Delapan

34.7K 2.2K 21
                                    

Wajib follow sebelum baca!

Happy Reading✨

*****

Dinda tersadar saat sudah hampir tengah malam. Ia kesulitan membuka mata sebelah kirinya yang membengkak karena tak bisa menghindari tinjuan dari suaminya. Pertengkaran yang lagi-lagi berakhir dengan penganiayaan sebenarnya sudah sangat sering terjadi. Dinda rasa kali ini yang paling parah. Ketika Haris sedang memukulinya dengan membabi buta sempat terpikir oleh Dinda mungkin ia tak akan selamat. Tapi, Tuhan masih berbaik hati padanya dengan mengirimkan seorang penolong.

Perasaan emosional itu kembali hadir saat mengingat kembali peristiwa tadi siang. Pertengkaran hebatnya dengan Haris.

Jadi saat sampai dirumah, masih dengan menangis tersedu-sedu Davin mulai menceritakan semuanya.
Ternyata sudah hampir dua bulan terakhir Davin keluar dari sekolah. Dan semua itu atas perintah Haris, Dinda sama sekali tak mengetahui semuanya. Untuk menghindari kecurigaan Dinda, Haris tetap meminta Davin untuk pergi ke sekolah. Karena Dinda tak bisa mengantarkan Davin sampai sekolah biasanya mereka berpisah di persimpangan jalan dekat sekolah Davin. Namun ternyata selama ini sudah ada Haris yang menunggu Davin. Davin dipaksa oleh Haris untuk mengamen jika tidak mau tentu saja ancamannya adalah keselamatan Dinda.

Awalnya Davin sempat menolak, tapi ternyata ucapan Haris bukan sekedar amcaman biasa. Dinda kembali mengingat ada satu hari dimana Haris pulang lalu tiba-tiba membenturkan kepala Dinda ketembok. Setelah itu Haris pergi begitu saja seolah tidak terjadi apa-apa. Dinda hanya berpikir mungkin saat itu Haris sedang kesal karena kalah berjudi, tapi ternyata lelaki itu sedang merealisasikan amcannya kepada Davin.

Haris sengaja mendandani Davin seperti gelandangan, dengan membawa alat seadanya Davin mengamen ditempat yang sudah Haris tentukan. Haris hanya duduk santai memperhatikan Davin dari jauh. Lalu, sore hari sebelum Dinda pulang Davin sudah lebih dulu diantarkan Haris ke rumah.

Tentu saja Dinda marah besar pada Haris saat mendengar semua itu dari mulut Davin langsung. Dan, kebetulan sekali selesai Davin bercerita Haris pulang ke kontrakan. Mungkin Haris sadar Davin sudah tidak ada di dekat lampu merah. Wajah lelaki itu terlihat mengeras menahan amarah. Dinda dan Haris bertengkar hebat, keduanya saling melempar makian. Sampai akhirnya Haris yang terlanjur emosi mulai menyerang Dinda.

Cambukan, tamparan, tendangan dan tinjuan penyebab Dinda bisa berbaring tak berdaya di rumah sakit ini.

Denish tadi sedang bermain game di ponselnya, melihat pergerakan diatas ranjang ia segera menghampiri Dinda. Benar saja, mata wanita itu sudah terbuka.

"De..." Lirih Dinda.

"Mana Davin?" Tanya Dinda saat tak menemukan Davin di dalam ruangan ini.

"Dibawa pulang kak Chilla. Dia masih kecil, kasian kalo tinggal lama di rumah sakit" jelas Denish.

"Makasih" lirih Dinda, jika tidak ada Denish mungkin ia sudah mati dipukuli sang suami.

"Hm" Denish hanya menjawab dengan gumaman pelan.

"Dimana orangtua lo?" Tanya Denish. Jadi, tadi setelah Davin dibawa pergi oleh Chilla, Denish keluar bermaksud mencari orangtua Dinda untuk mengabarkan bahwa Dinda ada di rumah sakit. Denish datang ke rumah yang dulu ia ketahui sebagai rumah orangtua Dinda. Tapi, rumah itu sudah berganti kepemilikan, orangtua Dinda tidak ada disana.

"Enggak ada"

"Orangtua lo udah enggak ada?" Tanya Denish memastikan tapi Dinda hanya diam. Pikir Denish, mungkin benar kedua orangtua Dinda sudah meninggal.

"Apa suami lo sering KDRT?" Tanya Denish.

"Enggak sering tapi ini bukan yang pertama" jelas Dinda. Dan, sepertinya mungkin ini yang paling parah.

Destiny Of Us [END]Where stories live. Discover now