Sembilan

35.4K 2.4K 49
                                    

Wajib follow sebelum baca!

Happy Reading✨

*****

Dinda hanya bisa duduk diam di atas ranjang perawatannya sambil memperhatikan Davin dan juga Denish yang duduk berdua di sofa. Keduanya tengah asik bermain game yang ada di ponsel Denish, entah permainan apa yang mereka mainkan, kelihatannya menyenangkan. Dinda sampai merasa diacuhkan. Dinda yang merasa bosan mulai mencari perhatian.

"Apin, tolong ambilin Mama minum" Pinta Dinda. Tapi, tanpa disangka malah Denish yang beranjak mengambilkan segelas air untuknya. Bahkan Denish membantunya minum menggunakan sedotan.

"Kalo butuh apa-apa sama gue aja, jangan Davin"

"Udah, makasih" ucap Dinda setelah menghabiskan setengah gelas air mineral. Denish hanya mengangguk singkat, lalu tanpa kata kembali berjalan menuju sofa mendekati Davin. Kembali terlihat asik dengan game yang mereka mainkan.

Dinda yang mulai bosan memilih untuk menonton televisi, tapi remot televisi jauh dari jangkauannya. Dinda kesulitan meraih remot tersebut.

Dinda melirik Denish, lelaki itu bilang  jika butuh bantuan bisa meminta tolong padanya. Meskipun sedikit sungkan, Dinda mencoba memberanikan diri.

"De, tolong ambilin remot tv" ucap Dinda ragu-ragu, tapi ternyata Denish menuruti permintaanya. Denish mengambilkan remot lalu menyerahkan kepada Dinda. Setelahnya lelaki itu kembali ke tempat semula.

"De, kok chanelnya enggak ada" Dinda mulai menekan-nekan tombol remot yang ia pegang namun tidak ada saluran yang bisa ditangkap.

Denish kembali berjalan menghampiri Dinda. Ia meraih remot lalu mulai menekan beberapa tombol hingga muncullah tayangan yang sekiranya Dinda sukai.

"De, rambut gue bikin ribet, deh" Denish menghentikan langkahnya yang akan kembali duduk di sofa saat mendengat ucapan Dinda.

"Ambil gunting, ya? Gue potong!" Ucap Denish yang tentu saja hanya sebuah candaan karena ia tahu sejak dulu Dinda sangat menyukai rambut panjang. Tapi, wajah lelaki itu terlihat serius saat mengucapkannya.

"Jangan, tolong iketin" pinta Dinda.

Denish lagi-lagi menurut saja. Dinda duduk sedikit menyamping, memudahkan Denish mengikat rambutnya. Namun ternyata Denish bukan hanya mengikat biasa, ia mengepang rambut Dinda. Jangan tanyakan kenapa ia bisa mengepang rambut, tentu saja ini ajaran saudara-saudara perempuannya.

Kulit Dinda sedikit meremang saat telapak tangan Denish tak sengaja menyentuh kulit lehernya. Tanpa sadar ia sampai menahan nafasnya beberapa saat.

Selesai dengan kepangan rambut Dinda, Denish kembali menuju sofa. Tapi, baru saja bokongnya mendarat diatas sofa, suara Dinda kembali memanggilnya.

"De..."

"Apalagi?" Sahut Denish yang mulai kesal, sejak tadi game yang ia mainkan kalah terus.

"Gue cuma mau bilang terimakasih"

Denish hanya membalas dengan anggukan singkat. Dinda yang tak mau membuat Denish kesal memilih fokus dengan tayangan televisi.

*****

Sore harinya Dinda dibuat kaget dengan kedatangan Caca. Bagaimana bisa temannya itu mengetahui keberadaanya? Masalahnya saat ini bukan hanya ada ia di ruangan ini. Tapi, ada Denish juga. Dinda hanya tak mau Caca berpikir macam-macam.

"Kebetulan ada kamu, saya titip Dinda sebentar" ucap Denish, ia memang berniat mengajak Davin untuk mencari makan tapi tak tega meninggalkan Dinda seorang diri.

Destiny Of Us [END]Where stories live. Discover now