denish fokus mengemudi sedangkan Dinda duduk dengam nyaman di bangku sampingnya. Mereka baru saja menghadiri pernikahan Haris. Ya, Haris, mantan suami Dinda.

Dinda sudah berdamai dengan mantan suaminya itu. Bahkan Haris sendiri yang datang padanya untuk meminta maaf secara langsung. Dinda bisa melihat penyesalan di wajah mantan suaminya itu apalagi saat Dinda memberitahu bahwa Davin sudah tiada.

"Mau hadiah apa wisuda nanti?" Tanya Denish. Jadwal wisuda Dinda 2 minggu lagi dan Denish masih kebingungan akan memberikan hadiah apa pada wanitanya ini.

"Cincin kawin" gumam Dinda tanpa sadar, ia sedang berbalas pesan dengan Lily. Adik perempuan Denish yang tak lama lagi akan menikah.

Ciiittt!

"De..." Jantung Dinda dibuat berdetak tak karuan saat Denish mengerem mobilnya dengan tiba-tiba. Ponsel yang tadi Dinda pegang  bahkan sampai jatuh terlempar.

"Maaf" sesal Denish. Beruntungnya jalan yang mereka lewati cukup sepi. Ia menepikan mobilnya dipinggir jalan lalu memungut ponsel Dinda.

Denish mengelus bahu Dinda, mencoba menenangkan wanitanya yang terlihat masih syok.

"Lagian kamu, omongannya bikin aku kaget" ucap Denish.

"Emang aku bilang apa?" Tanya Dinda heran.

"Kamu enggak sadar?" Denish balik bertanya, yang mendapat gelengan kepala dari Dinda. Wanita itu merasa sejak tadi ia fokus dengan ponselnya, sama sekali tak bicara dengan Denish.

"Waktu aku tanya kamu mau hadiah apa untuk wisuda" ulang Denish mencoba mengingatkan tapi dari wajah Dinda yang terlihat keheranan sepertinya benar perempuan itu tadi tak mendengarkan ucapannya.

"Lho, kapan kamu tanya itu?" Dinda benar-benar tak sadar, kapan Denish bertanya seperti itu?

"Tadi, terus kamu bilang minta cincin kawin" jelas Denish. Dinda terdiam, wanita itu tampak berpikir sebelum suara tawanya terdengar. Dinda tertawa terbahak-bahak sambil sesekali memukuli bahu Denish.

"Din..."

Dinda mencoba menghentikan tawanya, ia berdehem pelan sebelum mulai berbicara.

"Kayanya kamu salah paham, De" ucap Dinda, ia membuka ponselnya lalu menunjukan isi pesan-pesan yang ia kirim kepada Lily. Dimana mereka memang sedang membahas perihal cincin kawin Lily.

"Tapi, boleh juga sih kalo mau ngasih cincin kawin" ujar Dinda. Maksudnya hanya sebagai candaan tapi tentu saja Denish menangkapnya berbeda.

"Ayo jalan lagi, De. Keburu sore ini aku mau nemenin Lily pilih cicin"

"Iya nyonya, iya"

*****

Denish mematut dirinya di depan cermin. Dengan mengenakan kemeja batik satu motif dengan bawahan kain rok kebaya yang Dinda pakai, ia akan menghadiri wisuda wanitanya.

Sebelum itu Densih mampir ke  sebuah toko bunga, mengambil pesanan bunganya. Satu buket besar bunga mawar merah sesuai request Dinda, wanita itu sendiri yang minta ingin dibelikan buket mawar merah yang besar untuk wisudanya.

"Wah, besar banget" Dinda berseru kegirangan, Denish benar-benar mengabulkan permintaanya. Papa Yunan dan keluarga Denish yang lainnya juga turut hadir dan memberikan Dinda ucapan banyak hadiah, tapi yang paling spesial tentunya bunga pemberian Denish. Ia sengaja hanya minta dibelikan bunga kepada Denish. Karena Dinda bisa membeli barang-barang untuk dirinya sendiri sedangkan bunga, aneh saja rasanya jika ia membeli buket besar bunga untuk dirinya.

