Empat

36K 2.3K 38
                                    

Wajib follow sebelum baca!

*****

"Om mau kemana?" Tanya Zefa melihat sepagi ini Denish sudah siap dengan setelan olahraganya.

"Jogging" balas Denish.

"Ikuutt!" Rengek Zefa sambil menarik ujung baju yang Denish gunakan.

"Enggak, ngapain ikut-ikut" tolak Denish cepat. Akan repot jika membawa keponakannya ikut serta. Mendengar penolakan dari sang Paman, Zefa mencebikkan bibirnya lalu tak lama suara tangis gadis kecil itu terdengar kencang hingga menarik perhatian seisi rumah.

"Pagi-pagi ponakannya udah dibikin nangis. Kenapa sih, De?" Tanya Oliv. Ia yang tadi sedang memasak di dapur buru-buru meninggalkan kegiatannya ketika mendengar tangisan kencang sang cucu.

"Aku mau jogging, Ma. Enggak bisa bawa Zefa" ucap Denish.

"Ajak aja apa susahnya, De" kalimat yang tak mau Denish dengar akhirnya keluar juga dari mulut Mamanya.

"Repot kalo bawa dia" ujar Denish malas. Ia ingin pergi olahraga bukan jalan-jalan ke mall, akan sangat merepotkan jika Zefa ikut.

"Nanti Zefa rewel, kasian Kak Ala lagi sakit butuh banyak istirahat" ucap Oliv yang tak memperdulikan penolakan Denish.

"Tapi, Ma--" Tanpa menghiraukan Denish, Oliv berjongkok menyamakan tingginya dengan sang cucu. Mengelus pipi tembam Zefa yang dipenuhi air mata.

"Nanti Kakak Zefa minta dibeliin sarapan sama Om Dede, ya" ucap Oliv cepat.

Denish hanya bisa pasrah, menggandeng tangan keponakannya yang kini sedang bersorak kegirangan. Harusnya semalam ia pulang ke apartemen saja bukan ke rumah, pasti pagi ini ia bisa berolahraga dengan tenang.

*****

Pagi ini niat Denish untuk berolahraga berubah jadi berwisata kuliner karena ponakannya. Kedua tangan Denish sudah penuh memegang makanan yang Zefa beli tapi tak bocah itu habiskan, hanya dicicipi sedikit.

"Om mau itu" Telunjuk kecil Zefa menunjuk pada stand minuman kekinian.

"Masih pagi, Kak. Yang lain aja. Enggak sehat" jawab Denish membuat Zefa merengek. Ia tak bisa memberikan Zefa sembarangan makanan, jika bocah itu sakit nanti dirinya yang disalahkan. Denish masih mencoba membujuk Zefa yang hampir menangis, ketika ia merasakan tepukan pelan dipinggangnya.

"Beli jus aja Om, di tempat Mamaku. Sehat, buahnya juga segar-segar" ucap seorang bocah laki-laki. Denish sedikit memicingkan matanya, ia seperti pernah bertemu dengan bocah ini sebelumnya.

"Dimana tempat Mama kamu?" Tanya Denish.

"Sebelah sana, Om" bocah kecil itu menunjuk sebuah stand jus buah yang lumayan ramai dipadati pembeli.

"Jus buah, mau?" Tanya Denish kepada Zefa yang diangguki oleh ponakannya itu.

"Jus melon ya Om" pinta Zefa.

"Oke" Dengan satu tangan menuntun tangan Zefa, Denish mengikuti langkah bocah lelaki yang tadi menawarkan untuk membeli jus buah milik ibunya.

Mata Denish kembali memicing, sepertinya ia mengenali siapa di balik stand jus buah yang sedang melayani pembeli.

"Mama, Om-nya mau beli jus juga" bocah lelaki itu terlihat menarik ujung baju sang Ibu untuk mendapat perhatian.

Benar saja, Denish tak salah tebak. Melihat Dinda yang sedang melayani pembeli ia yakin bocah lelaki yang tadi menawarkan jus adalah anak Dinda. Wanita itu pun sepertinya sedikit kaget melihat keberadaan Denish, atasanya di kantor.

Destiny Of Us [END]Where stories live. Discover now