"Makasih, Dede" Dinda memeluk erat tubuh Denish lalu tanpa ada rasa malu ia berjinjit, memberikan sebuah kecupan singkat di pipi Denish.

"Ayo foto, De" ajak Dinda menarik tangan Denish untuk mencari spot foto. Hari itu Dinda banyak mengambil foto bersama Papanya, teman-teman, keluarga Denish yang sudah ia anggap seperti keluarha sendiri dan juga tentunya dengan Denish sendiri.

Setelah Dinda puas Denish merangkul bahu Dinda menuju parkiran, ia akan pergi ke restoran untuk merayakan kelulusan Dinda. 

Mereka baru duduk dan bahkan belum memesan makanan saat Denish tiba-tiba menyodorkan kotak perhiasan kecil berisi sebuah cincin ke hadapan Dinda.

"Dinda, ayo kita menikah!"

Dinda hanya diam, menatap cincin dan wajah Denish bergantian. Setelah cukup lama menunggu dan Dinda masih tetap diam, Denish menutup kembali kotak cicin itu lalu kembali ia masukan ke dalam saku kemejanya.

Keduanya hanya diam, keadaan sekarang mendadak canggung. Dinda yang sejak tadi menunduk segera mendongkakkan kepalanya mendengar gesekan kursi di depannya. Denish telihat berdiri lalu pergi begitu saja.

"De..." Panggil Dinda, dengan langkah yang tak terlalu lebar karena menggubakan kain batik, Dinda mencoba mengejar Denish yang berjalan keluar menuju parkiran.

"Denish, ih!"

Dinda mengikuti Denish yang duduk bersandar di kap depan mobilnya.

"Aku mau kok menikah sama kamu" Dinda berucap pelan tapi dengan jarak sedekat itu tentu saja Denish bisa mendengarnya.

"Tapi..." Bahu Denish kembali melemah, ternyata masih ada tapinya.

"Tapi apa?" Tanya Denish tak sabaran.

"Apa kamu mau tunggu aku sebentar lagi?"

"Maksud kamu?" Denish mengernyitkan dahinya heran.

"Aku cuma mau nikmatin sebentar masa bebasku sebelum nanti aku fokus dengan kamu" ujar Dinda.

"De..." Dinda mencoba menggoyangkan tubuh Denish yang kembali mendadak diam.

"Tapi, kalo kamu enggak mau..."

"Ya udah" potong Denish cepat.

"Kamu mau nunggu aku sebentar lagi?" Tanya Dinda memastikan, bisa Dinda lihat lelaki didepannya mengangguk mantap.

"Berapa bulan?"

"24 bulan" jawab Dinda membuat mata Denish melotot mendengarnya.

"24 bulan maksudnya aku harus nunggu kamu 2 tahun lagi buat aku nikahin?" Tanya Denish memastikan.

"Iya, De. Tapi, kalo kamu enggak mau..."

"Mau, Din. Mau" potong Denish lagi dan lagi.

"Awas aja kalo nanti banyak alasan, aku hamilin lagi baru tau rasa" Dinda hanya terkekeh pelan me dengar ancaman Denish.

"Makasih, Dede" Dinda memeluk tubuh Denish dari samping, menyandarkan pipinya di bahu lelakinya.

"Jangan panggil begitu"

"Makasih Dede sayang"

Diam-diam Denish menghela nafas berat. Meyakinkan dalam hatinya.
Oke, menunggu sedikit lagi tak masalah. Semoga saja mereka memang benar berjodoh agar penantian Denish nanti tak sia-sia.

****

Makasih ya guys udah mau ngikutin cerita Denish dan Dinda ini sampai akhir. Mungkin beberapa dari kalian ada yang merasa kecewa karena alur yang enggak sesuai harapan tapi gimana lagi dari awal emang harus begitu.

Next Ekstra Part ya.

Ada Dana kaget juga buat 3 orang tercepat.

Ketemu lagi di next story ya, ByeBye👋

Destiny Of Us [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz